02

2.4K 306 20
                                    

Doyoung melempar asal piala yang semula ada di tangan ke jok belakang, ia merasa muak jika harus menatap penghargaan itu karena selalu teringat dengan ucapan Junghwan di acara barusan.

Apa Doyoung tidak pantas menerima penghargaan atas semua kerja kerasnya selama satu tahun belakangan? Jika Junghwan berkata demikian, maka tidak menutup kemungkinan kalau orang lain juga berpikiran sama.

"Udahan dong nangisnya." Ucap Mashiho, Doyoung adalah tipe orang yang menangis tanpa suara, hanya terdengar isakan yang sesekali keluar dari mulutnya.

Itu jelas tidak baik bagi kesehatan, dan jika Doyoung sakit maka banyak rencana yang akan hancur berantakan. Jadwalnya sudah disusun sebaik mungkin untuk beberapa waktu ke depan.

"Mending kamu teriak, atau katain Junghwan sampe puas, jangan ditahan gitu emosinya." Lanjut Mashiho lagi, kali ini sambil menyodorkan tisu ke arah Doyoung yang fokus menatap jalanan lewat jendela. "Junghwan brengsek, gitu." Ucapnya memberi contoh.

Dan berhasil membuat Doyoung terkekeh pelan, ia meraih tisu yang manajernya sodorkan, mengusap air mata yang membasahi wajah sebelum menarik napas panjang.

"Aku kapan ada libur, kak?" Tanya Doyoung kemudian.

"Masih lama, dua atau tiga bulan lagi, Kenapa? Mau liburan? Kalau mau nanti aku bilang ke agensi buat kasih jeda satu dua hari."

Doyoung menggeleng, "Mau pulang, gak mungkin kan aku ke rumah Mama cuma dua hari."

"Kangen ya? Atau mau aku yang minta Mama ke sini?"

Lagi-lagi Doyoung menggeleng, "Sama aja kalau gitu, aku kangen Papa, sama kakakku juga."

Tidak lama setelah Doyoung selesai bicara, Mashiho menepikan mobil yang ia kendarai di pinggir jalan lalu meraih botol air minum dari dalam dashboard.

"Minum dulu." Titahnya, entah kenapa nada bicaranya sedikit serius dibanding sebelumnya.

Doyoung yang heran pun tetap menurut, menenggak air dari botol yang Mashiho berikan sebelum menatap manajernya dengan raut kebingungan.

"Gak biasanya kamu kangen rumah, ada masalah? Selain sikap Junghwan malam ini, ada masalah lain yang kamu tutupin?" Tanya Mashiho sambil menyalakan lampu yang ada tepat di atas mereka.

Dibanding menjawab, Doyoung memilih untuk mengalihkan pandangan. Mashiho adalah orang yang cukup peka, perubahan sikap sedikit saja selalu mampu ditangkap oleh radarnya.

"Kim Doyoung." Panggil Mashiho, tapi Doyoung masih enggan menoleh.

"Kamu mau aku cariin psikiater?"

"No, gak ada masalah apa-apa." Tolaknya keras sebab masalah yang ia hadapi juga tidak sebesar itu, bahkan tidak pantas disebut masalah karena semua berasal dari dalam pikirannya sendiri.

Tidak biasanya Doyoung peduli dengan komentar orang lain, tapi sejak Junghwan datang, entah kenapa ia selalu penasaran dengan artikel serta tanggapan netizen terhadapnya. Dirinya kadang mencari tahu, seberapa banyak orang yang ada di pihaknya.

Walau hasilnya menyedihkan, sebab jumlahnya kurang banyak jika dibandingkan dengan para penggemar Junghwan.

Padahal Mashiho juga karyawan agensi yang lain selalu memintanya untuk tidak mencari namanya sendiri di internet, tapi tidak ada yang dapat Doyoung lakukan jika ia sedang bosan di apartemennya sendirian.

Awalnya Doyoung tidak peduli, namun tiap hari ia selalu ingin melihat artikel itu lagi dan lagi. Menyebabkan suasana hatinya menjadi kurang baik karena selalu memikirkan soal tanggapan orang lain.

We Got Married [Hwanbby] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang