26

1.5K 184 43
                                    

Entah sudah berapa kali Doyoung tertawa hari ini, Junghwan tidak berhenti bersikap konyol bahkan sejak mereka datang ke bandara tadi pagi. Keduanya tentu ditempatkan di kursi bisnis, bersama beberapa staff juga juru kamera yang terus merekam kegiatan mereka.

Begitu banyak tingkah aneh yang Doyoung sendiri dibuat heran dan tidak menyangka kalau Junghwannya ternyata sebodoh itu.

"Mata kita beneran gak akan keluar, kan?" Tanya Junghwan, memastikan bahwa ucapan Mashiho adalah kebohongan belaka.

"Beneran, Junghwan. Kamu gak percaya sama aku?" Jelas Doyoung sambil sibuk meraih headphone kabel yang tersedia di masing-masing kursi dan memberikannya pada Junghwan, "Kalau telinga kamu sakit, pakai ini."

"Boleh dibawa pulang?"

Doyoung tertawa keras mendengar pertanyaan kekasihnya, ia bahkan tidak percaya kalau suara tawanya bisa sekeras itu di depan kamera. Telinganya juga dapat menangkap tawa beberapa staff yang duduk tidak jauh dari mereka.

"Gak boleh, itu nyuri namanya. Kalau kamu emang gak punya, nanti aku beliin yang jauh lebih bagus."

Junghwan hanya mengangguk paham namun netranya terus memandang sekitar dengan takjub, penerbangan pertamanya langsung menggunakan kelas bisnis, terkadang ia bersyukur dengan pekerjaannya yang kerap membawa keuntungan, hal ini salah satunya.

Sambil sesekali bergurau dan membicarakan banyak hal di depan kamera kecil yang terpasang di depan kursi mereka, perjalanan dua jam menuju Jepang terasa begitu singkat karena dihabiskan bersama sosok yang paling mereka sayang. Walau tingkah Junghwan kadang terkesan norak, tapi Doyoung tidak peduli karena laki-laki yang duduk di sampingnya, adalah orang yang ia cintai setengah mati.

Setelah turun dari pesawat, mereka berjalan menuju mobil sewaan yang juga telah disiapkan, tentu sambil mendorong koper masing-masing di tangan. Junghwan sempat ingin meraih koper Doyoung agar ia yang membawanya, tapi kekasihnya itu menolak karena lebih memilih untuk merangkul sebelah tangan Junghwan yang bebas.

Salah satu juru kamera yang juga menaiki mobil yang sama, memberi kode pada kedua aktor bahwa ia telah selesai merekam untuk kegiatan hari ini.

"Kita lanjut malem aja, kalian istirahat dulu begitu sampai di hotel." Perintahnya sambil membereskan mic dan beberapa peralatan masuk ke dalam tas khusus rekaman.

Doyoung dan Junghwan mengangguk paham, lagipula mereka pasti sudah memiliki banyak footage sebab syuting hari ini dimulai pagi-pagi sekali.

Karena tidak ada lagi ada kamera yang merekam, situasi antara mereka malah menjadi canggung sebab tidak ingin ada yang curiga. Doyoung memilih untuk memandang ke luar jendela, dan Junghwan ke sisi sebaliknya.

Padahal dalam hati, Junghwan sangat ingin bertanya banyak hal pada kekasihnya yang sudah sering berkunjung ke sini.

Tidak butuh waktu lama hingga mereka sampai di hotel, disambut hangat oleh manajer masing-masing yang sudah menunggu dengan kunci kamar di tangan. Keempatnya langsung masuk ke lift karena tidak ingin ada orang yang merekam mereka diam-diam.

"Tidur di kamar masing-masing." Tekan Yoshi sembari menyerahkan kunci ke dua aktor yang berdiri di hadapan, "Awas aja kalau sampe saya atau Mashiho mergokin kalian tidur sekamar." Lanjutnya lagi.

Doyoung dan Junghwan hanya saling memandang, tapi mereka tahu apa arti tatapan satu sama lain, membuat Yoshi dan Mashiho kesal karena sepertinya walau tidak sedang berada di Korea, aktor mereka juga akan menimbulkan masalah.

"Kamar kita berempat satu lantai, jadi kalau kamu bandel ke tempat Junghwan atau sebaliknya, kita pasti tau." Terselip ancaman di kalimat yang Mashiho ucapkan, tapi siapa yang peduli?

We Got Married [Hwanbby] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang