XXV - misunderstanding

145 19 0
                                    

2 pesan belum terbaca.

Ayah
Bagaimana kencan mu? Ayah harap semua baik-baik saja.
Ayah percaya kepadamu, nak.

Jemarinya berhenti mengetik karena ragu. Sejujurnya Adena bingung akan membalas apa. Dia memutuskan untuk bodoamat dan mengirim pesan balasan segera.

Me
Tidak perlu khawatir.

Mematikan layar ponsel dia langsung melemparnya kesamping. Dia merasa lelah, karena Adena tahu ayahnya menanam mata-mata untuk memantau kegiatannya dengan Damian dan sudah pasti langsung dilaporkan.

Mungkin, terlihat seperti ayahnya mengkhawatirkan anaknya, namun bagi Adena faktanya adalah dia mengharapkan anak perempuannya tidak menghancurkan image perusahaan.

Bagaimana Adena bisa tahu? tidak usah bertanya anggap saja dia memiliki indra ke-enam.

Adena tersenyum pahit.

Pintu kamar berderit menandakan seseorang membukanya. Tanpa menoleh Adena tahu itu Fabian karena hanya mereka berdua di apartemen .

‘’fabian ada apa?’’ tanpa repot-repot menoleh, Adena bertanya.

Suara langkah kecil mendekat, aroma kayu manis yang menurut Adena menenangkan tercium. Kemudian Fabian duduk dipinggir kasur agak dekat. Sehingga wajah cantik Adena terlihat.

‘’adena ada sesuatu yang ingin aku bicarakan?’’ ujar Fabian dengan nada serius.

Kedua mata Adena yang terpejam seketika terbuka. Wajah lelaki masuk kedalam pandangan, jaraknya agak hmm dekat. ‘’bicaralah,’’

‘’Aku sudah tahu semuanya,’’ Fabian tersenyum. Namun, ada yang aneh dengan pernyataan yang keluar dari mulutnya.

‘’Huh? Aku tidak mengerti maksudmu?’’ Adena  mengernyitkan alis.

Apasih? dan mengapa ekspresi Fabian terlihat serius.

Menanggapi respon Adena, Fabian menghela napas berat.

‘’Kenapa? Kamu menghela napas?” hidungnya mengkerut. Adena kebingungan karena tingkah Fabian yang tiba-tiba.

”Apakah ada sesuatu yang terjadi dirumah setelah aku pergi’’ tanya Adena mencoba menebak.
‘’tidak semua baik-baik saja, ‘’ Fabian menggelengkan kepala.

‘’terus?’’

Terdiam sejenak. Fabian menatap gadis didepannya dengan hati-hati, ‘’mmm… aku sudah mencari sebuah apartemen dan kebetulan biaya sewanya murah jadi aku ingin memberitahu mu dahulu sebelum aku pindah, ‘’

‘’…’’

Otak Adena sekejap terhenti. Bibirnya mengkatup, terdiam kaku.

Melihat Adena tidak merespon, Fabian menjadi gelisah sekeras mungkin dia berusaha untuk tersenyum.

Apakah kamu serius? Adena menyipitkan mata tajam. Lama saling menatap, namun Adena hanya menonton Fabian tersenyum canggung.

Mungkin saja?

‘’kenapa? Apa tinggal bersama ku tidak nyaman? Atau kamu tidak puas dengan fasilitas dan keinginan yang ngga sesuai? Oh, jangan bilang gegara aku menolak makan bersama mu tadi. Maaf,’’ tatapan Adena sendu.

Fabian segera menggelengkan kepala,‘’Tidak! Bukan seperti itu! Kamu salah paham, semuanya sangat bagus kok bahkan aku ingin tinggal disini lebih lama,’’

Semakin bingung dengan tingkahnya, Adena bertanya , ‘’lalu, kenapa kamu memutuskan untuk pergi?’’
‘’apa alasannya?’’

‘’itu..’’

‘’kamu tidak jelas fabian, apa kamu sudah menyewa apartemen itu?’’ tanpa ada sedikit pun niat beranjak dari kasur, Adena hanya melambaikan tangan ke udara.

‘’belum..’’

Melihat Fabian yang mengigiti bibirnya. Adena jujur merasa lelah.

Adena menghela napas, ‘’kita bahas besok saja..’’

‘’ti-tidak, tunggu adena,’’ Fabian mencoba mencegah Adena untuk segera menghentikan diskusinya. Dia harus. Membicarakannya sekarang.

‘’maaf, aku lelah,’’ tolak Adena.

‘’…’’

”baiklah,” Adena mendengar gumaman Fabian yang halus.

‘’Sejujurnya aku merasa tidak pantas disini.’’ bibirnya yang berat terbuka.

‘’…’’

Masih dengan mata terpejam. Adena memutuskan terdiam.

‘’selain itu, bukankah akan aneh dan tidak sopan kalau dua jenis kelamin berbeda tinggal satu atap. Aku tidak ingin hal ini mempengaruhi masa depanmu bahkan calon suami mu nanti,’’

Seketika mata Adena terbuka lagi, ‘’Aneh, kamu hari ini aneh fabian,’’ sarkasnya.

Dia baru kali ini melihat sisi Fabian yang seperti ini. Apa yang lelaki ini rencanakan ?

tbc

Become Side Character in BL NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang