13. Na : 2/4+5+1/7+1/3+2/4+3/5

237 36 54
                                    

13

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

13. Na : 2/4 + 5 + 1/7 + 1/3 + 2/4 + 3/5

"Banyak bacot lo, penipu!" geram Argi memasang tatapan benci pada Keyla yang sudah menipu Karina dengan iming-iming bahwa dirinya dijadikan sandera.

"Lo tau dia temen sekolah gue?" tanya Karina pada Argi.

Argi mengangguk. "Sebelum Ketua Agensi DGE membuat keputusan kita sebagai partner, gue selidiki lo lewat daftar siswi SMA Darrielle. Dan saat itu juga muncul profile siswi menyebalkan ini di list sekolah lo."

Karina tertegun dengan Argi yang seniat itu untuk mengetahui sepantas apa partner yang dia mau. Fakta bahwa sekarang Karina dan Argi adalah partner yang saling membantu, artinya Argi telah menerima Karina sebagai partnernya setelah menyelidiki dengan teliti. Di dunia ini, Karina menganggap semua orang akan terluka dan tidak akan bertahan jika bersamanya, ketika tahu Argi menerimanya sebagai partner, Karina terkejut. Dia tidak menyangka akan ada seseorang yang menerimanya, bahkan bisa bertahan.

"Karina, ayo kalahkan mereka bersama," kata Argi memberikan sebuah cahaya harapan pada Karina.

Karina termangu sesaat, lalu menyahut, "Iya."

Akhirnya mereka berdua pun maju sembari bertarung dengan bela diri yang dikuasai sekuat tenaga melawan Keyla dan buronan nomor lima itu. Karina melawan Keyla, sementara Argi melawan buronan nomor lima. Persaingan sengit terjadi di antara mereka berempat. Suasana mencekam dengan langit yang sedikit mendung menambah kesan menegangkan di gedung ini.

Karena terlalu fokus pada lawan yang sedang mereka hadapi saat ini, tanpa Argi sadari dari arah jauh tiba-tiba melesat sebuah anak panah yang nyaris menusuk kepala belakang Argi. Akan tetapi, anak panah itu digagalkan oleh seorang perempuan yang tiba-tiba berlari dan memegang erat panah itu dengan telapak tangannya sendiri membuat panah tersebut yang hampir membunuh Argi spontan terhenti.

Orang yang melesatkan anak panah bersembunyi di belakang tembok lantas berdecak kesal. Pemuda dengan hoodie hijau tua dan masker hitam menutupi setengah wajahnya membawa tempat berbentuk seperti tabung untuk menaruh beberapa anak panah di punggung kini kesal karena rencananya untuk membunuh salah satu di antara Karina dan Argi telah gagal.

"Ck, ARGGG! GUE GAGAL!! SIAPA SIH CEWEK TADI?!" omel pemuda itu seraya mengintip untuk melihat siapa yang menggagalkan rencananya.

Karina dan Argi langsung menghempaskan serangan terakhir yang membuat lawan mereka langsung terkapar di lantai. Mereka dibuat terperangah oleh kedatangan seorang perempuan yang memegang anak panah mengarah pada kepala Argi.

Pemuda dengan hoodie hijau yang memantau dari jauh itu memasang lirikan kebencian. "Dena Zevalethea," lirihnya dengan jari-jarinya yang mengepal karena kesal.

Dena melempar anak panah itu ke lantai. "Lo nggak pa-pa?" tanya Dena pada Argi dengan ekspresi santai.

Argi yang wajahnya tergambar sedikit kebingungan menganggukkan kepala. "Iya, gue nggak pa-pa."

"D-Den? Itu tadi lo ngapain pegang panah?" tanya Karina menunjuk panah itu yang kini tergeletak di atas lantai. Keadaan panah itu sedikit bengkok dan nyaris patah karena ulah tangan Dena.

"Panahnya tadi hampir nusuk kepala Argi, Rin. Masa gue diem aja sih? Gue kan lihat, ya gue harus tolongin lah," kata Dena menjawab sedikit ketus.

Karina manggut-manggut pelan tandanya paham.

"Kalian sendiri ngapain di sini?" Dena bertanya membuat keduanya saling terdiam menjadi rahasia. "Lo juga ngapain ke sini, Gi?! Udah tau lo baru sadar dari pingsan, malah hampir kebunuh tuh tadi! Mending sekarang lo selamat, kalau nggak ada yang tolongin kota di gimana, hah?" omel Dena.

Argi tertawa kecil melihat Dena mengomel.

"Yaudah ayo ayo cabut ah! Jangan ke sini lagi lo berdua! Serem amat tempat kalian ketemuan," kata Dena sembari menarik pergelangan tangan Karina dan Argi untuk keluar dari gedung ini.

Saat mereka bertiga sudah di luar gedung, Dena menyuruh Argi dan Karina untuk pergi terlebih dahulu, sebab Dena bilang dia harus pergi ke supermarket membeli stok makanan di dapur rumahnya. Argi dan Karina pun menurut, mereka berdua akhirnya pergi duluan meninggalkan Dena.

Dena merogoh saku celananya, kemudian mengetik sebuah pesan singkat.

Dena :
Udah?

? :
Hm

Dena :
Jangan lupa, bonus cuannya nanti kasih gue.

? :
Ya.

Dena :
Ngapain lo ngincer nyawa dia tadi?

? :
Sok jagoan. Gue nggak suka lihat cowok tolol itu

Dena :
Lo yang goblok.
Berhenti bahayain nyawa dia. Paham lo?

? :
Hm

Dari arah jauh, sepasang mata tengah memperhatikan Dena. Seorang perempuan dengan rambut blonde dan topi hitam polos. Dari caranya menatap, perempuan itu tengah memperhatikan setiap ketikan keyboard yang disentuh Dena pada layar ponselnya itu. Di belakang perempuan berambut blonde itupun ada seorang laki-laki yang rambutnya juga sedikit berwarna blonde memakai kacamata hitam mengintai Dena sama seperti perempuan blonde itu.

—• [Na] •—

Karina belum pulang ke rumahnya, perempuan itu mengantarkan Argi ke rumah Dena terlebih dahulu. Sebelum beberapa meter lagi sampai di rumah Dena, mereka mampir ke toko kelontong membeli minuman kaleng, lalu kembali berjalan menuju rumah Dena.

"Lo tinggal serumah sama Dena?" tanya Karina membuat Argi yang sedang meneguk minuman kalengnya tersedak.

Argi menggelengkan kepalanya cepat. "Nggak mungkinlah."

"Kenapa nggak mungkin?" tanya Karina dengan wajah minim ekspresi yang polos.

"Gue cowok, dia cewek. Beda gender bukan sedarah nggak boleh satu rumah," kata Argi dengan bijak.

Karina manggut-manggut mengerti. "By the way, lo kenal Dena dari kapan?" tanya Karina penasaran.

"Kenapa lo bertanya?" Argi bertanya balik.

"Gue sahabat Dena lebih dari tiga tahun. Dan gue nggak mau sembarangan cowok bisa merusak hidupnya, ngerti lo?" tekan Karina dengan wajah dan nada tegas.

Argi meneguk kembali minuman kalengnya dan menghabiskannya dalam sekali teguk. Pemuda itu laras melempar kaleng itu ke dalam tong sampah yang sedang ia lewati di jalan ini. "Gue semalam hampir mati dikoroyok. Tapi tiba-tiba dia datang dan menolong gue. Lo tenang aja, jangan khawatir. Gue janji bakal balas budi sama dia."

Mendengar hal itu, Karina lantas mengukir senyum tipis. "Oke. Gue harap lo bisa pegang kata-kata lo itu."

Sekitar lima menit berjalan menuju rumah Dena, akhirnya kini mereka sudah sampai. Argi dan Karina tiba-tiba berpapasan oleh Kak Chiko yang membawa tas gitar di punggungnya. Entah karena apa, tidak ada angin atau hujan Karina langsung mengumpat di belakang Argi.

—• [Bersambung] •—

—• [Bersambung] •—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MYSTERIOUS NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang