Cerita Tentang Cinta

18 3 0
                                    

"Salam hangat salam damai, Galang tampan sudah sampai."

"Bocil lo ke mana, Tang?" Tanya Arjun setelah mencium aroma-aroma sunyi di kediaman Bintang.

"Di rumah Panji bikin tugas." Jawab Bintang seadanya dengan pandangan yang tak lepas dari buku sketsa. Melanjutkan gambaran wajah Bulan yang mulai berbentuk.

"Tumben lo gak gambar kotak-kotak." Maksud dari kotak yang diucapkan oleh Marcel adalah gambar-gambar bangunan yang biasa Bintang kerjakan.

"Bosen."

Lanjut menggambar, membiarkan para pengangguran di rumahnya melakukan apa pun yang mereka mau. Asal tidak meledakkan atau membakar rumahnya Bintang biarkan saja.

"Lo punya pacar, Cel?" Lontaran pertanyaan Halan kepada Marcel sukses menyita semua perhatian. Menatap ke arah sang ketua BEM yang tampak bergerak kaku karena ditatap begitu intens.

"Gak ada," sahutnya setelah diam agak lama. "Udah sih, biasa aja kali liatnya."

"Gue tau," ucapan menggantung Ren membangkitkan rasa penasaran yang lain.

"Tau apa anying," sentak Halan tak sabaran.

"Ceweknya beda agama, makanya dia jawab gak ada yang artinya gak bisa."

"Emang lo tau cewek yang dimaksud tuh siapa?" Tanya Arjun.

"Ya taulah. Gak akan gue ngomong kalo gak tau apa-apa." Ren beralih memandang Marcel yang diam tak bersuara. "Cuma satu kesamaan mereka, sama-sama taat beribadah. Tapi dengan Tuhan yang berbeda."

"ANJAY MAS REN!" Galang berseru heboh. "Napa miris semua kisah cinta sahabat gue." Ujarnya lagi dramatis.

"Kecuali Bintang, sama Panji satu lagi." Naja mengingatkan.

"Panji mah kagak masuk hitungan. Lancar sih lancar, tapi ceweknya agak-agak. Noob banget dia kalo soal nyari pasangan."

Panji yang diperbincangkan spontan mendelik. "Gue diem loh."

"Arjun cinta bertepuk sebelah tangan, Marcel sama Ren cinta beda agama, Panji cinta yang sesat, Halan cinta beda alam." Galang mengabsen satu per satu nama. Menepuk-nepuk bahu Halan yang terduduk lesu di sampingnya. "Semoga lo ketemu sama obat yang tepat bro."

"Nama lo sendiri kagak disebut. Sampingan sama Arjun noh." Ren sewot sendiri.

"Tinggal tunggu si Naja pecah telor suka sama cewek." Celetuk Halan yang sudah keluar dari zona murungnya.

"Bakalan aman gak sih. Kek si Bintang tuh, gak pernah suka sama cewek. Sekalinya suka langsung nembak, langsung diterima pula. Mana cemara banget hubungan mereka." Kentara sekali nada-nada penuh iri dengki dalam suara Panji.

Bintang pun akhirnya mendongak dengan raut songong. "Sesuai amal ibadah aja sih."

"Siap si paling beramal." Ren menyatukan kedua tangannya di depan dada dengan kepala yang menunduk hormat.

"Coba Tang, kasih kami tutor cara mencemarakan hubungan." Pinta Galang.

"Cuma satu. Lo sama ceweknya saling cinta, gitu aja dari gue."

"Berasa kesindir gue," Arjun mendelik malas yang langsung mendapat ejekan tawa dari yang lain.

"Tapi gue serius. Asalkan hati kalian sama, dan kalian menjalani hubungan itu dengan enjoy, dijamin cemara."

"Kalo udah satu hati tapi beda alam?" Tidak usah ditanya lagi yang ini siapa.

"Itu udah di luar batas kemampuan. Silakan cari guru yang lain." Tolak Bintang dengan senyum jumawa.

"Balik lagi ke lo sendiri Hal. Kalo hati lo masih kekunci di dia, biarin dulu sampe lo sendiri mulai terbuka sama yang lain. Kalo udah fix baru dijalani, tanpa jadiin cewek itu pelarian tapi ya." Gantian Marcel yang memberi petuah.

"Banyak gak sih yang suka sama lo pada. Gue sebagai jantan tulen mengakui kalo kita berdelapan ini tampan nan rupawan bagai bidadara surgawi."

"Muka lo songong, tapi omongan lo bener." Celetuk Naja yang sedari tadi hanya diam menyimak.

Berbicara soal cinta memang tidak ada habisnya. Contohnya ya di circle TOS alias Tongkrongan Orang Sibuk ini. Sekali membuka topik tentang perempuan, dijamin sampai hari menggelap tidak akan berhenti sebelum Marcel sang budiman yang menghentikan.

"Kita gak punya playboy ya." Kata Arjun pelan.

"Iya juga ya, gue baru sadar njir!" Galang bertepuk tangan kagum. "Circle baik-baik emang kita tuh. Pantes banyak yang klepek-klepek."

"Tapi yang disukai gak ngelirik." Ren tertawa mengejek. Segera menghindar saat Galang kian mendekat.

"Lo minta gue cium kayaknya," desis Galang dengan raut menyeramkan.

"Sadar Lang! Jangan karna dia gak ngelirik lo malah belok gini."

Terjadilah aksi kejar-mengejar antara Ren dan Galang. Hari ini dua manusia itu seperti bertukar kepribadian. Biasanya Galang yang mencari murka dan Ren akan meledak. Tapi kali ini kebalikannya.

"Tumbenan si Ren." Tanya Panji heran.

"Saking stresnya liat neng Shana keluar masuk wihara kayaknya." Semua tertawa akan ucapan lempeng dari Naja. Untung saja Ren tidak mendengar.

"BANG!" Bulan dan rombongan masuk secara bergerombol. "Izin berenang plis." Gadis itu bahkan sampai bersimpuh yang malah diikuti empat antek-anteknya.

"Iya bang, kapan lagi kami yang orang luar ini bisa berenang gratis." Zen juga angkat suara. Menatap Bintang dengan sorot bak anak anjing yang ingin minta mimik susu.

"Menurut lo gimana, Nji?" Bintang melempar tanya kepada Panji.

Lelaki itu terdiam. Berhasil membuat kelima remaja SMA di bawah berkeringat dingin karena ditatap sebegitu lamatnya.

"Yaudah, satu jam aja tapi." Tekan Panji membuat kelimanya langsung bersorak girang. Tanpa pamit lagi sudah berlarian keluar menuju ke tempat kolam berenang berada.

"Tumben lo bolehin." Arjun berujar sembari mulutnya sibuk mengunyah biji-biji kuaci.

"Gue kan emang baik." Jawab Panji datar yang langsung dicibir oleh manusia-manusia pengangguran di sana.

"Iyain aja daripada lo dibanting sama dia." Sanggah Halan ketika melihat Arjun yang sudah berancang-ancang hendak protes.

"Tapi menurut kalian, gue harus apa?" Tanya Ren usai sesi kejar-mengejar selesai. "Gue nyimpen perasaan ini udah dari lama banget. Kalo harus gue hapus tuh susah."

"Gak ada cara lain. Emang lo mau log out?" Tanya Halan yang langsung membuat Ren mendelik kaget.

"Ya kagaklah anying, gila aja." Ren tidak akan mengorbankan agamanya hanya demi cinta, tolong catat itu baik-baik.

"Yaudah move on, toh banyak cewek lain." Sahut Naja enteng.

"Mulus bener congor lu bilang move on," sinis Ren. Tidak tahu saja dia rasanya menghilangkan cinta yang telah tumbuh terlalu dalam.

"Hooh, bener tuh kata Naja. Kita move on bareng-bareng." Halan merangkul bahu Ren sambil sesekali dia pukul. Niat memberi semangat malah mengundang emosi Ren yang bahunya sudah dirasa pedas oleh tangan Halan.

"AWWW, ANJENG REN SAKIT JANCOK!"

Cruel World?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang