14. Na : 1+2/6+7+1/3

223 34 5
                                    

14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

14. Na : 1 + 2/6 + 7 + 1/3

"Ah, halo, Argi! Lo dari mana? Kok bawa cewek?" tanya Kak Chiko sembari memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana.

Argi ingin menjawab, namun dia menjadi bingung karena perilaku aneh Karina ini yang tiba-tiba mengumpat karena ada Kak Chiko. "Ini temannya Dena. Katanya dia mau mampir ke rumah."

Chiko menatap Karina yang bersembunyi di belakang Argi dengan raut bingung. "Dia ngapain sembunyi begitu, Gi?" tanya Chiko.

Pertanyaan itu membuat Argi bingung sendiri ingin menjawab apa. Pemuda itu menggelengkan kepalanya, lalu menjawab, "Nggak tau, katanya lagi banyak jerawat," ucap Argi beralasan palsu.

Chiko tertawa kecil. "Pasti insecure ya karena ada jerawat? Hadeh, padahal mah cantik itu kan relatif."

"Yaudah, gue pamit dulu ya. Mau istirahat soalnya. Capek, tadi banyak tugas dari dosen," pamit Kak Chiko pada Argi.

Argi mengangguk. "Iya, silahkan."

—• [Na] •—

Sepuluh menit kemudian, akhirnya Dena pun pulang ke rumahnya mendapati Karina dan Argi tengah duduk di sofa ruang tamu menunggu kepulangan Dena.

"Darimana, Den?" tanya Karina.

"Ini, kan tadi gue udah bilang kalau gue mampir ke supermarket dulu," jawab Dena sembari memperlihatkan kantung kresek yang berisi beberapa makanan mentah untuk stok makanan di rumahnya.

Karina diam tidak merespon lagi. Sebenarnya, Karina bisa mencurigai kemana Dena pergi itu karena saat Dena masih di luar rumah dia mendapatkan chat dari seseorang.

Queenna :
Kar, nanti tanyain Dena dia habis darimana
Ngerti lo?

Karina :
Ok.
Memangnya ada apa?

Queenna tidak merespon lagi setelah itu. Dan hal itu pun membuat Karina mencurigai Dena pergi ke suatu tempat yang dirahasiakan kepada orang-orang terdekatnya, dan mencurigai Queenna karena sepertinya dia tahu sesuatu yang lebih besar daripada apa yang Karina tahu selama ini.

Argi menatap Dena dengan ekspresi datar yang sedang meneliti sesuatu dari raut wajah Dena. Laki-laki itu memiringkan sedikit kepalanya dengan tatapan dingin masih mengarah pada Dena.

"Argi? Lo kenapa dah? Jangan tatap gue gitu dong, aneh tau jadinya," kata Dena.

Argi bangkit dari sofanya, beralih berjalan mendekati Dena. "Heh, kenapa gue sama sekali nggak kenal lo? Lo itu siapa?" tanya Argi dengan ekspresi dan nada bicara begitu dingin. "Jangan berpura-pura, jawab pertanyaan gue."

Dena mengerjapkan matanya polos. "A-apaan sih, kita kan udah kenal lama, Gi. Lo kali yang lupa."

Mendengar itu, pikiran Argi melayang pada saat dia sebelum datang ke gedung tadi menolong Karina. Argi ingat bahwa saat itu Dena bertanya siapa nama Argi. Dan bagi Argi, seseorang yang sudah kenal lama tidak mungkin menanyakan nama lagi pada orang tersebut. Kecuali jika itu bukan orang asli yang selama ini dikenalnya.

Karina semakin memasang wajah dan tatapan curiga pada Dena. "Benar kata Argi, lo itu siapa?"

Dena memasang wajah memelas. Dia tidak kuat menahan tangisannya. Hati Dena terluka karena orang-orang yang ia sayangi di hadapannya menganggap dirinya sebagai orang asing. Dena hanya ingin bersama-sama saling melindungi dan menyayangi, bukan saling mencurigai seperti ini.

"Kalian kenapa begini?.. " gumam Dena dengan isak di dada sembari menyeka air matanya.

Dena menaruh belanjaannya di atas meja, kemudian berlari keluar rumah dengan perasaan dan tangisan kecewa.

"Dena!" Karina berteriak sambil mengejar Dena.

Melihat apa yang terjadi, Argi teringat pada sepotong ingatan indahnya.

Dua tahun yang lalu, 21 Maret 2021. Argi terduduk di bawah jembatan dengan sudut bibir yang berdarah, pemuda itu mengenakan hoodie hitam dan celana jeans. Di sebelah pemuda itu ada koper yang ia bawa. Kelopak matanya berat, rasa kantuk perlahan menguasainya, namun Argi harus menemukan tempat tinggal sebelum dia tertidur lelap. Akan tetapi, tubuhnya yang lemas karena pukulan dari kedua orang tuanya yang baru saja bercerai membuat tubuh dan hatinya sulit bergerak bebas lagi semaunya. Rasanya seperti sudah kaku, beku dan terlanjur hancur berkeping-keping.

Argi memilih pergi dari rumah bukan hanya karena kedua orang tuanya cerai, namun juga karena dia sudah menerima kontrak untuk menjadi anggota Agensi DGE. Dia tahu pekerjaan itu memiliki risiko sangat besar. Makanya, dia pergi dari rumah supaya orang-orang terdekatnya seperti ibu dan ayah tidak terkena impas dari setiap kasus yang ia usut nantinya. Meski baru masuk ke Agensi baru seminggu, namun Argi sudah berhasil menangkap tiga buronan Agensi DGE. Hebat, pemuda itu hebat.

Tiba-tiba saja di jalan raya dekat jembatan itu seorang gadigad mengendarai motor besar terdengar sampai bawah jembatan. Itu pun membuat Argi mendongakkan kepalanya ke atas. Sungguh, Argi menginginkan motor seperti itu juga. Seketika rasa kantuknya pun hilang karena motor perempuan tadi. Argi pun bangkit dan mulai berjalan perlahan untuk mencari kontrakan terdekat agar dia bisa tidur malam ini di atas kasur.

Ternyata perempuan tadi tengah memarkirkan motornya di tepi jalan raya sembari memakan bakpao rasa cokelat. Perempuan yang tingginya kisaran 150 cm, rambut panjang sepunggung yang digerai dengan ujung sedikit mengikal terlihat memesona dari belakang di mata Argi.

Argi yang berada di seberang jalan raya dengan perempuan itu menatapnya penuh harapan. Dengan perasaan aneh yang tiba-tiba muncul, Argi mulai berjalan perlahan di zebra cross untuk menemui perempuan itu. Entah karena alasan apa, rasanya, perempuan itu adalah cahaya dari setiap kegelapan yang selalu ia dapatkan dihidupnya. Namun, tiba-tiba sebuah truk melaju cepat hendak menabrak Argi.

Klakson truk itu berbunyi nyaring membuat gendang telinga Argi menjadi berdengung sampai kepalanya menjadi nyeri. Mendengar kebisingan klakson truk itu, perempuan itu menoleh mendapati seorang pemuda nyaris ditabrak. Dengan gerakan dan larian yang cepat, perempuan itu mendorong Argi bersama dirinya. Kini keduanya sama-sama tersungkur di tepi jalan raya.

Terlihat jelas, yang diketahui perempuan itu truk tadi secara sengaja mau menabrak Argi entah karena alasan apa.

"WOI! LO NGAPAIN DIRI DI TENGAH JALAN GITU, ANJAY?! TADI TRUK HAMPIR TABRAK LO TUH!" omel perempuan itu.

Argi tak bergeming. Kepala dan telinganya masih berdengung karena klakson dan cahaya truk tadi yang begitu terang.

"L-lo.. Lo siapa?.. " lirih Argi diambang kesadarannya yang menipis.

"Hah gue?" tanya perempuan itu dengan wajah polos.

"Cantik.. " gumam Argi dengan nada yang sedikit tidak jelas didengar perempuan itu.

Meskipun begitu, perempuan itu tahu apa yang dikatakan Argi. Perempuan itu pun tersenyum sembari mengembuskan napas berat. "Dena Zevalethea."

—• [Bersambung] •—

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MYSTERIOUS NaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang