24. Na : VKSAJG ZOS LUXKTYOQ OZA..

167 23 11
                                    

24

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

24. Na : VKSAJG ZOS LUXKTYOQ OZA..


Dena berhasil kabur, perempuan itu berlari dari lantai bawah rooftop menuju lantai dasar. Perempuan itu terlihat buru-buru menuruni anak tangga karena takut mereka yang sudah mengetahui identitas aslinya memiliki kesempatan untuk mengejarnya. Dena tidak tahu sejak kapan ada tali yang terikat di sana bertepatan dengan sebuah granat berisi gas penidur yang muncul. Dena yakin bahwasanya granat tersebut tidak mungkin datang dengan sendirinya tanpa bantuan manusia yang melemparnya pada situasi terpojok seperti itu. Seolah, granat itu menyelamatkannya dari situasi yang dapat menggagalkan rencana mulusnya.

Murid-murid SMA Darrielle masih mengerumuni pintu masuk dan keluar sekolah ini, alhasil membuat Dena palsu itu menjadi semakin panik karena jalan keluar tak memiliki luang. Tak memiliki cara lain, Dena langsung mengambil APAR yang ada di lorong lantai satu SMA Darrielle ini, lalu melemparnya ke jendela yang seketika membuat kaca pecah berlubang. Perhatian semua orang spontan tertuju pada Dena dalam sesaat.

Tidak mempedulikan apa kata orang-orang, Dena langsung melompat, dan keluar dari gedung SMA Darrielle melalui jendela yang kacanya sudah dia pecahkan. Semua orang terdiam tak menyisakan sedikit suara pun setelah Dena memecahkan kaca jendela ini. Mereka semua tertegun dan tak ada yang merupakan menegur.

"Siapa itu?" siswi-siswi lain berbisik membicarakan siapa perempuan yang melakukan aksi nekat itu.

"Ngapain dia?"

"Kabur lewat jendela?"

"Ih, nekat banget."

Bergabung bisikan muncul pada murid-murid yang mengerumuni pintu SMA Darrielle.

—• [Na] •—

Karina menatap punggung Dena dari belakang dengan perasaan hangat yang akhir-akhir ini tak dirasakannya saat melihat Dena palsu. Perasaan rindu yang terdalam, tertanam dalam hatinya yang dalam.

"D-Dena?" gumam Karina dengan wajahnya yang masih syok karena selama ini Queenna yang berada di dekatnya adalah Dena, dan orang yang dia anggap Kak Chiko adalah Queenna-nya sendiri.

Dena berbalik badan menatap kedua mata Karina dengan senyum manis yang terukir membuat kedua matanya berbentuk bulan sabit terbalik. Sungguh eye smile yang manis. "Hai!"

Perasaan yang tak bisa dirangkai oleh kata-kata muncul dalam hati Karina. Dia tidak tahu harus berkata apa untuk mengutarakan isi hatinya tentang Dena, sahabatnya yang dianggap sudah mati dalam kasus kebakaran hotel Goralliswa setahun yang lalu. Namun, setelah kasus itu terjadi, tiba-tiba Dena palsu itu muncul menggantikan hidup Dena yang asli dengan cara pura-pura.

Karina langsung menghampiri Dena dan memeluknya begitu erat. "Lo tau nggak gue serindu apa sama lo? Selama ini ternyata filling gue benar. Perasaan gue selalu asing saat ada Dena yang tadi. Tapi, karena sekarang gue udah lihat lo, entah kenapa perasaan gue tiba-tiba hangat, perasaan rindu yang udah lama tertimbun muncul dengan sendirinya tanpa harus gue pinta."

"Den, gue tau lo pasti masih hidup. Gue tau lo pasti bisa hadapi semuanya. Gue tau lo adalah sahabat gue dan Queenna yang nggak akan pernah melupakan kita," imbuhnya. "Maaf.. Maafin gue, Den. Seandainya waktu itu gue dan Queenna nggak keluar tinggalkan lo, mungkin Dena palsu itu nggak mungkin ambil alih hidup lo dengan cara pura-pura."

Dena menepuk punggung Karina begitu lembut seraya memeluknya balik. "Jangan minta maaf, lagipula yang minta ditinggalin itu aku, bukan kemauan kamu dan Queenna juga."

"Maaf.. " cicit Karina begitu menyesali perbuatannya.

"Udah ih, jangan minta maaf mulu, aku jadi nggak enak," kata Dena.

Setetes air mata mengalir membasahi pipi Karina. "Gue bukan temen yang baik buat lo.. " lirih Karina.

Dena melepas pelukannya, lalu menempelkan kedua telapak tangannya pada pundak Karina. "Teman itu ada saat senang dan duka. Sebagai teman, lo harus terima apapun kekurangan dan kelebihannya. Teman bukan hanya tentang pergi ke kantin bersama, namun juga tentang kesetiaan, ketulusan, dan kebaikan."

Mendengar ucapan Dena, perasaan rindu Karina sampai ingin menangis semakin besar. "Jangan lupain gue. Lo berdua itu sahabat gue. Gue tau ini egois, tapi gue mau selamanya kita nggak asing."

"InsyaAllah, Karina," kata Dena seraya mengukir senyum eye smile-nya.

Untuk pertama kalinya di depan para laki-laki, Karina berani menampilkan senyuman manisnya meski senyuman itu sejujurnya hanya untuk Dena dan Queenna.

Zay melongo melihat senyum Karina yang tak belum pernah dia lihat sebelumnya.

Eh Ya Allah, MasyaAllah, cantik banget senyumnya dia, batin Zay memuji.

Queenna berbalik badan seraya tertawa kecil melihat dua sahabatnya seperti sedang reunian ini. "Maaf ya, gue tau pasti lo kaget, Kar. Gue cuma mau bantu Dena temukan orang yang mau membunuh kita."

"Membunuh kita?" tanya Argi menyela pembicaraan mereka bertiga.

Queenna mengangguk. "Lo masih ingat kasus kebakaran hotel Goralliswa setahun yang lalu ‘kan?"

"Ah ya, kasus itu saya sedang menyelidikinya," ujar Zay seraya menjentikkan jarinya.

"Selidiki? Ngapain lo selidiki sebuah kasus? Emangnya lo detektif?" tanya Rayyan seraya memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

Zay menoleh menatap Rayyan. "Saya bukan detektif seperti Karina. Saya hanya ingin ikut menyelesaikan kasus ini sebagai pengganti teman saya."

"Lo punya teman?" Pertanyaan Rayyan yang terdengar begitu lugu membuat orang-orang di sekitarnya melemparkan ekspresi dan lirikan terperangah. Untuk saja Zay tipe orang yang tidak begitu mempedulikan hal seperti itu, jadi tidak ada pertikaian di antara mereka.

"Punya," jawab Zay mengangguk dengan wajah polosnya. "Dia bukan seorang detektif, tapi dari tim forensik."

"Saya mau menggantikan dia mengusut kasus kebakaran hotel Goralliswa yang melibatkan tiga perempuan bernama belakang 'Na' ini usai. Saya juga nggak rela teman saya itu sekarang menghilang entah ke mana," lanjutnya.

Dena berpikir sejenak dalam pikirannya karena teringat seseorang dari ucapan Zay tadi. "Nama teman kak Zay itu, Chiko Mahendra, seorang pemuda dari tim forensik bagian tiga yang mengatasi kasus kebakaran?"

Zay membulatkan kedua matanya tertegun mendengar pertanyaan Dena itu. "K-kamu kenal dia?" Zay terlihat gagap karena tidak menyangka hal ini akan terjadi.

Dena menganggukkan kepalanya. "Beberapa bulan setelah kebakaran itu, aku koma. Kak Chiko juga koma karena dia ikut andil dalam gedung waktu itu."

"H-hah? Tapi, saya bertemu dia kok lagi berdiri di dekat para pemadam kebakaran memenangkan Argi yang berteriak memanggil nama kamu."

"Itu aku, Kak," ungkap Dena. "Kak Chiko diam-diam lari ke dalam gedung hotel untuk menyelamatkan seseorang yang masih terjebak di dalam sana, walau ujung-ujungnya perempuan itu tiada dan Kak Chiko jadinya koma sampai sekarang."

"Chiko koma?.. Ini udah hampir setahun, Dena.. Itu.. Itu nggak mungkin, ‘kan?" Zay terlihat lesu dan tak ceria lagi seperti biasanya. Raut wajah kecewa karena sebagai teman dia tidak tahu apa-apa membuatnya semakin frustasi.

"Oi Zay, nih ya gue kasih tau, gue walau sebagai anggota di tim forensik, gue tetep bisa usut kasus sampai kelar nih! Mau lihat kehebatan gue nggak, hm?" tanya Chiko yang sedang bersandar pada pagar teras rumah Zay lantai dua.

Zay terkekeh pelan. "Bolehh, saya mau," ucap Zay terlihat antusias.

Chiko tertawa karena melihat Zay begitu antusias menanggapi leluconnya. Zay yang melihatnya pun kini ikut tertawa bersama.

—• [Bersambung] •—

••

MYSTERIOUS NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang