23

1.6K 205 44
                                    

Junghwan bodoh.

Bahkan Jeonghan yakin kalau sampai tahun lalu, otak adiknya belum terbentuk sempurna, dan itu menjadi alasan mengapa ia ikut pergi ke Seoul untuk menetap bersama, agar Junghwan tidak melakukan hal bodoh saat tinggal sendirian.

"Kamu pikir di sini siapa yang salah?"

"Agensi."

"Bego. Ya kamu lah, emang agensi ada nyuruh kamu diemin Doyoung? Ninggalin dia sendirian pas yang dia butuhin cuma kamu di sampingnya? Kamu sadar gak sih kalau sikap kamu nih keterlaluan?"

Junghwan diam. Tidak berniat menyanggah karena kalimat kakaknya benar adanya. Ia memberanikan diri untuk menceritakan semua hal setelah Jeonghan memaksanya habis-habisan, jelas karena sikapnya yang berubah sejak ia pulang dari agensi beberapa hari lalu.

"Gak usah kamu punya niat buat balikan sama Doyoung, dia deserve orang yang jauh lebih baik dibanding kamu."

Ucapan Jeonghan diakhiri dengan pukulan keras di belakang kepala adiknya, ia tahu rasanya nyeri bukan main begitu Junghwan berteriak sambil mengaduh kesakitan, tapi tidak apa, itu tidak sebanding dengan yang ia lakukan ke Doyoung.

"Kak! Terus aku harus gimana?" Tanya Junghwan, sedikit berteriak pada Jeonghan yang berjalan menjauh dari dapur.

"Ngapain nanya? Kemarin-kemarin aja kamu ambil keputusan sendiri?"

Junghwan menghela napas, lagi-lagi ia harus menanggung kebodohannya seorang diri.

***

Hari pernikahan pun tiba, setelah melakukan pemotretan untuk pre-wedding yang luar biasa canggungnya, Doyoung dan Junghwan kembali bertemu namun kali ini di tempat yang berbeda.

Karena syuting dilakukan di penghujung musim dingin, maka sutradara memutuskan untuk mengadakan acara di dalam gedung yang sudah didekorasi sedemikian rupa.

Dengan nuansa serba putih dan dihiasi dengan berbagai potret kedua mempelai yang diambil selama syuting berlangsung, kebahagiaan nampak jelas di sana, walau berbanding terbalik dengan raut dua orang yang menjadi pemeran utama.

"Gapapa dilepas gitu?" Tanya Mashiho pada Doyoung yang mulai membuka perban yang membebat tangannya selama beberapa hari belakangan.

"Gapapa, takut canggung juga kan nanti harus pake cincin." Ucapnya.

Sebenarnya tangannya sudah jauh lebih baik, tertimpa lighting yang beratnya kurang dari lima belas kilogram tidak membuat tulangnya remuk seperti apa yang ia bilang pada Junghwan malam itu. Hanya saja beberapa pecahan kaca menghasilkan luka yang mengganggu pemandangan, maka Doyoung memutuskan untuk menutupnya dengan perban.

"Bekas lukanya udah gak terlalu keliatan kan kak?" Tanya Doyoung pada manajernya yang mulai berjalan mendekat.

Dengan hati-hati Mashiho memeriksa tangan aktornya yang memang masih dihiasi luka samar, "Gapapa, lagian nanti pake lengan panjang kan?" Tanyanya, dan Doyoung mengangguk sebagai jawaban.

Atensi keduanya teralihkan pada pintu ruang tunggu yang dibuka dari luar, menampakkan sosok yang membuat dada Doyoung kembali sesak.

Itu Junghwan.

Mashiho menyapa Junghwan juga Yoshi yang baru datang, tapi tidak dengan Doyoung. Laki-laki itu meraih baju yang memang sudah disiapkan dan berjalan menuju ruang ganti tanpa menoleh ke arah Junghwan.

Tidak ada satupun dari mereka yang ingin bercerita soal masalah yang tengah dihadapi, baik Doyoung dan Junghwan, keduanya memilih untuk menutup mulut rapat-rapat dan merahasiakan semuanya pada manajer masing-masing.

We Got Married [Hwanbby] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang