37

92 11 0
                                    

Keributan itu berasal dari kepalanya sendiri. Semalam suntuk ia tidak tidur. Setelah sadar dari pengaruh endorphinnya sendiri, Octava merasa sulit memejamkan mata. Ia memaksa dirinya berpikir sehat. Serta mencari setitik kejernihan pada kekacauan baru yang dibuatnya. Atau oleh Helena. Atau oleh Ursula. Juga rasa sakit di kepalanya.

Octava mereka ulang kejadian dalam ingatannya. Ia mencari-cari siapa yang pertama kali punya ide untuk melakukan ini semua?

Dalam beberapa bulan hidupnya berantakan. Dalam beberapa waktu ia tak mengenal dirinya sendiri. Octava tiba-tiba menjadi seorang lesbian, atau biseksual tepatnya. Karena ia pernah yakin menyukai Tony. Octava pernah yakin kalau dirinya akan menikahi lelaki itu setelah kuliahnya selesai.

Lalu begitu saja, hubungannya selesai. Octava berselingkuh. Ia tidur dengan kakak tirinya. Dan Tony juga. Lelaki itu meniduri sahabat baik Octava—Luna. Baru kemarin Octava berhasil membuat dirinya terusir dari rumah berkat kecerobohannya meniduri Helena, anak dari suami baru ibunya, Gourse. Sekarang, dalam beberapa jam pula ia menjadikan cinta segitiga mereka jadi—hubungan poliamori. Sial.

Ketika Octava sudah tidak tahan lagi dengan keributan dalam kepalanya, perempuan itu dengan nekat membawa kemarahannya keluar. Ia meloncat dari tempat tidur. Ia menarik selimut yang menutupi tubuh Helena dan Ursula.

Dua orang itu bergerak kebingungan karena belum sepenuhnya kembali dari dunia tidur.

"Apa-apaan ini?" tanya Helena yang tidak suka diganggu tidurnya.

"Apa-apaan? Ini pasti idemu, Helena!" Octava berteriak marah.

Ursula merenggangkan ototnya sambil menguap. Pelan-pelan wanita gimbal itu bangun, duduk dan menggaruk kepala. Setelah itu, ia baru berani membuka matanya.

"Kalian berdua dengan sengaja melakukan ini pada kita, padaku." Octava menuduh.

Helena melihat ke sekeliling, pada Ursula yang bertelanjang dada seperti dirinya. Kemudian Helena turun dari tempat tidur. Ia melewati Octava tanpa memandang wajah gadis itu. Ia mengambil ponselnya dari atas meja rias Ursula. "Aku harus pergi ke kantor," katanya seolah tak ada apa-apa.

"Sekarang kamu jadi pengecut dan lari?" sergah Octava yang tidak percaya pada apa yang ia alami. Beginikah sikap Helena kalau sedang lari dari kesalahannya?

"Bisakah kita bahas nanti?" Helena tak berani menatap mata Octava. Dibangunkan pagi-pagi setelah mabuk berat membuat Helena merasa seperti pelacur yang kena razia.

Ursula masih diam saja, ia memijat kepalanya yang berdenyut seperti mau pecah. Ia tidak terbiasa dengan pagi hari dan pertengkaran. Ia juga terlalu banyak minum semalam.

"Aku mengikuti semua rencanamu Helena! Kalau aku tahu begini rencanamu yang sebenarnya... Aku akan—"

"Kamu akan apa?" tanya Helena menantang. "Kamu akan tidur di jalanan?" Ia meremat telepon genggamnya. "Aku tidak memaksamu kemari. Aku hanya menawarimu untuk tinggal sementara di sini. Kamu bisa menolak, kok. Kamu tidak perlu menyalahkan aku atas sesuatu yang juga perbuatanmu," desis Helena.

Octava mendekap tubuhnya yang gigil karena udara pagi. Kata-kata Helena sukses membuatnya semakin terpuruk dan layu. "Aku mengikuti semua rencanamu dan tidak satu pun yang dapat membuatku hidup dengan tenang."

"Hidup tenang?" Helena tertawa. "Tidak ada yang Namanya hidup tenang, Octava."

"Setidaknya hidupku tidak sekacau saat aku bersamamu!" Octava jadi galak tiba-tiba.

"Semalam aku mabuk! Kita bertiga mabuk!" Helena membela diri.

"Kamu bisa saja pura-pura mabuk! Dulu kamu sering pergi ke bar dan menyewa perempuan! Kamu hanya memanfaatkanku karena kamu tidak bisa lagi ke sana!"

2. Microscopic Lust GXG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang