03

2.3K 291 40
                                    

Doyoung kini duduk sambil bersandar di atas sofa, lengkap dengan kedua tangan terlipat di depan dada, sementara di hadapannya ada Junghwan yang sibuk mengaduk bubur panas sambil sesekali meniupnya pelan.

"Tiup dulu, takutnya masih panas." Ucapnya sambil menyodorkan sendok ke depan mulut Doyoung.

Entah karena terlalu lelah atau memang enggan berdebat dengan Junghwan, Doyoung menurut. Ia meniup bubur yang Junghwan sodorkan sebelum membuka mulut.

Dan kegiatan itu terus berlanjut bahkan hingga bubur di mangkuk hampir habis, Junghwan tersenyum puas kala melihat Doyoung makan dengan lahap.

"Masih laper? Mau saya buatin lagi?" Tanya Junghwan setelah berhasil membuat Doyoung menghabiskan makanan yang ia buat.

Dan Doyoung menggeleng, ia menenggak habis air yang Junghwan berikan sebelum kembali menatap laki-laki di hadapan.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Doyoung kemudian, suaranya cukup keras seakan baru saja mendapat tenaga dari makanan yang masuk ke perutnya.

"Saya mau minta maaf." Ucap Junghwan setelah meletakkan mangkuk kosong ke atas meja.

"Minta maaf?"

"Iya, saya minta maaf atas kejadian tadi malam. Saya gak bermaksud bikin sunbae tersinggung." Jelasnya singkat.

Doyoung menghela napas sebelum mengangguk paham, "Udah gue maafin. Lagian lo gak sepenuhnya salah, kemampuan gue emang belum sebaik itu sampe bisa dapet penghargaan."

Raut Junghwan menggelap, padahal bukan itu maksud dan tujuannya datang kemari.

"No, sunbae. Saya ngomong gitu supaya situasi kita gak terlalu canggung, but it was too much, I know. Candaan saya emang gak lucu."

Bercanda, andai Junghwan tahu bahwa gurauan itu membuatnya terus berpikir buruk semalaman.

"Sunbae, I'm so sorry. Gak ada satupun kalimat baik yang keluar dari mulut saya tadi malam, saya minta maaf." Ucap Junghwan lagi, kali ini dilengkapi dengan raut penuh penyesalan.

Sebab tidak ingin berlama-lama bersama Junghwan di rumahnya, maka Doyoung mengangguk cepat agar urusannya segera berakhir. "Udah gue maafin, sekarang lo pulang, udah jam segini."

Bukan tanpa alasan Doyoung berkata demikian, ini jam tiga pagi dan jika ada orang yang memergoki Junghwan keluar dari gedung apartemennya selarut ini, maka karir mereka bisa hancur berantakan.

Apalagi Junghwan memiliki banyak penggemar yang siap membunuh Doyoung kapan saja, Doyoung jelas enggan mencari masalah dengan mereka.

"Tapi sunbae-"

"I know, Junghwan. Gue ngerti, gue paham kalau lo ngerasa bersalah makanya lo dateng ke sini, bantuin gue, bahkan bikinin gue makanan. And that's enough, gue udah maafin lo."

Junghwan akhirnya mengangguk, ia bangun dari tempatnya lalu meraih scarf yang tersampir di punggung sofa.

"Saya bisa keluar sendirian, sunbae istirahat aja." Ucapnya saat melihat Doyoung ikut bangkit.

"Gapapa, gue anter sampe depan."

Keduanya berjalan ke arah pintu, tubuh Doyoung sudah lebih baik dibanding sebelumnya, efek obat yang ia beli memang tidak perlu diragukan. Ditambah dengan bubur yang Junghwan buat, kini perutnya terasa jauh lebih nyaman.

"Panggil orang lain kalau masih ngerasa gak enak badan, sunbae gak boleh sendirian." Titah Junghwan yang saat ini berdiri di depan pintu, Doyoung membalas dengan anggukan.

"Makasih, Junghwan." Jawabnya, diiringi dengan senyum tipis di akhir kalimat.

Di balik scarf yang Junghwan gunakan, ia ikut tersenyum. Itu adalah senyum pertama Doyoung untuknya, hanya untuk Junghwan. Memiliki kesan manis tidak lantas membuat Doyoung memiliki pribadi yang menyenangkan, laki-laki itu bahkan selalu terlihat kikuk dan canggung saat melakukan sesuatu.

We Got Married [Hwanbby] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang