Between people
Between the wind
each person has their own desires
painted togetherLangit malam yang membentang jauh dan luas di angkasa dengan taburan bintang-bintang menghiasi langit malam. Dia berdiri tegak sambil bersandar pada pagar balkon, memandang lampu gemerlapnya kota di bawah sana. Udara malam yang dingin menyapu kulit tubuhnya yang hanya terbalut piyama tipis dan cardigan yang membungkus lengan telanjangnya. Hembusan dari asap rokok mengepul dari bibir, mengisap dan menghembuskan.
Rasa acap pahit, manis dari bibir. Jemarinya mengapit batang rokok. Manik pupil gelapnya terkesan lelah.
Pikirannya melayang pasal kejadian tadi.
''Aku akan memberikanmu beberapa informasi tentang Galleo Adam de Jean.''
''Mengapa aku harus percaya kepadamu?''
''Tidak masalah kau mau percaya kepada ku atau tidak, akan tetapi bukankah kau sangat membencinya karena kejadian itu. ''
''Menarik, seberapa jauh kau menyelidiki ku?''
''Sangat jauh, aku tahu banyak tentangmu. ''
''Bodoh.''
Lelaki itu tertawa getir, dia memberikan tatapan mengancam, ''Jika kau sudah tahu, kenapa kau mau membantu musuh dari ayahmu?''
''Rahasia, aku akan memberitahukan alasanku nanti yang jelas tawaran ku ini tidak merugikan kedua belah pihak. ''
''Aku masih tidak bisa cukup percaya kepadamu, apa yang kau mau?''
''Karena, kau sudah tahu. Kau tidak akan menyesal.''
''Sepertinya kau menerimanya. ''
''Tentu, jujur tawaranmu cukup menggoda dan beresiko, tawaranmu itu bisa menghancurkan hidupmu.''
''Aku tidak sebodoh itu. Tidak gratis, makanya aku mengajukan persyaratan. ''
''Apa persyaratannya?''
Bibirnya menghembuskan asap rokok keatas. Asap putih mengepul, memudar tersapu angin malam.
Bibirnya terbuka, "Hidupku."
''Lindungi aku dan jangan sentuh apapun di dalam hidupku.''
--
Suara pintu berderit dari arah belakang. ''Sudah larut malam kau belum tidur dan kau merokok. ''
Lamunannya buyar karena seseorang menginterupsinya. Langkah kaki mengetuk alus, dia berhenti dan berdiri disampingnya. Adena melirik kesamping, rambut putih cantik dan halus tersapu oleh angin tangannya serasa gatal ingin mengelus, seberapa halus surai itu ketika jemari-jemarinya menyentuh dan meggenggamnya.
Sosoknya bersinar dibawah rembulan langit malam. Hidung mancung berdiri tegak seperti perosotan, bibir ranum tipis mengatup sedikit menyungging keatas. Sorot mata dengan tatapan lurus memandang kejauhan.
Gadis itu mengedikkan bahu,''Hanya memikirkan beberapa hal lantas kenapa kau juga belum tidur. ''
Pria tersebut mengalihkan tatapannya, dia memandang Adena. ''Rokok.''
''Hah?'' Adena menatap pria itu bingung.
''Berhentilah merokok, tidak baik untuk kesehatanmu. ''Fabian yang ada di samping Adena memandang gadis itu serius.
Adena terkekeh perlahan. Oh, apa hanya karena itu Fabian belum tidur dan malah menghampirinya. Mungkin, asap rokoknya menganggu pria itu. Dia tidak tahu Fabian alergi dengan asap rokok.
Mengusap api dari ujung rokok ke pinggir balkon, dia kemudian membuangnya kebawah.
Fabian tersentak, tidak menyangka bahwa Adena akan menurut begitu saja. Dia kira gadis iu akan marah. Karena, dia melihat lampu ruang kerja Adena yang menyala dan asap rokok tercium.
''Sudah, apa kau puas?''Ujar Adena, lidahnya menjadi sedikit sepat. Dia tersenyum halus.
Mengangguk kecil, Fabian balas tersenyum. ''Bagus.'' Mengabaikan bau rokok yang menyengat.
Setelah itu, tidak ada percakapan lagi. Keheningan menyelimuti mereka. Fabian berdehem canggung. Dia mengamati gadis di sebelahnya seperti tengah melamun dan tidak fokus. Sorot mata yang kosong. Apakah gadis itu tidak kedinginan, bajunya itu cukup tipis. Namun, pria ini hanya bisa terdiam.
Mendengar Fabian berdehem, Adena memandangi pria tersebut. Kedua matanya mengedip-ngedip.
Fabian sedikit merinding di pandangi oleh sesosok anomali disampinnya secara intens, ''Apa yang mau kau katakan?''
Adena langsung mendongak, tatapannya bertabrakan lagi kepada pupil biru yang indah. Seakan-akan dia seperti akan terhanyut dan tenggelam. ''Aku membeli sebuah rumah. ''
Pria itu mengernyitkan alis, bingung. Pikirannya dipenuhi pertanyaan. Untuk apa? Apakah rumah itu untuk Adena dan Damian tinggal? Lalu, untuk apa Adena memberitahunya.
''Aku tahu apa yang kau pikirkan. Wajahmu memberitahukan segalanya. ''Adena terkekeh.
Rona merah terukir di wajah Fabian layaknya tomat, pria itu membuang muka.
''Bukan seperti yang kau pikirkan. '' Ujar Adena menjulurkan jemari tangannya. Dia menggenggam punggung tangan Fabian.
Tersentak, merasakan jemari halus menyentuh kulit tangannya. Rona merah terukir di pipinya. Tubuhnya bergetar bahkan sorot mata Adena yang menatapi dirinya sangat lembut. Hampir goyah, satu tangannya berpegangan erat pada balkon.
''Itu rumah yang sangat cantik. Jauh dari kota, kau pasti suka. Dekat kampung halaman mu juga Fabian. ''
''Kenapa? Bagaimana dengan apartemenya?''Tanya Fabian, disisi lain dia agak bahagia karena ternyata rumah itu tidak untuk Damian. Anehnya, tetap saja dia bingung.
Adena menggelengkan kepala, ''Tidak perlu dikhawatirkan, apartemen ini tidak akan aku jual. Mungkin, aku titipkan sebentar. ''
''Mendadak sekali. Aku tidak tahu kau membeli rumah, ''Fabian tertawa.
''Mulai sekarang, ayo tinggal disana. '' Ujar Adena.
Untuk alasan apa? Fabian masih bertanya-tanya.
Gadis itu tersenyum masih menggenggam erat tangan Fabian, ''Aku akan memberikan kunci dan memberitahu alamatnya kepadamu. ''
''Hanya aku? Kau tidak ikut?'' Tanya Fabian.
Adena terdiam sejenak, ''Masih ada beberapa urusan yang harus aku urus. Setelah semua beres, aku akan menyusul. '' Adena menurunkan tangannya, namun Fabian malah menggenggamnya kembali. Dia tersentak.
''Baiklah, jika itu maumu. Aku akan menunggumu disana. ''Ucap Fabian.
Adena menundukkan kepalanya, lalu dia mendongak sebuah senyuman terukir di bibirnya. ''Tentu. ''
Firasatnya buruk.
Mungkin... mungkin, ini adalah pilihan yang terbaik.
Dibawah langit malam dan rembulan yang menyinari sosoknya. Fabian menjulang tinggi di depan Adena, mereka berdiri saling menatap. Setelah obrolan serius, mereka kemudian memulai percakapan seru, tawa renyah pria itu menggelegar di tengah malam mengalun indah ditelinganya, tak ayal Adena ikut tertawa.
Sudah berapa lama, baru kali ini dia bisa sebahagia ini?
Obrolan mereka terhenti.
Memutuskan untuk menyudahi, diakhiri dengan Fabian yang mengajak untuk segera tidur. Adena pun mengiyakan, dia berjalan mengekor dibelakang Fabian. Memandangi punggung lebarnya dari belakang.
tbc
see u next time gess, sorry pendek soalnya kan mau ending eaaa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Side Character in BL Novel
Fantasy[COMPLETE] • BUKAN NOVEL TERJEMAHAN • Apakah transmigrasi itu nyata? Apakah reinkarnasi benar-benar ada? Mungkin, sebagian orang menganggap bahwa transmigrasi, reinkarnasi maupun regressor itu tidak nyata dan sekedar cerita fiktif belaka yaitu seper...