25

117 11 1
                                    

Sayangnya, Octava sudah merasa mantap dengan keputusannya. "Kalau aku boleh memilih..." katanya sambil mengusap pipi. "Aku akan memilih Ursula."

Helena mengibas-ngibas kepalanya. Alisnya tertekuk. Ia merasa bingung. Apa yang barusan ia dengar? Apa maksudnya ini? Octava tidak memilihnya? Octava memilih Ursula? Helena mempertanyakan dirinya. Selama ini ia pikir Octava juga punya rasa yang sama dengannya. Namun, ternyata gadis itu tidak memilihnya. Octava memilih Ursula.

Helena memandang Ursula. Ia ingin kekasihnya itu melakukan sesuatu. Tapi, tidak. Ursula tidak bergerak sama sekali. Ia tidak menolak Octava. Malah, Ursula memandang Helena dengan tatapan kasihan.

Tanpa banyak bicara lagi, Helena langsung merampas tasnya dari atas meja. Ia berlari ke luar rumah Ursula.

Octava ingin mengejar kakak tirinya. Namun, Ursula memegang tangannya. Wanita itu menggeleng agar Octava tidak pergi mengejar Helena yang sedang dilanda patah hati.

"Percuma kamu mengejarnya." Ursula menarik Octava ke sisinya.

"Apa dia akan berbuat bodoh? Ke mana dia akan pergi?" tanya Octava dengan nada takut.

"Dia akan pulang. Dia akan mengamuk di kamarnya. Atau dia akan kembali ke kantor, dan mengomeli semua orang. Tapi dia tak akan melakukan yang lebih bodoh dari itu." Ursula meraup dagu Octava. Kemudian pelan ia mendekatkan bibirnya. Sekali lagi mereka mengulang peristiwa puitika itu, kali ini tanpa matahari terbit.

***

Seks membantu kerja kardiovascular sehingga menghindarkan subjek dari masalah-masalah kesehatan seperti resiko penyakit jantung, sakit kepala, imunitas yang lemah dan tekanan darah tinggi. Juga berpartisipasi dalam pembentukan stabilitas sistem hormonal, menghindari kanker payudara, memperkuat otot pelvis dan meningkatkan kadar penciuman. Seperti hal pertama yang membangunkan Octava sekarang ini.

Sekarang, ketika matanya masih tertutup dengan sempurna dan kesadaran perlahan muncul kepermukaan, gadis itu dapat mencium aroma vanila dari rambut gimbal Ursula dan wangi permen karet yang tertinggal di seprai—milik Helena.

Ia merasa ada yang hilang, meskipun bersama Ursula sangat menyenangkan. Akhirnya. Akhirnya. Octava memang terbiasa menjadi munafik—setidaknya untuk dirinya sendiri. Karena tidak hanya bersama Ursula, bersama Helena pun menyenangkan. Tapi Octava lebih suka menyimpannya sendiri dari pada membandingkan kedua wanita itu.

Yang masih membuatnya bertanya-tanya, hanyalah bagaimana bisa ia menyukai dua orang dalam waktu bersamaan? Kemudian mempunyai kendali untuk menyakiti mereka. Kalau ia mau. Syukurnya ia tak pernah punya ambisi untuk menguasai dunia. Octava gadis yang terlalu peragu.

Ketika gadis itu sadar kalau Ursula mulai bergerak di sampingnya, satu juntai dari gimbalnya membelai lengan Octava. Menimbulkan efek merinding yang tidak dapat ia tahan.

"Aku yakin kamu sudah bangun." Ursula mencium leher Octava. Kemudian bibirnya. Bukan hanya dirinya yang tak percaya kalau Octava akan memilihnya. Juga Helena—

Octava pura-pura menggeliat. Membuka mata, tersenyum. Ia pandangi Ursula. Tujuh jam lalu orang ini masih seorang dosen di kampusnya. Kini ia berbaring di sebelahnya. Jadi pacarnya.

Ursula memeluk tubuh Octava, menggerayangi perutnya sampai gadis itu merasa akan bersendawa kupu-kupu. Kemudian Ursula membisiki mahasiswinya itu dengan puisi.

Octava tidak menyangkal lagi. Ia mendengarkan dengan kemengertian. Ia sudah tercerahkan. Kenapa tak dari dulu? Sudah lama ia memperhatikan Ursula. Dua semester dan setengah. Ketika itu Octava tak mengerti di mana logika puisi dalam tiap narasinya.

2. Microscopic Lust GXG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang