24

1.8K 219 48
                                    

Tamparan yang cukup keras mendarat di pipi kiri Junghwan, sedangkan Doyoung mati-matian menahan emosi pada orang yang berdiri di hadapan.

"Sikap kamu kemarin tuh cuma karena ancaman media?" Tanya Doyoung walau ini sudah kali ketiga dan tetap mendapat jawaban yang sama, Junghwan mengangguk sambil merasakan sensasi panas yang menjalar ke telinga.

"Kamu pikir cuma kamu yang diancam sama mereka? Agensiku juga! Tapi aku gak bertindak sebodoh itu, aku masih berusaha mertahanin hubungan kita di atas segalanya."

Emosi Doyoung terdengar jelas di tiap kata yang ia ucap, napasnya terengah karena amarah yang terus meluap. Ia tidak menyangka kalau alasan di balik semua perubahan sikap Junghwan hanya hal kecil itu.

Tapi Doyoung tidak mengerti kalau hal kecil itu merupakan kali pertama bagi Junghwan, karena faktanya, ia juga pernah nyaris merelakan hubungan dengan Park Jeongwoo begitu media mengancamnya.

"Maaf." Ucap Junghwan untuk yang kesekian kali, membuat Doyoung mengacak rambutnya frustasi.

Yang lebih kecil mengambil langkah mundur untuk duduk di sofa yang ada di ruang tengah, karena jika terus berdiri, ia akan kembali jatuh di hadapan Junghwan.

"Pergi kamu dari sini, aku butuh waktu sendiri."

Junghwan jelas enggan menurut, ia tidak ingin kehilangan Doyoung untuk yang kedua kali, ditambah karena kebodohannya sendiri.

Laki-laki bersurai gelap itu memilih untuk berjalan ke arah Doyoung dan berlutut di depannya, dengan mata bengkak dan memerah, ia menatap Doyoung dengan penuh rasa bersalah.

"Aku mungkin belum seberani kamu buat ambil keputusan, ditambah agensi juga terlalu bergantung sama aku, maaf Doyoung, maaf. Andai aku punya pilihan, semua pihak berharap banyak sama aku dan cuma kamu-"

"Cuma aku orang yang bisa kamu korbanin, aku yang bebas kamu sakitin?"

"Bukan gitu, dengerin aku dulu." Tangan Junghwan bergerak untuk meraih tangan Doyoung yang bergetar, sedikit bersyukur ketika yang lebih kecil tidak mendorongnya seperti yang ia kira. "Aku gak punya waktu buat mikir, everything's happened so sudden dan aku juga gak bisa cerita ke siapapun."

"Kan kamu punya aku, kenapa gak diomongin sama aku dulu?"

Kepala Doyoung rasanya mau pecah karena terlalu banyak menangis malam ini, kalau tidak ada Junghwan di sini ia akan menenggak berbagai pil pereda nyeri dan tidur untuk beberapa hari, menghindar dari semua masalah yang terus datang tanpa henti.

"Semua janji yang sempet kamu ucap sekarang lebih mirip omong kosong, masalah yang dateng harusnya jadi lebih ringan karena kita bisa hadapin berdua, tapi sikapmu malah kayak gini."

Suara Doyoung terdengar lirih di telinga Junghwan, ia memberanikan diri untuk mengangkat kepala yang semula tertunduk dan memandang laki-laki yang duduk di hadapannya, wajah Doyoung yang pucat ditambah mata yang bengkak membuat rasa bersalahnya makin besar.

"Aku sayang banget sama kamu, Junghwan." Lanjut Doyoung lagi sembari berusaha mengeratkan pegangannya di tangan Junghwan. Amarahnya yang terus meledak sejak Junghwan memberi penjelasan membuat tubuhnya makin lelah.

"Kamu tau gak sih salahmu di mana?" Tanya Doyoung sembari menatap nanar wajah Junghwan yang masih berlutut di depannya.

"Tau."

"Apa? Kasih tau aku."

"Aku salah karena asal ambil keputusan, aku salah karena gak jelasin semuanya ke kamu, aku salah karena ninggalin kamu gitu aja. Aku minta maaf, Doyoung. Just like you, aku juga gak bisa kalau gak sama kamu."

We Got Married [Hwanbby] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang