VII : I'm your sour lemonade

335 39 6
                                    

My bounty is as boundless as the sea, my love as deep; the more I give the thee, the more I have, for both are infinite.
- William Shakespeare

"Aku sudah membeli es krim nya, aku juga membelikan mu satu yang rasa vanilla latte ditaburi biskuit . Ayo kita pulang Fabian-eh siapa?," Adena berpura-pura terkejut tak mengenali lelaki yang familiar di katanya. Sejujurnya dia berkeringat dingin, sudah tahu bahwa cepat atau lambat mereka akan bertemu. Dari toko es krim Adena sudah melihat bahwa Fabian tengah berbincang - bincang dengan Damian. Dia merasa takut.

Lelaki bersurai hitam itu menatap tajam Adena dari atas sampai bawah, "jadi ini teman yang sudah menolong mu . Seleramu cukup buruk," tersenyum mengejek.

Seperti yang dideskripsikan dalam novel Damian memiliki sikap yang menyebalkan namun, Adena merasa lelaki itu super duper sangat menyebalkan kalau bisa dia ingin memanggil palu Thor dan melemparkannya ke wajah tampan itu.

Adena maju selangkah membuat tameng di depan Damian, " Oh ya? aku cukup kaya untuk mengantarmu ke klinik mata, aku yakin mata mu mengalami kebutaan," tersenyum miring dengan nada mengejek.

Kedua tangan Damian mengepal kuat, "kau-," tidak. Dia harus tenang jangan sampai menonjok seorang wanita disini. Menarik napas dan menghembuskan nya.

Menatap wanita yang sedang menyilangkan tangannya dengan tatapan seperti ingin berkelahi itu. Damian melemaskan tangannya, "benarkah? sepertinya Fabian tersiksa tinggal seatap dengan mu sikap mu saja tidak menunjukkan kau orang terhormat. Kan aku bilang lebih baik kau tinggal dengan ku Fabian," dia tak boleh kalah dalam peperangan ini.

Adena berdecak, "Fabian apakah kau tersiksa tinggal dengan orang yang tidak terhormat ini?," hatinya menjadi dongkol dia sangat kesal. Bisakah dia menghajar wajah tampan lelaki itu.

Mereka berdua menatap dengan sengit seakan-akan seperti ada sinar laser diantara mereka berdua.

Fabian yang tengah kebingungan harus berbuat apa dengan gugup menjawab, "A-ah tidak aku sangat baik-baik saja tinggal bersama Adena. Damian lebih baik kau pulang saja ya dan terimakasih atas ajakan mu. ayo Adena, es krim mu nanti meleleh,"

Terkejut dengan sentuhan tangan Fabian yang menggenggam tangannya. Adena menghiraukan tatapan tidak terima Damian," oh benar es krimnya hampir meleleh. Kau harus memakannya dengan cepat, "

Fabian tersenyum canggung dan meraih es krim vanilla latte tersebut setelah memindahkan barang belanjaan.

Melihat dua orang tersebut menjauh, Damian berteriak, "Hey! kenapa kalian meninggalkan ku, aku masih belum selesai dengan mu,"

Adena sama sekali tak mendengarkan gonggongan anjing jelek di belakang dan hanya mengedikan bahu. Dia melanjutkan perjalanan nya . Akhirnya dia bisa bernapas lega.

Sedangkan Damian hanya bisa menggerutu, "Tidak buruk. Aku akan memberikan mu sesuatu yang bisa mengejutkan mu nanti," tersenyum miring.

Episode bertemu Damian sudah berlalu akhirnya mereka sudah sampai di tengah-tengah mall. Dia sebenarnya lelah apalagi ditambah perang dengan lelaki yang menyebabkan ia seketika darah tinggi.

"Fabian, aku ingin ke toilet sebentar tolong tunggu aku di sana ya. Jangan pergi kemana-mana, " setelah berkata seperti itu Adena berlari ke arah kamar mandi terdekat. Dia menahan pipis sejak tadi.

"Baiklah," lalu, Fabian menuju ke bangku tak jauh dari toilet. Agak sepi sih mungkin karena daerah ini jarang dikunjungi namun, sebelum dia duduk segerombolan lelaki mencurigakan dengan wajah menyeramkan mendekati nya.

Become Side Character in BL NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang