20. Flashback 3

190 14 3
                                    

"..Bibi.." cicitnya takut.

"Apakah aku harus meminta maaf karna kamu menabrak ku?" Suara yang dingin dan main-main.

"Tidak! Bibi, maaf, aku tidak sengaja. Maafkan aku oke?" Sakuya melihat bibi yang lebih menakutkan dari neneknya.

Berambut putih, dan mata Byakugannya. Namun wajahnya sangat mengerikan. Cantik sih cantik. Tapi..entah kenapa membawa aura kematian. Itu yang mengerikan.

"Kenapa berlarian? Tidak ada citra anggun sama sekali."

Mendengar itu, Sakuya jadi teringat kelahiran adiknya. Ada rasa sedih dalam hati. Kenapa adik yang manis harus lahir seperti itu..

Shisiya menatap keponakannya dengan mata perhitungan. Hanya sekejap lalu menghilang. "Kenapa? Telah menemukan saingan sejati? Sang pewaris. Artinya, tidak ada tempat bagimu. Hhh.. bagaimana tanduknya? Cantik bukan? Apakah kmu iri? Kamu benci? Ya! Kamu harus benci! Jika dia tidak lahir, maka kmu yang akan menjadi penguasa. Dia.. seharusnya tidak lahir bukan~" Suara yang seperti iblis terdengar di telinga.

"..tidak! Dia adikku! Aku akan melindunginya! Dan dia bukan musuhku!" Setelah berkata itu Sakuya lari dengan mata penuh kerumitan.

"Heh, anak ingusan. Aku akan melihat, sampai mana batas hati baikmu~" setelah itu Shisiya menghilang dari sana.

🐾🐾🐾

Beberapa hari kemudian.

Di istana utama.

Di atas tahta, duduk Syura di dampingi istrinya, Inari yang sedang menggendong Sakura. Di samping nya duduk, Shireya.

Dan di tempat duduk putri, telah duduk Sakiya dan Sakuya.

Dan para menteri, bangsawan, serta perwakilan setiap tanah, hadir dengan wajah gembira.

Salah satu perempuan dengan tanduk kelinci tampa pola yang duduk di antara bangsawan berkata. "Memang pantas untuk disebut Sang Pewaris. Ketika lahir sudh memiliki tanduk yang tidak pernah di miliki oleh siapapun."

"Juga jangan lupa, Kaguya. Ketika Yang Mulia kecil lahir, kita para pendamping/tangan kanan. Semua, kita merasakan perasaan yang sangat agung."

"Ya kakak. Anda benar." Ucap Kaguya.

Pria itu kembali melihat Sakuya yang melambai-lambai kan tangan kecilnya di udara. Kemudian menatap Syura. "Kami, perwakilan dari bangsawan. Siap untuk patuh dan tunduk dengan perintah Sang Pewaris. Dan kami siap melindunginya dengan segenap jiwa dan raga kami. Sang Pewaris bisa langsung memilih tangan kanannya dengan bebas. Kami akan patuh."

Ucapan pria itu seraya berlutut, di ikuti Kaguya dan bangsawan, menteri dan perwakilan tanah.

Melihat kesetian yang tak terbantahkan. Shireya tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha, bagus! Sangat bagus! Ingatlah ucapan kalian. Ketika cucuku dalam bahaya, bahkan nyawa kalian harus menjadi taruhannya."

"Ya! Yang Mulia agung!" Ucap mereka serentak.

Setelah itu mereka berbincang-bincang dengan hangat.

Di sisi Kaguya.

Merasa ada yang menarik bajunya. Kaguya menoleh kesamping. "Ada apa Shira?"

Shira yang berumur 5 tahun menatap Kaguya. Dan melirik ke arah Sakura. "Bibi.. dia sangat imut. Aku ingin menjadi tangan kanannya. Setia, siap melindunginya dari badai apapun itu. Bahkan ketika dia menginginkan nyawaku akan ku berikan. Dan ketika dia berkata ke barat, aku tidak berani ke timur. Dan jika dia berkata ke selatan aku tidak berani ke Utara."

Ucapan dengan nada murni dan polos membuat Kaguya tertawa. "Kalau begitu, kamu harus menjadi yang terkuat. Hanya orang terkuat yang bisa menjadi tangan kanannya."

Otsutsuki SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang