27. Flashback 10

62 8 0
                                    

"Sakiya." Panggil Inari.

Sakiya berhenti. Dan berbalik menatap ibunya. "Bu, ada apa?"

"Kenapa mengurung Sakuya di kamarnya?" Ucap Inari dengan wajah penuh interogasi.

Sakiya tak berdaya. Hanya dalam 1 hari, ibunya mendatanginya dengan wajah penuh interogasi. "Bu, aku tidak mengurungnya. Malah sebaliknya, aku membuatnya beristirahat selama 7 hari full tanpa beban pikiran. Karna pikirannya sedang kacau saat ini, jadi dia tidak bisa berfikir dengan jernih."

"Pikiran kacau apa? Kamu, alasan." Ungkap Inari tak percaya.

Sakiya tersenyum. "Bu, bukankah ibu sendiri yang merasakan dia agak berbeda akhir-akhir ini? Jadi, aku dengan baik hati mendamaikan pikirannya yang sedang kacau. Jadi, ibu tidak perlu khawatir tentang Sakuya, dia akan normal beberapa hari kedepan. Jangan khawatir."

"Ini.." Inari ragu-ragu. Namun akhirnya ia menghela napas panjang. Inari mengulurkan tangannya, dan menyentuh wajah Sakiya. "..ibu tidak tau apa yang sedang terjadi saat ini. Namun ibu tau, saat ini memang suasananya agak sedikit tegang. Dan..ibu merasa.. sedikit sesak di dada. Perasaan ini, ibu tidak menyukainya."

"Ibu hanya berharap, putri-putri ibu rukun, hidup saling membahu, saling mencintai dan menyayangi. Dan hidup dengan damai. Namun..aku merasa..entah kenapa harapan ku ini agak sulit di wujudkan." Ucap Inari dengan wajah yang rumit.

"..." Sakiya tidak menyela ucapan ibunya, dia menatap wajah ibunya. Bu..harapanmu, memang sedikit sulit di wujudkan. Tapi.. aku akan mewujudkan nya untukmu. Dan untuk keluarga kita.

"Hah.. Sakiya, sebagai putri sulung. Lindungi adik-adik mu dengan sekuat tenaga. Tapi, jangan lupa dengan kebahagiaan mu juga. Oke."

Sakiya mengangguk. "Bu, jangan khawatir. Buang pikiran buruk itu, itu, tidak akan terjadi. Aku janji Bu."

Inari tersenyum. "Kalau begitu Ibu akan menemui ayahmu."

"Ya Bu, jalan perlahan."

Meong~

Dengan suara eongan, dan merasa sesuatu yang lembut menyentuh kakinya. Sakiya menatap ke bawah.

Seekor kucing kecil berekor tiga.

Meong~

Kucing kecil itu menatap Sakiya dengan mata besarnya. "..apakah kamu khawatir padaku?"

Meong~

Sakiya tertawa. Mengelus kepala kucing kecil dengan lembut. "Terimakasih, tapi aku tidak apa-apa."

Di sisi lain.

Sebuah kamar terlihat berantakan. Seperti.. angin topan sudh memporak-porandakan nya. Tapi, bukan angin yang salah. Angin tidak ada KTP-nya, juga..siapa yang akan membuatkan angin KTP? Nah Itu sesuatu yang lain. Pelakunya..

Sedang duduk di atas kasur dengan mata tertutup. Mengabaikan semua hal kekacauan yang sudh di buatnya.

Sesuatu seperti asap hitam tiba-tiba terlihat, lalu memunculkan seseorang. "Sangat berantakan. Tapi bagus, kmu tidak semudah itu untuk patuh pada mereka."

Sakuya membuka matanya. "Bibi? Bagaimana bisa kau menembus kenkai yang di buat oleh 3 master elit?"

Shisiya mendekati Sakuya. "Jangan remehkan diriku, bahkan jika 30 master elit yang membuat kenkai, itu akan hancur dengan sekali jentikan jariku."

"Sangat kuat! Bisakah bibi mengajariku?" Semangat Sakuya.

Shisiya mengangguk. "Ya.. akan ku ajari semuanya. Tapi... Tunggu umur mu 20an."

"A.." Sakuya kecewa. Tapi kembali bertanya. "Tpi bibi, kenapa harus menunggu umur ku 20an?"

"Kekuatan mu saat ini masih belum stabil. Bahkan jika kamu sudh menumbuhkan tanduk. Kekuatan Otsusuki yang sejati akan kokoh dan tak terbatas ketika umurnya mencapai 20 tahun. Karna di umur itulah, penampilanmu tidak akan berubah lagi, dan akan tetap seperti umur 20an meski umurmu sudh mencapai batasnya. Mengerti?"

Otsutsuki SakuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang