Dengan kecepatan tinggi mobil porscha hitam yang nampak mewah membelah jalanan membuat beberapa pejalan kaki berdecak kagum begitu saja dan beberapa orang sempat menghentikkan langkah untuk sekedar terperangah kagum. Dia menurunkan kecepatan dan memarkirkan mobil perlahan.
Setelah mematikan mesin mobil, Adena membuka pintu mobil. Sinar matahari begitu terik kedua matanya menyipit dan membuat dia berdecak, malas. Kaki jenjang porselen keluar dari mobil dengan gaya cuek Adena, dia berdiri tegak.
Menutup pintu mobil Adena menatap restoran mewah di depan nya, ''Bukankah dia pria yang begitu boros'', Gumam dia dan mengernyitkan alis. Entah mengapa Adena semakin membencinya.
Menatap ponsel, dia menatap sebuah pesan yang menginstrusikan bahwa dia harus ke lantai dua.
Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Adena langsung masuk ke restoran sontak dia disambut oleh pegawai restoran.
''Bisa kamu arahkan aku ke meja ini?'', bisik Adena menyerahkan sebuah kartu berwarna hitam. Sial, dia gugup karena tidak tahu pria itu dimana dan terpaksa harus bertanya takut jika tidak bertanya maka dia akan tersesat dijalan.
Pegawai itu terkejut, ''Nyonya Adena?'', mencoba mengkonfirmasi.
''Ya''. Sekilas Adena menatap name tag yang terpasang di baju pegawai tersebut. Amira Weldian.
''Baik, ikuti saya nyonya'', Pegawai itu membungkuk dan berjalan kedepan. Adena memasang wajah datar, lalu mengikuti pegawai tersebut dari belakang seperti anak ayam.
Setelah sampai pada ruangan yang dituju. Ruangan tersebut ditutupi oleh beberapa tirai putih terpisah dengan yang lain.
''Sudah sampai nyonya'', Tanpa memandang wajah Adena pegawai itu meunduk.
''Ya, terimakasih kau boleh pergi'', usai mengatakan hal itu, pegawai restoran langsung melenggang pergi. Menatap punggung pegawai tersebut yang pergi meninggalkan Adena sendirian membuat ia menghela napas.
Dia melangkah maju, suara ketukan high heels nya mengalun anggun. Dan dia menarik tirai menampilkan sosok pria gagah nan tampan dengan memakai jas formal sambil bersedekap dengan wajah galak. Rambut hitam nya disisir kebelakang.
Lelaki itu menatap tajam ''Kau terlambat''.
''Aku ada urusan tadi'', dengan cuek, Adena menarik kursi dan menjatuhkan pantatnya.
Suara tawa mengejek keluar dari mulut lelaki itu, ''Jadi sikap putri semata wayang pimpinan Jean ini memiliki sisi yang tak terduga ya''. Ternyata sikap mu begitu buruk tidak seperti yang dirumorkan. Begitulah bila diartikan lelaki itu, Damian tengah mengejeknya.
Bisakah dia tahu alasan Adena terlambat karena pria ini bukan prioritasnya.
Adena langsung menatap laki-laki itu nyalang, ''Ternyata sikap pewaris Delgard begitu boros dan tidak sopan kepada wanita ya''. Menyeringai, dia membalas karena tidak mau kalah.
Damian mengangkat segelas cocktail dan menyeruput. Tak, suara gelas yang diletakkan diatas meja begitu kasar, ''Tenang saja aku tidak akan bangkrut jadi kau tidak usah khawatir, istriku''.
Tangan Adena mengepal dibawah meja, ''Hentikan, siapa juga yang mau jadi istrimu''.
Damian terkekeh, ''Aku juga tidak ingin menjadi suami mu'', senyum nya melengkung kebawah.
Adena terkekeh, menyangga dagu. Kemudian dia tersenyum seperti seorang tokoh antagonis, ''Lalu, mengapa kau mengusulkan pernikahan. Oh! aku tahu, lebih baik kau urungkan niat untuk menghancurkan 'ku Damian, aku tahu kelemahan mu'', dia menyeringai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Side Character in BL Novel
Fantasy[COMPLETE] • BUKAN NOVEL TERJEMAHAN • Apakah transmigrasi itu nyata? Apakah reinkarnasi benar-benar ada? Mungkin, sebagian orang menganggap bahwa transmigrasi, reinkarnasi maupun regressor itu tidak nyata dan sekedar cerita fiktif belaka yaitu seper...