Damian meraih berkas tersebut, mengeluarkan pena dan mulai mencoret-coret, ''Kalau begitu pihak kedua boleh berurusan dengan pihak pertama di saat keadaan darurat sebagai seorang suami dan pihak pertama harus terbuka kepada pihak kedua, lalu harus selalu berdiskusi bersama jika ada sesuatu hal. Pihak pertama juga harus jujur kepada pihak kedua dalam segala tindakan dan perbuatan, bagaimana apakah kamu keberatan?'', setelah selesai mencoret-coret Damian menatap ke arah Adena.
Adena termenung sejenak sepertinya tidak ada perkataan yang merugikan lagipula mau bagaimanapun Damian setuju dengan kesepakatan yang dia buat tidak buruk bila dia juga menyetujui nya 'kan.
Dan juga dia harus berhati-hati.
Tanpa babibu Adena segera meraih berkas di hadapan Damian, dia membubuhkan tanda tangan di sebelah tanda tangan Damian sebagai pihak pertama dia menutup berkas.
Mengangguk, Damian mengulurkan tangan, ''Rekan?''.
Terdiam sebentar, Adena membalas dan menjabat tangan Damian, ''Ya, rekan''.
Jabatan tangan pria itu tidak kunjung segera lepas, Adena memandang wajah Damian yang tersenyum, ''Lebih baik kamu melepaskan nya''.
Mendengar ucapan Adena, Damian segera melepaskan tangan nya. Entah kenapa tangan gadis itu begitu mungil dan halus bahkan kehangatannya masih terasa, dia kira gadis dingin itu suhu badannya juga sama seperti sikapnya ternyata malah kebalikan.
''Maaf''.
Adena berdecih tidak suka, lalu memasukan berkas kedalam tas. Suasana menjadi hening, Adena setelahnya memilih untuk makan. Suara gesekan dan denting antara garpu dan pisau beradu.
Damian yang sedang menyeruput cocktail, matanya kini menatap Adena yang terlihat menikmati daging itu dalam diam, ''Apakah kamu tahu berita tentang kita begitu trending di internet dimana-mana hanya memberitakan tentang hubungan kita. Bukankah kamu harus bangga?''.
Seketika Adena berhenti mengunyah, kemudian atensi nya beralih ke arah laki-laki itu yang tengah tersenyum cerah, ''Aku terlalu sibuk dan tidak sempat melihat berita mau bagaimanapun aku tidak ingin terlibat dengan orang-orang bodoh itu, namun sepertinya kamu lah yang harus bangga dan berterimakasih kepada 'ku karena pamor mu naik 'kan?''.
''Lagipula pewaris delgard tengah mengencani putri semata wayang perusahaan Jean yang cantik dan terkenal itu'', Adena mengusap bibirnya dengan sapu tangan.
''Oh, kamu benar. Terimakasih nona Adena Jeanne yang terhormat karena anda, saya menjadi terkenal'', Damian berpura-pura terkejut dan menutup mulut berbentuk 'O' itu.
''Sudahi saja disini tuan Delgard karena segala urusan sudah selesai dan tidak ada lagi yang mau dibicarakan, terimakasih atas makananya'', Ucap Adena mendorong kursi kebelakang, lalu dia berdiri.
Sebelum Adena segera pergi, segera pergelangan tangan nya dicekal oleh Damian, ''Tunggu biarkan aku mengantarkan mu sebagai suami yang baik, kamu tidak ingin orang lain beropini bahwa hubungan kita renggang sebelum pernikahan bukan?''
Adena menoleh ke arah Damian, ''aku membawa mobil kamu tidak usah mengantarku''. Kemudian dia menghempaskan pergelangan tangan yang dicekal dari Damian.
''Astaga, kalau begitu masih ada beberapa jam sebelum meeting dimulai bagaimana jika berjalan-jalan sebentar?''
Adena melemparkan pandangan bingung, apa yang lelaki ini rencanakan kali ini? yah, baiklah karena menyangkut opini publik usulan Damian juga tidak begitu buruk.
''Lakukan sesukamu''.
Kemudian Adena melenggang pergi mendahului, Damian terkekeh dibelakang nya dan menyusul langkah gadis tersebut. Akhirnya mereka berdua keluar dari restoran setelah membayar tagihan.
Damian dan Adena saling berjalan berdampingan jujur saja dena sangat muak karena harus berkencan dengan Damian.
Seketika dia teringat akan bayangan Fabian yang tersenyum. Bagaimana kondisinya dirumah? ah, kenapa Adena malah teringat dengan lelaki itu.
Selama beberapa jam sampai pukul lima sore mereka sudah berkeliling di berbagai tempat, namun yang lebih banyak mereka ke toko es krim dengan sangat menjengkelkan sedikit krim menempel di hidung Adena karena ulah Damian.
Badannya begitu lelah dan dia memutuskan untuk pulang. Damian sempat menawarkan untuk pulang bersama nya, namun Adena segera menolak dia tidak ingin berlama-lama dengan lelaki itu.
Damian yang melihat mobil Adena yang melaju dan menjauh pergi. Pandangan Damian tidak mau lepas, ''Dengan ini kamu masuk ke perangkap 'ku Adena maka aku bisa merebut Fabian dari mu dan mengorek segala rahasia yang kamu sembunyikan''. Gumam nya.
kemudian dia teringat akan meeting yang harus dihadiri, Damian berbalik menuju mobilnya.
——
Malam itu, seorang pria berdiri dibalkon di bawah sinar rembulan. Di tangannya ada segelas wine dengan aroma menyengat yang hanya tinggal setengah gelas. Matanya hitam pekat dan bibirnya sibuk menyeruput wine dari gelas itu.
Angin yang menerpa anak rambut, menyibak sampai terlihat wajah tampannya.
Damian masih teringat dengan kejadian tadi bersama Adena, dia tidak bisa melupakan bagaimana tindakan dan ucapan gadis itu.
"Dan damian jangan pernah jatuh cinta kepada 'ku", suara dan tatapan tegas dari gadis itu seperti sebuah ancaman terpatri jelas di dalam benaknya sebelum gadis itu memilih untuk pergi meninggalkan dirinya.
''Adena Jeanne'', sebuah nama keluar dari bibirnya bersamaan dengan helaan napas yang berat.
Dia semakin tidak sabar apa yang selanjutnya akan gadis itu lakukan, karena dia tidak akan pernah mengaku kalah.
TBC
Done.
See u soon ya ges, thanks
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Side Character in BL Novel
Fantasía[COMPLETE] • BUKAN NOVEL TERJEMAHAN • Apakah transmigrasi itu nyata? Apakah reinkarnasi benar-benar ada? Mungkin, sebagian orang menganggap bahwa transmigrasi, reinkarnasi maupun regressor itu tidak nyata dan sekedar cerita fiktif belaka yaitu seper...