XVI : Got you stuck on my body, on my body, like a tattoo

275 29 63
                                    

He wanna freak and take me on a date
But he can't drown, it's a lake
Swishin' like water, they both gravitate
Stylin' on bitches like Erika Tay
-Bundles

        Disisi lain, satu hari setelah Adena dan Fabian berangkat. Dengan kecepatan tinggi mobil porcha mewah berwarna hitam membelah jalanan. Melirik dari kaca spion lewat kacamata hitam yang dia pakai nampaknya jalan di pagi hari masih sepi.

Dia melajukan kecepatan sampai pada distrik 07. Melambatkan mobilnya dia parkir di depan gedung apartemen kemudian membuka pintu mobil dan keluar.

Menatap gedung tinggi dari atas sesaat dia merogoh ponsel dan menatap roomchat, terakhir pesan yang dia kirim tak di balas. "Tch dia masih tak membalas pesanku," Gumamnya dengan raut wajah heran. Setelah kejadian itu entah kenapa dia merasa sikap temannya berubah.

"Sepertinya aku harus mencari tahu sendiri," tersenyum getir dia memasukkan ponsel kembali ke kantong, kemudian dia berjalan masuk ke dalam.

Melihat ada lift di ujung sana dia berjalan dan masuk, lalu beberapa orang menerobos masuk. Dia menekan tombol lantai ke 7, pintu lift tertutup.

Untung saja dia menyuruh asistennya untuk mencari informasi tentang gadis itu.

Setelah beberapa menit menunggu pintu lift terbuka dan dia melangkah keluar . Gema sepatu pantofel di setiap lorong dari ekor matanya dia melirik nomor pintu. "1995,"

Kemudian langkahnya terhenti pada nomor pintu apartemen yang dia ingat. Hendak menekan tombol bel dia terlihat ragu. Menggelengkan kepala, tidak. Dia sudah sampai sini. Menghirup udara lalu dia menekan tombol tersebut beberapa kali namun tak ada tanda-tanda langkah kaki--seperti sepi.

Dia mengernyit, menatap kembali nomor apartemen, "Benarkah disini? Kalau salah aku akan memecat si sialan itu nanti," keluhnya.

Tapi, memang terlihat sepi. Apakah ini trik dari wanita itu? Lalu lelaki itu celingak-celinguk merasa situasi aman refleks dia mendekatkan telinga pada pintu.

"Huh? ngga ada suara," lelaki itu, Damian menjauhkan dirinya dari pintu.

Menyugar rambut hitamnya ke belakang, dia menghela napas berat, "Kemana mereka pergi?,"

"Anda mencari siapa?," suara asing dari wanita itu mengejutkan Damian. Wanita itu sedari tadi merasa curiga dengan gerak-gerik aneh dari lelaki itu karena berdiri di depan apartemen di sebelah nya.

Damian menoleh dengan wajah gugup seperti seorang maling yang tertangkap basah.

Dia berdehem dan menunjuk apartemen di depannya, "wanita disini..?,"

Masih dengan wajah curiga. Menatap dari atas sampai bawah, pakaian nya nampak mewah. Ngga seperti maling sih, ah mungkin pacar gadis itu. Wanita itu menjawab, "ah kau pacarnya ya,"

"Ah, buk--ya..,'' menghentikan ucapannya, Damian meringis. Pacar? Wanita ini salah paham tapi agar ngga dicurigai sepertinya dia harus terpaksa setuju. Sungguh siapa juga yang mau menjadi pacar gadis galak itu.

" jadi dia tak bilang padamu?," wanita itu bertanya.

Damian menggelengkan kepala. Maksudnya?

"Astaga sepertinya hubungan kalian cukup rumit. Jadi kemarin dia bersama pembantu nya sedang pergi," sepertinya wanita itu mengira gadis tersebut pergi dengan pembantunya.

Pembantu? Ah, maksutnya Fabian? Hampir saja dia tertawa.

Menjaga ekspresi setenang mungkin namun, mendengar itu damian terdiam sesaat. Pergi? Kemarin? Bagaimana dia bisa tidak tahu?

"Kemana?,"

Bukankah lelaki itu pacarnya bagaimana bisa tidak tahu. Wanita itu mengedikan bahu, "tidak tahu,"

"Ah, ya terimakasih," ujar Damian, lalu wanita itu mengangguk dan masuk ke dalam apartemen.

Benar saja, pantas pesan yang dia kirim tak kunjung di balas dan apartemen gadis itu terlihat sepi. Jadi dia ingin bermain-main dengannya? Oke, maka dia akan mengikutinya.

Damian menyugar rambut nya, lalu menekan nomor di ponsel dan mengangkatnya, "Selidiki gadis itu lebih dalam,"

"..."

Melirik jam tangan, "kosongkan jadwal sore nanti,"

"...", dengan suara kikuk balasan dari sebrang.

"Jangan banyak bertanya, kau mau aku pukul lagi?"

"...."

"Adakan pertemuan dengan pimpinan Jean, pukul 3 di ruangan ku,"

"..."

"Kali ini harus berjalan lancar kalau ada kesalahan kepala mu akan menjadi jaminan nya,"


Menutup panggilan, Damian memasukkan kembali ponsel ke kantongnya. Dia tersenyum miring, " kali ini biarkan aku yang bermain,"

Dengan ekspresi serius damian berjalan menuju lift. Setelah masuk dia menekan tombol kembali ke lobi. Memasukkan tangan ke saku, dia sudah menunggu momen ini dan dia menduga sepertinya gadis itu akan membencinya berkali-kali lipat.

Semua demi 'dia', Damian akan melepaskan belenggu itu dengan cara mendekati sarang lebih jauh lagi. Jadi bersiaplah dia akan berdandan rapi kali ini mungkin Damian akan membeli beberapa jas baru.

To be continued

ini sorry pendek soalnya aku sengaja bikin chap kali ini dikit hehew.
see u soon🌷

buat chap panjangnya soon juga😋

Become Side Character in BL NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang