21

1.7K 223 38
                                    

"Tadi sempet ke sini dan katanya mau balik lagi habis ganti baju, tapi malah gak dateng-dateng. Kamu cek sana, sekalian ajak makan bareng." Perintah Jeonghan sambil merapikan makanan yang memang ia siapkan untuk adiknya.

"Kakak aja yang ke rumah Doyoung, mau gak?"

"Gak. Mager." Tolak Jeonghan mentah-mentah, "Lagian tumben banget gak mau? Biasanya tanpa disuruh juga udah nginep di tempat pacarmu itu." Omelnya kemudian.

Junghwan menghela napas, begitu banyak hal buruk yang terjadi malam ini dan sepertinya bertemu Doyoung justru akan memperkeruh suasana.

Di kantor agensinya tadi, salah satu petinggi berkata kalau media sudah memiliki bukti soal hubungannya dengan Doyoung, hasil menguntit mereka selama beberapa hari, mengancam akan menyebarluaskan bukti tersebut dan siap membuat nama Junghwan hancur berantakan.

Wartawan itu mengerti bahwa Junghwan lah yang akan dirugikan jika hubungan mereka terungkap, ini bukan kali pertama bagi Doyoung dan karirnya yang sudah mencapai puncak. Sedangkan untuk Junghwan, profesinya baru sebentar, dan ia paham kalau kebanyakan penggemarnya menyukainya bukan hanya karena kemampuan, tapi juga dari penampilan.

Maka ia memilih untuk bernegosiasi dengan agensi Junghwan sebab Doyoung pasti tidak peduli.

Agensi sudah memberi uang agar media tutup mulut, tapi tidak menutup kemungkinan bahwa mereka akan menemukan bukti baru jika ia dan Doyoung masih terus berhubungan walau tidak terang-terangan.

Membuat Junghwan menghabiskan perjalanan pulang ke rumahnya dalam diam meski Yoshi sudah beberapa kali mendistraksi.

"Kenapa? Ada masalah?" Tanya Jeonghan begitu melihat raut adiknya yang menggelap.

Junghwan menggeleng, "Gapapa, aku ganti baju dulu baru ke rumah Doyoung." Ucapnya dan berlalu menuju kamar tidurnya.

Butuh waktu cukup lama bagi Junghwan hingga ia keluar dari sana, sebagian besar waktunya dipakai untuk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di depan.

Keputusannya untuk menjalin hubungan dengan seniornya sendiri sepertinya kurang tepat. Junghwan pikir, memiliki Doyoung di sampingnya akan membuat hari yang buruk terasa baik-baik saja. Tapi sepertinya tidak, jangankan dunia, mereka bahkan tidak memiliki kekuatan besar hanya untuk mengalahkan media.

"Kenapa?" Tanya Jeonghan lagi begitu melihat sosok adiknya kembali berjalan menuju dapur, sedangkan Junghwan malah menggeleng pelan.

"Ini aja?" Tanyanya sembari meraih tas berisi beberapa kotak makan.

Jeonghan mengangguk, Junghwan yang hendak beranjak dari sana menghentikan langkah saat kakaknya kembali bicara.

"Kalau ada apa-apa, langsung diomongin. Jangan ditahan sendiri dan malah jadi bumerang buat hubungan kalian."

Tapi Junghwan hanya mengangguk paham, tidak berniat menanggapi karena mau sekeras apapun usahanya, ia tidak akan dapat melawan kalimat kakaknya sendiri. Laki-laki itu menyempatkan diri meraih kotak obat sebelum keluar dari rumah dan berjalan menuju kediaman Doyoung yang jaraknya tidak jauh dari sana.

***

Telunjuk Junghwan menekan angka yang sudah ia hapal di luar kepala, membuka pintu rumah dan sedikit terkejut saat menemukan Doyoung yang tengah terlelap sambil duduk menyamping di atas sofa.

Ia menarik napas, berusaha mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-banyaknya walau terasa berat karena begitu banyak beban yang menumpuk di sana.

Langkahnya berhenti tepat di depan sofa, meletakkan tas berisi makanan di atas meja sebelum ikut duduk di samping kekasihnya. Sebelah tangannya terulur untuk mengusap sisi wajah Doyoung yang nampak pucat, ia pasti kelelahan karena terus beraktivitas seharian.

We Got Married [Hwanbby] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang