29

1.6K 206 62
                                    

Yoshinori bahkan Jeonghan tidak dapat melakukan apa-apa ketika Mashiho menampar sisi wajah Junghwan dengan keras. manajer Doyoung itu memang sengaja menunggu kedatangan Junghwan ke rumah untuk memberi pelajaran.

"Gue gak nyangka kalau tingkah lo bisa sebrengsek ini, gak pernah pacaran bukan berarti lo bebas nyakitin Doyoung sesuka hati, lo sadar gak sih?" Semprot Mashiho langsung.

"Bahkan pas dia masih berhubungan sama Jeongwoo dan Haruto sekalipun, Doyoung gak pernah bertindak sebodoh ini. Entah apa yang udah lo lakuin ke dia tapi gue harap lo gak pernah ketemu sama Doyoung lagi." Lanjutnya, masih dengan telunjuk tepat di depan wajah Junghwan.

"Lo nyakitin dia, fisik sama mentalnya. Jangan lo pikir gue gak tau kalau sebelumnya lo juga bikin dia nangis berkali-kali. You have no idea how much he love you, Junghwan. Anak itu bahkan rela namanya jelek cuma supaya skandal lo turun dan bisa balik tinggal di rumah sama kakak lo."

Itu yang Doyoung bilang di pesan terakhir yang ia kirim sebelum pergi entah kemana, mungkin ke rumah orang tuanya tapi Mashiho belum sempat memeriksa karena tiket ke Jeju yang terbatas dan memilih untuk memarahi Junghwan terlebih dulu.

"Dia rela ngelepas semuanya, usahanya dari kecil supaya bisa jadi kayak sekarang cuma demi kebahagiaan lo."

Dengan napas yang masih terengah, Mashiho mulai mundur lalu mendekat ke tempat Jeonghan berdiri. "Maaf udah bikin keributan di sini, tolong bilangin adikmu supaya gak lagi deketin Doyoung. Dan makasih karena udah ngasih izin aku buat nampar dia."

Jeonghan hanya tersenyum canggung dan mengangguk samar sebelum mengantar Mashiho untuk keluar dari rumahnya, meninggalkan Yoshi dan Junghwan yang masih diam sejak tadi.

"Gimana?" Tanya Yoshi pada akhirnya.

"Gimana apanya?"

"Gimana rasanya udah ngejar orang mati-matian, tapi pas dapet malah kamu lepas gitu aja?"

Kalimat Yoshi membuat Junghwan kembali terdiam, ini salahnya, semua sikap kekanakan, semua hal yang ia perbuat pada Doyoung. Pantas saja Mashiho semarah itu, kakak dan manajernya bahkan tidak berniat membela ketika laki-laki itu mengumpat serta memukulnya di depan mereka.

"Junghwan kan udah di rumah, kamu pulang aja." Itu suara Jeonghan, "Biar aku yang urus sisanya." Lanjutnya lagi dan Yoshi seketika menurut lalu ikut pergi dari sana.

"Kakak mau marahin aku juga?" Kali ini Junghwan yang bertanya setelah Jeonghan memintanya untuk duduk di sofa ruang tengah.

"Emang kalau kakak marah, kamu bakal dengerin? Kamu bakal nurut semua nasihat kakak? Enggak kan?" Jeonghan sedikit berteriak dari dapur, namun pertanyaannya tidak kunjung mendapat jawaban sebab Junghwan yang malah menunduk dengan kepala bersandar pada kedua tangan.

"Sini makan dulu." Perintah Jeonghan, "Meskipun kamu beneran bego kayak yang orang-orang bilang, kamu tetep adik yang harus kakak kasih makan." Lanjutnya diiringi dengan tawa meledek di ujung kalimat.

Junghwan mengangguk lalu bangkit dari tempatnya, berjalan lurus ke arah dapur dan disambut dengan berbagai makanan yang sudah tersedia di atas meja.

"Kakak masak?"

"Nggak lah, males banget. Ini dibeliin Mashiho, sebelum makan jangan lupa berdoa dulu siapa tau ada racunnya."

Meski awalnya ragu, namun Junghwan mulai meraih sumpit serta sendok untuk menyantap sajian beracun di depannya.

"Gapapa, lagian kalau aku mati toh di tangan orang yang tepat." Ucapnya sambil terus mengunyah makanan, ia baru sadar kalau dirinya belum makan sejak pagi dan Jeonghan hanya tertawa sebelum ikut duduk di sampingnya.

We Got Married [Hwanbby] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang