18

115 11 1
                                    

Octava menolak untuk makan di rumah sejak pembicaraannya dengan Helena. Ia berusaha untuk tidak membuat kontak mata dan tidak terlibat pembicaraan dengan gadis pemilik rumah itu.

Sudah tiga hari kira-kira ia bangun lebih awal. Octava berangkat lebih awal agar bisa sarapan di luar sebelum ke kampus. Kebetulan Gourse menitipkan kunci mobilnya sebelum berangkat bulan madu. Dan Octava diberi kewenangan untuk memakainya.

Di kampus pun, Octava berusaha menghindari kontak langsung dengan Ursula. Ia tidak ingin membuat perkara dengan siapa pun. Siapa pun yang terlibat dengan Helena. Octava mengakui bahwa ketertarikannya yang menyimpang tidak hanya berlaku untuk Helena. Namun juga pada Ursula. Octava tertarik pada dua orang tersebut dan itu membuatnya semakin merasa bersalah. Ia tidur dengan Helena. Ia mencium Ursula.

Octava tidak tahu sampai kapan perasaan tidak tenang ini akan mengganggunya. Ia tidak bisa kabur begitu saja dari kampus apalagi rumah itu. Namun, kalau ia masih bisa berkilah dan menghindar, ia akan melakukannya.

Beberapa kali Ursula mencoba mendekatinya di kampus. Beberapa kali mereka hampir berpapasan. Syukurnya Octava selalu punya alasan untuk menghindar. Salah satunya adalah Tony. Di saat seperti ini, pacarnya itu sangat berguna.

Ketika ia pulang dari kampus siang ini, Octava berpikir untuk mampir di salah satu restoran favoritnya di Purasabha. Ia menyetir dengan kecepatan rendah di area restoran sambil mencari tempat parkir. Pada waktu itulah ia melihat sahabatnya Luna sedang duduk asik di salah satu café.

Sudah lama Octava tidak berjumpa dengan Luna. Jadi ia memutuskan untuk memberi kejutan dengan kemunculannya. Benar-benar kebetulan.

Octava masuk ke dalam café itu. Ia berjalan pelan agar Luna tidak mengetahui kehadirannya. Kemudian ketika kesempatan itu datang, Octava langsung duduk di depan Luna yang sedang menghisap es kopi sambil membaca buku.

Melihat kehadiran Octava, Luna tak bisa menyembunyikan kekagetannya. Ia langsung tersedak. Kopi yang tadinya ia telan tiba-tiba berubah haluan dari lubang pencernaan menuju lubang pernafasan. Luna terbatuk dan kopinya terciprat ke buku yang sedang ia baca.

"Oh! Luna! Maafkan aku... Aku tidak bermaksud membuatmu kaget," kata Octava sambil menyodorkan tisu pada temannya.

"Aku... Tak apa..." Luna meraih tisu dari tangan Octava dan menyeka bibirnya. "Aku hanya tidak menyangka. Kenapa tidak menghubungiku? Mau ke mana kamu?" Luna masih sibuk membersihkan bukunya yang ketumpahan kopi.

"Aku kebetulan lewat. Aku mau makan siang. Aku melihatmu duduk di sini, jadi kupikir aku harus menyapamu." Octava tersenyum. "Lama sekali kita tidak ketemu."

Luna tersenyum. "Ya lama sekali. Bagaimana dengan kuliahmu?"

"Bagaimana dengan kuliahku? Bagaimana denganmu? Kamu mengambil semester pendek dan tidak memberitahuku."

"Aku harus segera selesai. Aku sudah bosan ada di kampus itu." Luna menjawab. Namun, ada yang aneh dengan gerak-geriknya. Beberapa kali ia menoleh ke jendela seolah dirinya sedang menunggu seseorang. Luna juga mengecek ponselnya beberapa kali.

"Kamu sedang menunggu seseorang?" tanya Octava yang bisa menangkap gelagat aneh kawannya.

"Ya... Aku sedang menunggu dosen bimbingan," jawab Luna.

"Cepat sekali progresmu. Siapa dosen pembimbingmu?" tanya Octava berusaha mencairkan suasana yang terkesan agak hampa ini. Ia merasa berjarak dengan sahabatnya itu. Apakah ia sedang berjarak dengan dunia juga tanpa menyadarinya?

"Kemarin aku direkomendasikan oleh Prof Astrid untuk minta bimbingan Miss Ursula."

Oh, Ursula... kenapa kamu ada di mana-mana? Tanya Octava dalam hatinya.

2. Microscopic Lust GXG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang