10

1.8K 282 57
                                    

Doyoung tidak dapat menahan diri untuk tidak tertawa saat melihat Mashiho yang menatapnya dengan wajah basah karena air mata. Dini hari ini Doyoung berhasil mendapat sepuluh jahitan di kepala, sebagian rambutnya bahkan harus dicukur untuk memudahkan proses operasi, juga beberapa luka ringan di tangan serta kakinya akibat terkena pecahan benda tajam.

"Bisa-bisanya kamu ketawa?" Omel Mashiho, ia tidak habis pikir bagaimana Doyoung justru tertawa di atas ranjang rumah sakit, penyangga leher yang seharusnya dipakai malah ia lepas begitu membuka mata karena terasa tidak nyaman.

Junghwan yang juga ada di sana hanya mampu menghela napas, sebelum ke rumah Doyoung tadi malam, ia kebetulan sedang bersama Mashiho dan Yoshi di kafe yang letaknya tidak jauh dari gedung huniannya, membicarakan perihal lamaran yang memang seharusnya menjadi rahasia di antara mereka.

Dirinya dan Yoshi berlari dengan cepat dari tempat parkir menuju lift yang entah kenapa terasa bergerak sangat pelan, sedangkan Mashiho sibuk mencari bantuan satpam sekitar yang sedang berjaga.

Untungnya ia masih hapal kata sandi apartemen Doyoung, Junghwan berteriak saat melihat Doyoung yang terbaring tidak berdaya di ruang tengah apartemennya, darah yang keluar dari kepalanya bahkan menembus lengan kemeja yang Junghwan kenakan.

Dan sekarang, Doyoung malah dengan santainya bersikap seolah ia tidak hampir mati di tangan orang lain beberapa jam sebelum ini.

Perdebatan kedua orang yang ada di depannya berhenti ketika ponsel Mashiho berdering keras, ia memberi isyarat pada Doyoung kalau urusan mereka belum selesai lalu berjalan keluar dari ruang rawat.

Netra Junghwan masih menatap lurus ke arah Doyoung yang mulai nampak tidak nyaman, berusaha berbaring namun sedikit kesulitan sebab perban yang ada di sisi kepalanya. Junghwan berjalan mendekat, tanpa berkata apapun ia membantu Doyoung untuk memperbaiki letak bantal serta mengatur posisi ranjang agar kembali datar.

Kegiatan mereka bahkan belum selesai tapi Mashiho kembali datang dan berjalan lurus ke arah kunci mobil yang ia letakkan di nakas kecil samping brankar.

"Aku mau ke kantor polisi, kata Yoshi mereka butuh saksi lain. Kamu sama Junghwan dulu." Ucapan Mashiho diakhiri dengan menepuk sebelah bahu Junghwan, "Titip Doyoung, kalau bandel omelin aja." Lanjutnya.

Junghwan dan Doyoung mengangguk paham, membuat Mashiho akhirnya keluar untuk menghampiri Yoshi yang masih sibuk berurusan dengan orang yang menyerang Doyoung di kantor polisi.

"Udah?" Tanya Junghwan pada Doyoung yang akhirnya dapat berbaring, ringisan pelan keluar dari mulutnya saat lukanya tidak sengaja bergesekan dengan bantal yang ada di belakang.

"Masih belum enak." Keluhnya.

Efek dari anestesi yang disuntikkan saat operasi mulai menghilang, nyeri luar biasa kembali menyapa, ditambah dengan luka jahitan yang masih basah, kepala Doyoung rasanya mau pecah. Tawa yang tadi menghiasi wajah kini berubah menjadi tangisan yang tidak dapat ia tahan, rasanya bahkan lebih sakit dibanding saat ia tertimpa piala dan belasan buku semalam.

"Kok nangis?" Tanya Junghwan lagi, ia panik saat melihat Doyoung terisak tanpa suara, lengkap dengan air mata yang mulai membasahi wajahnya.

"Sakit tau." Rengeknya kemudian, tangannya bergerak untuk mengusap luka yang dibalut perban namun dengan cepat dicegah oleh Junghwan.

"Jangan dipegang, nanti jahitannya malah lepas." Omelnya, ia lalu mengusap kepala Doyoung dengan hati-hati. "Tahan sebentar, saya minta obat pereda nyeri sama perawat di luar." Lanjutnya kemudian.

Junghwan belum sempat melangkah, namun tangannya mendadak ditarik oleh Doyoung yang menatapnya dengan mata berkaca-kaca, "Jangan pergi." Pintanya sambil merengek pelan.

We Got Married [Hwanbby] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang