"Apa Helena memberi kabar padamu? Apa kamu menemukan Helena, Nak?" tanya pria itu.
Octava merasa kasihan pada pria di depannya. Dengan alis tertekuk Octava menggeleng pada ayah tirinya. "Aku sudah mengabari lewat pesan. Apa Pak Gourse belum menerima pesanku?"
Pak Gourse menggaruk-garuk bagian belakang kepalanya, sambil menunduk ia mengakui, "Helena membelikanku ponsel baru sebagai hadiah pernikahanku. Mereknya berbeda dari yang aku punya sebelumnya. Dan aku belum tahu cara membuka pesan." Ia menjelaskan tanpa menutupi rasa malunya.
Octava butuh waktu sekitar dua atau tiga detik untuk memastikan keseriusan dalam kalimat Pak Gourse yang lugu. Susah payah Octava mengubah olok-olokan dalam kepalanya menjadi sebuah senyum ringan.
"Dalam pesan itu aku bilang kalau aku belum bisa menemukan Helena. Tapi secepatnya ia akan kembali, karena aku tidak akan berhenti mencari," ujar Octava memberi pengharapan, meski ia sendiri tidak yakin dengan apa yang ia katakan. Kalaupun ia tahu di mana Helena, ia tak yakin Helena akan perduli dengan ajakannya pulang.
Pak Gourse senang dengan janji yang diberikan Octava. "Terimakasih Octava, terimakasih banyak. Kupikir kalau sampai esok dia tidak muncul juga, aku harus memanggil polisi secepatnya. Tapi..." Gourse terdiam.
Octava jadi penasaran. "Ya?"
Pak Gourse mendengus kemudian mendekatkan diri pada Octava. "Kupikir aku tahu di mana dia," bisik Gourse sambil memandang ke sekeliling ruangan. Seolah ini rahasia besar yang bahkan—vas bunga pun tak punya hak untuk ikut mendengar.
Lalu Pak Gourse mengulurkan selembar kartu yang sudah dia siapkan sebelumnya dalam kantong belakang celana.
Octava menerima kartu itu dan membaca sebentar. Setelah itu, ia menatap pada Pak Gourse. "Kenapa Bapak bersikap aneh?"
Gourse memandang lekat pada gadis di depannya. "Karena aku menghargai ibumu. Jadi, kalau bukan aku yang harus mencari Helena ke sana, kamulah orangnya."
Octava merasa sangat tersanjung dengan sikap ayah tirinya yang sangat santun dan terhormat. Tanpa banyak berpikir ia mengangguk setuju. Sekarang, Octava harus menjemput Helena, kalau perlu membujuk kakak tirinya. Octava akan minta maaf, pokoknya apa saja yang bisa membuat Helena pulang, ia akan lakukan.
Memang mencari alamat Rebecca bukan hal yang sulit, tapi butuh keberanian untuk menginjakkan kaki di tempat itu. Plang nama yayasan sudah terlihat dari tempat Octava memarkir mobilnya. Namun, Octava belum tahu apa yang akan dihadapinya kalau ia masuk ke dalam sana. Bisa-bisa Rebecca akan mengomelinya dan menuduh Helena lari dari rumah karena pernikahan Pak Gourse, atau... Bagaimana jika Helena menceritakan semua drama percintaan mereka di hadapan Rebecca? Apa itu mungkin? Karena Helena sendiri menyembunyikan hubungannya dengan Ursula di depan nyaris semua orang.
Namun, sebelum Octava mengambil keputusan dan belum juga ia sempat menarik pelatuk rem mobilnya, ia melihat kendaraan milik Ursula sudah terparkir di dekat sana. Octava kemudian lekas mengambil ponselnya. Ia butuh meyakinkan dirinya bahwa apa yang sedang terjadi bukan hanya hasutan dalam kepalanya.
"Pak Gourse ingin aku mencari Helena," kata Octava ketika Ursula mengangkat panggilannya. "Dia memberikanku alamat Rebecca."
Beberapa saat tidak ada suara apa pun dari pihak Ursula. Tapi dari jaraknya sekarang, Octava dapat melihat sosok tinggi Ursula sedang mondar-mandir di dekat etalase bangunan yayasan yang menghadap ke luar.
"Aku tidak begitu kenal dengan Rebecca. Aku bisa disemprot dua orang sekaligus. Bagaimana kalau Helena masih marah padaku? Apa kamu bisa mengantarku ke sana?" Octava melanjutkan lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Microscopic Lust GXG (END)
Romantizm18+ "Cinta segitiga itu tidak ada, Santi. Yang ada hanya rasa angkuh untuk membagi!" -Octava Gourse- Octava adalah seorang gadis berusia 22 tahun. Pernikahan kedua sang ibu dengan seorang miliader bernama Gourse membuat gadis itu harus tinggal serum...