XVII : Nobody's son, nobody's daughter

248 30 0
                                    


You and I go hard at each other like we're going to war
You and I go rough, we keep throwing things, and slamming the door
You and I get so damn dysfunctional we stopped keeping score
-one more night

         Menghela napas. Niat untuk liburan seminggu atau sampai sebulan pun tak bisa terpenuhi karena skenario sialan yang tiba-tiba di depan mata.

Adena melirik dari ekor mata melihat Fabian yang begitu fokus menyetir. Setelah berpamitan dengan ibu dan kakak Fabian dia merasa berat hati sebenarnya. Fabian pasti ingin tinggal disana lebih lama tetapi dia yang merusak momen tersebut. Bahkan sangat disayangkan dia hanya bisa menolak ajakan ibu Fabian untuk menginap sekali lagi .

Tapi dia berjanji akan kesana kalau ada waktu senggang.

Mengalihkan pandangannya ke arah Tote bag kecil di belakang yang tergeletak beberapa buah, "Aku merasa tidak enak pada ibu mu. Ibu mu memberikan banyak sekali,"

Fabian mengernyitkan alis, lalu dia memberikan senyuman tipis, "Ibu sepertinya menyukai mu jadi jangan merasa ngga enak,"

Efek perkataan lelaki itu membuat pipi Adena merah merona seperti buah persik. Dasar lelaki itu. Dia berdehem menetralisir degup jantung nya yang berdebar, "Aku memang memikat terimakasih,"

Dengan pasrah, Fabian menggelengkan kepala.

"Lain kali aku akan memberikan buah tangan yang banyak untuk ibumu,"

"Bawakan saja dia roti pie, itu makanan favorit ibu,"

Mengetuk jemari, Adena nampak berpikir, "Benarkah? kalau begitu kapan-kapan aku akan membuat beberapa,"

Kemudian suasana menjadi hening, Adena menopang dagu dengan musik yang meramaikan. Tak ada satupun dari mereka yang memulai obrolan. Adena saja tampak enggan karena di otak kecil miliknya dia sedang berpikir bagaimana menghadapi Ayah Adena asli di skenario selanjutnya.

Fabian melihat gadis itu yang terdengar beberapa kali menghembuskan napas berat. Entah apa yang Adena pikirkan, Fabian jelas tak berani bertanya.

Selama beberapa jam perjalanan akhirnya mereka telah tiba pada apartemen. Adena membuka pintu apartemen dengan kasar dia cukup lelah untuk hari ini. Tas berat miliknya di ambil alih oleh Fabian jadi dia hanya membawa tote bag oleh-oleh dari Nyonya Mei.

Fabian mengikuti Adena dari belakang. Dia meletakkan kembali tas mereka ke dalam kamar.

Adena menuju pantry dapur dia mengeluarkan barang-barang dari Tote di bag. "Wah anjir ini kan lobster di balado. Banyak banget bisa tahan buat sebulan ini. Aku taro di kulkas aja lah,"

Membuka kulkas Adena memasukkan makanan laut. Sekarang kulkasnya penuh walau mungkin nanti kulkasnya bau amis dia tak mungkin meletakkan makanan laut pada tempat terbuka .

Beberapa dia taruh ke dalam lemari. Setelah selesai Adena melirik jam dinding. Menunjukkan pukul 4 sore masih ada satu jam sebelum janji temu dengan ayah.

"Gimana ini aku ngga pernah berurusan sama bisnis. Nilai ekonomi ku aja jelek banget," Adena mengacak-acak rambutnya sampai berantakan. Frustasi. Dia bingung andai jika dia harus di tugaskan bisnis ayah Adena keluar kota mungkin dia hanya bisa menggigiti kuku.

Bergegas, Adena dengan perasaan bercampur aduk menuju kamar. Di ambang pintu dia melihat Damian yang sedang menata tas. Bisakah dia meninggalkan lelaki itu?

Bahkan nanti dia harus bertemu Damian sialan.

"Kenapa kau hanya berdiri disitu?," tanpa disadari Fabian sudah menonton gelagat aneh gadis tersebut yang memelototi dirinya sedari tadi.

Become Side Character in BL NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang