34

91 11 0
                                    

"Bagaimana tepatnya kejadian itu sampai ibumu mengusirmu?" Ursula bertanya sekali lagi. Jarang-jarang ia tak mempercayai kemampuan mendengar telinganya sendiri.

"Aku sudah menceritakannya. Tadi." Octava merasa lelah. Pada situasi terdesak semacam ini, ia tak tahu harus pergi ke mana. Dan nama Ursula adalah yang muncul di daftar pertama. Sama seperti yang ada dalam kepala Helena ketika menyuruhnya datang ke rumah ini. Sekarang Ursula ada di depannya. Wanita itu bersikap sesantai biasanya. Tapi dengan efektif sikap itu membuat Octava merasa malu.

Pikiran Octava tak henti-hentinya memutar kejadian itu. Ketika Amanda menemukan Octava bertelanjang di atas tubuh Helena. Ia berteriak keras sekali. Octava sampai tak sempat menghitung berapa detik waktu yang ia butuhkan untuk mengenakan baju kembali. Lalu mengejar ibunya hingga ke ruang tamu.

Hari yang sial, bagi kedua perempuan itu juga Amanda. Wanita itu kembali ke rumah untuk mengambil beberapa berkas penting milik Gourse yang tertinggal, karena Helena tidak mengangkat teleponnya.

"Apa yang harus ibu katakan pada Gourse?" tanya Amanda dengan suara yang bergetar. Ia merasa marah, kecewa, sedih. Semua perasaan itu bercampur jadi satu dan membuat istilah baru. Jijik. Ia merasa jijik pada kelakuan anak perempuannya.

Helena bermaksud menghampiri Amanda. Namun, wanita itu reflex menjauh. "Tante, ini salah saya, saya yang membuatnya," ucap perempuan itu.

"Helena, diamlah! Ini urusanku dengan anakku. Apa pun yang kamu lakukan bukanlah urusanku. Tapi apa pun yang Octava lakukan itu karena aku yang sudah salah mendidiknya!" ungkap Amanda.

Sementara Octava tertunduk kepalanya seperti seekor ayam yang kalah dalam persabungan. "Ibu," panggilnya.

Amanda kemudian mulai menangis keras seperti bayi. "Sebaiknya niatmu untuk pergi bekerja di luar pulau benar-benar kamu jalani. Sekarang kemasi semua barangmu, dan pergilah dari sini."

"Tapi, aku—" tak punya uang sama sekali. Octava berbisik, setengahnya dalam hati.

"Ayahmu meninggalkan uang untukmu sebelum meninggal. Akan kuurus semuanya untukmu. Tapi, sekarang pergilah cepat. Aku takut tidak bisa menyembunyikan rasa maluku jika kamu masih di sini ketika Gourse kembali."

"Aku bisa menjelaskannya, Ibu harus mendengarku." Octava berusaha sekali. Ia piker dalam keadaan seperti ini Amanda akan mendengarkan. Ia lupa kalau dalam keadaan seperti apa pun, Amanda tak pernah mendengarkannya.

"Aku sudah lihat, yang mana lagi yang belum kamu jelaskan?" cecar Amanda. Sejenak ia berhenti untuk membuang semua lendir dari hidungnya. Kemudian setelah selesai ia melanjutkan, "Gourse tak akan memaafkanmu. Begitu juga aku. Kamu membuatku malu. Sejak kapan kamu menyukai perempuan? Sejak kapan kamu menjadi seperti ini?

"Seperti apa maksud Tante?" potong Helena.

Amanda menggeleng. Bukan Helena lawannya sekarang. "Sekarang keluar dari sini dan cari hidupmu sendiri." Bulat sudah keputusannya mengusir Octava. Barangkali, kalau Octava mencuri salah satu guci di rumah itu, mungkin Rebecca akan mengampuninya.

Helena tahu bahwa berdebat dengan Amanda sekarang bukanlah pilihan baik. Ia tidak bisa berbuat banyak. Ia memilih untuk lebih focus pada Octava yang sebenarnya tak salah apa-apa.

Octava tak punya pilihan lain kecuali bersikap patuh pada ibunya. Ia akan segera naik ke kamarnya ketika Amanda menghentikannya dengan kalimat lain.

"Dan jangan membawa mobil pemberian Gourse. Aku tidak mau Gourse menuntut mobilnya kembali jika masalah ini sampai padanya."

"Ayahku bukan orang seperti itu!" Helena terpancing lagi emosinya.

"Helena, jangan!" sergah Octava. "Dia ibuku."

2. Microscopic Lust GXG (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang