Terkadang, aku benci keju karena aku suka coklat.
Namun, aku tidak bisa memilih coklat.
Dan aku harus memilih keju
Walau, aku membencinya.
Akan tetapi, tetap saja ini semua bukan perihal keju dan coklat.
Senin, 15 Juli 2024 pukul 08.30 pagi, tujuh hari setelah eksekusi Galleo Adam de Jean. Persidangan pertama Adena Jeanne,
Suasana persidangan khusyuk, banyaknya orang yang menghadiri guna menonton jalannya persidangan dan ada juga beberapa wartawan yang menyamar sebagai warga biasa.
Para Hakim nampak berpakaian formal bersiap-siap menuju meja persidangan, suasana menjadi semakin berat.
''Hadirin dipersilahkan duduk kembali. '' Suara sambutan bergema di ruang tersebut setelahnya pintu terbuka. Seseorang melangkah masuk dengan pakaian agak berbeda , seorang majelis hakim. Kemudian, begitu berjalan menuju meja dan kursi persidangan. Para Hakim anggota yang berdiri dipersilahkan untuk duduk
Sebelum dimulainya persidangan, seorang Hakim Ketua mulai bertanya tentang kesiapan perlengkapan dan sidang untuk hakim anggota 1 dan 2, panitera, penuntut umum, penasihat hukum, penuntut umum dan penasihat hokum. Setelah semua dirasa siap, maka sidang akan segera dimulai.
Penuntut Umum dan Penasihat Hukum dengan nada formal menjawab, ''Tidak yang Mulia.''
Kemudian, seorang pria dengan kerutan diwajahnya dan kacamata bertengger di hidungnya, Hakim Ketua mulai menunjuk majelis hakim sesuai penetapan majelis hakim sebagai hakim Anggota.
Sedikit tegang, beberapa penonton raut ekspresinya berubah gugup.
''Sidang Pengadilan Negeri Hawk XX yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada Tingkat pertama dengan nomor Register Perkara XX/pid.B.2024/PN Hwk. Atas nama terdakwa Adena Jeanne dinyatakan dibuka dan terbuka untuk umum. '' Ujar Hakim Ketua mengangkat palu di genggamannya. Lalu, suara palu diketuk 3 kali.
Beberapa menit hening, Hakim Ketua mempersilahkan Penuntut Umum untuk menghadirkan terdakwa pada ruang sidang dalam keadaan bebas.
''Baik yang mulia. Petugas, mohon hadirkan Terdakwa Adena Jeanne ke ruang sidang dalam keadaan bebas. '' Penuntut Umum menunduk dan berdiri untuk berbicara kepada seorang petugas.
Petugas tersebut mengangguk tegas,'' Siap, Terdakwa memasuki ruang sidang dalam keadaan bebas. ''
Melaporkan kesiapan, seorang petugas berjalan keluar. Kemudian, petugas membawa dan menggiring seorang wanita berpakaian narapidana. Tokoh Utama di persidangan kali ini. Terdakwa masuk,
Tatapan matanya kosong, pupil hitam yang kusam. Helaian rambut hitam panjangnya berantakkan, Adena dengan penampilan lusuh dan borgol yang dilepas memasuki ruang sidang. Kakinya melangkah perlahan, lalu mendaratkan pantatnya di depan hakim.
Banyak pasang mata yang menatap nyalang dirinya dengan tatapan tidak suka.
'' Baik saudara terdakwa silahkan duduk di kursi pemeriksaan, petugas silahkan kembali ke tempat. '' Ujar seorang Audiens dengan mata yang lelah.
Sesi persidangan mulai berjalan. Adena mulai ditanyai mengenai nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, alamat, agama, pekerjaan. Selama sesi tanya jawab, raut wajahnya tidak berubah sama sekali, duduk dengan muka tenang dia menjawab satu per satu tanpa hambatan.
Akhirnya tibalah pertanyaan dari hakim ketua
Hakim Ketua berbicara. Mata lelah yang mencolok menatap sang terdakwa, '' Baik, identitas sudah sesuai lalu apakah saudara mengetahui mengapa saudara hari ini dihadirkan dalam persidangan ini?''
Bibirnya mengatup. Membalas tatapan sang Hakim tanpa berkedip, Adena membuka mulutnya,'' Saya disini karena saya melakukan tindakan illegal dengan meretas data dan merencanakan pembunuhan Yang Mulia. '' ucapnya dengan mantab.
Mendengar perkataan Adena, orang yang menghadiri persidangan seketika menahan napas.
Setelah mendengar konfirmasi dari terdakwa, Hakim ketua mulai berbicara kembali, suasana yang awalnya bising menjadi tenang. Damian, pria itu ikut hadir sebagai seorang korban. Duduk dengan pakaian formal berjasnya, dia melihat kearah gadis tersebut, gadis yang berpakaian berbeda hari ini berbeda jauh ketika gadis itu memakai gaun.
Mengamati dalam diam, gadis itu sama sekali tidak berkutik dan wajah yang begitu tenang. Tatapan Adena yang masih lurus kedepan tidak goyah sama sekali. Pupil hitam nya yang kusam dengan kantung mata dibawahnya.
Mengalihkan pandangannya, Damian menatap kearah Hakim.
Hakim Ketua mulai menanyakan, apakah dia diwakili oleh Penasehat Hukum adalah saudara nya? Tanpa ragu Adena menjawa ya. Lalu, Hakim Ketua mempersilahkan Penasehat Hukum tersebut dengan menyerahkan surat izin beracara ke depan meja Hakim dan kepada Penasehat Umum dipersilahkan maju kedepan untuk memeriksa kelengkapan Berkas dari Penasehat Hukum.
Seorang Penasehat Hukum berjalan kedepan dengan membawa berkas dokumen ditangannya setelah menyerahkan berkas, Penasehat Hukum mundur kebelakang di susul oleh Penasehat Umum berjalan kedepan unttuk mengecek berkas tersebut.
Setelah menyerahkan surat Dakwaan, Hakim menyuruh Penasehat Umum untuk membacakan surat dakwaan.
Penasehat Umum berdiri sambil membaca berkas ditangannya, ''Yang Mulia Majelis Hakim, Yang kami hormati Penasehat Hukum dan para hadirin sekalian kami akan membacakan surat dakwaan.'' Pembacaan surat dakwaan mulai bergema di persidangan. Damian menatap gadis itu kembali, namun gadis tersebut tidak bergeming.
''Cukup Yang Mulia.'' Pembacaan surat Dakwaan berakhir.
Majelis Hakim menatap terdakwa dengan tatapan lelahnya dan bertanya kepada Adena, apakah dia telah mengerti terhadap surat Dakwaan tersebut, Adena menjawab 'ya' tanpa keraguan.
Dengan lancarnya prsidangan, Hakim bertanya, '' apakah ada tanggapan terhadap surat dakwaan? ''
Pasang sorot mata menatap Adena terdiam sejenak, menunggu jawaban darinya. Sorot matanya masih lurus, ''Untuk tanggapan saya serahkan kepada Penasehat Hukum yang Mulia'' ujarnya lembut.
Waktu berjalan sidang masih dengan status berjalan lancar sampai pembacaan Nota keberatan. Majelis Hakim mempersilahkan Penasehat Hukum untuk membacakan Nota Keberatan dari Penasehat Hukum.
Setelah diberikan ijin, Penasehat Hukum membacakan Nota keberatan.
Pembacaan selesai, Majelis hakim kemudian bertanya, apakah ada tanggapan. Baik Penasehat Hukum dan Penasehat Umum.
Penasehat Hukum membenarkan kacamatanya dan berkata,'' Kami tetap pada nota keberatan kami Yang Mulia. ''
Majelis Hakim beralih ke Penasehat umum, ''Penasehat Umum bagaimana? ''
Penasehat Umum memejamkan mata sebentar, lalu menjawab,'' Kami tetap pada surat dakwaan kami yang Mulia. ''
Sidang akhirnya diakhiridengan Pembacaan putusan Sela pada sidang kedua berikutnya. Hakim, kemudianmengangkat palu dan mengeketukkan palu 1 kali.
tbc
Haloo, haloo aku kembali ini.
Aduh kasian banget ya Adena. Damian nih greget bgt pen nampol tapi sabar ya msih ada chap selanjutnya.
sorry klo ada yg salah soalny ak dpt sumber dri jurnalny kakakku😔
KAMU SEDANG MEMBACA
Become Side Character in BL Novel
Fantasy[COMPLETE] • BUKAN NOVEL TERJEMAHAN • Apakah transmigrasi itu nyata? Apakah reinkarnasi benar-benar ada? Mungkin, sebagian orang menganggap bahwa transmigrasi, reinkarnasi maupun regressor itu tidak nyata dan sekedar cerita fiktif belaka yaitu seper...