Kelopak yang diselimuti oleh bulu mata lentik itu mengerjap pelan sebelum terbuka, disambut dengan langit-langit rumah sakit yang nampak samar sebab sebagian lampu memang sudah dimatikan. Dan ketika ia menoleh, netranya bertemu dengan sosok Junghwan yang masih ada di sana, menepati janjinya.Laki-laki itu masih duduk di kursi samping brankar namun dengan kepala bersandar di sisi kosong ranjang yang Doyoung tempati entah sejak kapan, tapi Doyoung harap belum terlalu lama sebab leher Junghwan pasti akan pegal setengah mati ketika ia bangun nanti.
Tentu saja Doyoung masih ingat apa yang terjadi sesaat sebelum ia tertidur dini hari tadi, Junghwan yang dengan kurang ajar menciumnya kala ia nyaris masuk ke alam mimpi. Bagaimana bisa Doyoung tidak langsung terjaga saat ada benda asing yang menyentuh bibirnya sendiri.
Sebelah tangannya yang bebas mulai bergerak untuk menyingkirkan rambut yang menutup separuh wajah Junghwan, ia jelas kelelahan jika dilihat dari betapa nyenyak tidurnya walau dalam posisi secanggung ini.
Doyoung hampir kembali terlelap sampai tiba-tiba Junghwan ikut membuka mata, menampakkan iris hazel yang ternyata jauh lebih indah ketika dipandang dari dekat.
"Hai." Ucap Doyoung sambil tersenyum, dengan tangan yang masih sibuk mengusap sisi wajah Junghwan.
Punggung tangannya terasa hangat saat bersentuhan dengan kulit telapak tangan Junghwan, jemarinya yang kecil seakan tertelan dengan milik Junghwan yang jauh lebih besar.
"Hai." Balas Junghwan dengan suara serak, "Sarapan dulu yuk?" Lanjutnya sambil membawa tangan Doyoung masuk ke dalam genggaman.
Ia bangkit dari posisinya untuk duduk dengan tegak, mengusap matanya sebentar sebelum kembali menatap Doyoung yang masih betah memandangnya.
"Kenapa?" Tanya Junghwan heran. Doyoung menggeleng sebelum menjawab,
"Kak Mashi sama Yoshi belum dateng lagi?"
"Saya suruh mereka buat urusin semuanya dulu baru balik ke sini, sementara kamu saya yang urus."
Jawaban Junghwan membuat Doyoung menyeringai tipis, "Sengaja ya biar bisa berduaan sama saya?" Ledeknya.
"Iya." Balas Junghwan sebelum mengecup punggung tangan Doyoung yang masih ada di genggaman. "Ayo sarapan, tadi perawat udah anter makanan tapi saya gak tega buat bangunin kamu."
Semua tingkah manis Junghwan berhasil membuat jantung Doyoung berdebar tidak karuan, ia menoleh ke lain arah, berusaha menutupi wajah yang mungkin mulai memerah.
"Mau gak?" Tanya Junghwan lagi, dan untungnya dibalas dengan anggukan pelan.
"Yaudah ini tangannya lepas dulu, saya mau ambil makanannya."
Dengan sangat terpaksa, Doyoung melepas pegangannya di tangan yang lebih tinggi. Masih dalam posisi berbaring, dirinya terus menatap Junghwan yang sibuk merapikan peralatan makan di atas nakas. Ia lalu menekan tombol yang ada di sisi ranjang agar Doyoung dapat duduk bersandar di atasnya.
"Mau makan sendiri atau-"
"Suapin." Pinta Doyoung sambil menggeser tubuhnya, "Kamu duduk di sini." Perintahnya pada Junghwan sambil menepuk sisi kosong kasur.
"Manja banget." Ledek Junghwan namun tetap menuruti kemauannya, ia duduk di samping Doyoung sambil memegang piring berisi sarapan Doyoung pagi ini.
"Kenapa? Gak mau? Yaudah."
"Mau. Saya mau, kamu jangan marah-marah gitu dong."
"Ya lagian..." Cicitnya pelan, Doyoung membuka mulut begitu Junghwan menyodorkan sendok ke depan wajahnya, mengunyah makanan dengan malas karena rasanya yang tidak dapat Doyoung jelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Got Married [Hwanbby] ✔️
FanfictionWherein two actors, trapped in a big scandal but decided to make it beneficial with do a variety show together.