IV : keep silence or action

420 45 4
                                    

IV : keep silence or action

Apartemen Gaelic Hwak-kurang tidur. Dia merasa sangat kepikiran maka dari itu semalaman matanya tak mau terpejam. Berakhirlah, Adena bersembunyi dibalik tembok untungnya dia memakai kacamata hitam dengan style misterius seperti seorang penguntit.

"Kenapa aku melakukan hal ini ya", Menghela napas sembari melihat adegan dimana konflik antara pemeran utama Damian akan membantu Fabian yang diusir dari apartemen nya.

Sebenarnya jarak dari kejauhan ini Adena samar samar tak bisa mendengar apa yang dibicarakan Fabian dengan ibu pemilik apartemen .

Mengedipkan mata. Ibu pemilik apartemen tengah cekcok dengan Fabian bahkan tas besar berisi barang-barang lelaki itu dilempar. Yah, beberapa baju berserakan dilantai.

Adena menggelengkan kepala,"Kalo yang ada di narasi novel ini seharusnya karena Fabian ngga bisa bayar apartemen dia diusir sih terus setelah nya dia ditolongin Damian", bisik dalam hatinya.

Sungguh dari jam lima pagi dia sudah ada disini menunggu seperti orang lumutan yang kurang kerjaan di apartemen kumuh yang bukan habitat seorang Adena demi bisa melihat adegan ini.

Terkejut, suara pintu dibanting keras sampai Damian ditinggalkan begitu saja. Jika Adena membawa hp dia bisa memvideo Fabian dengan caption ' Sudahkah kalian bersyukur saat ini' nah dia hanya bercanda.

Setelah ibu apartemen menyelesaikan urusan nya lelaki itu merapikan barang-barang nya kedalam koper. Bahunya merosot memilih bersandar pada tembok dengan tatapan lesu. Aneh, Adena merasa sedih. Bahkan nasib lelaki itu terlintas begitu saja dalam benaknya.

"Oh, apa yang harus aku lakukan", Adena terpaku pada ekspresi menyedihkan dari rupa Fabian. Sesak dan muak melihat kondisi lelaki itu.

Denial, haruskah dia bertindak? Tidak, Adena memutuskan untuk menunggu dulu saja.

Beberapa menit terlewati, harusnya saat ini Damian dalam perjalanan dan menemukan Fabian dengan kondisi menyedihkan hati pemeran utama pun mendesak untuk menolong lelaki cantik itu. Disitulah adegan terbukanya hati pemeran utama saat Fabian menolong Damian .

Adena mengetuk tembok. Tapi-disitulah Fabian tak bahagia. Selama beberapa chapter Adena harus membuang air mata nya dengan sia-sia akibat membaca novel tragis ini.

Haruskah dia bertindak sekarang?

Bagaimana jika dia bertindak akan terjadi hal buruk?

Tidak. Karena tidak ada pilihan. Adena tak perduli, setelah membaca hal itu perasaannya terdorong ingin menyelamatkan Fabian. Terdengar mengundang alur cerita ini akan melenceng namun, Adena ingin menolong Fabian. Tak peduli ceritanya berubah.

Dia akan menerima konsekuensi. Keluar dari tempat persembunyiannya Adena melangkah keluar kedepan. Menuju tempat pemuda itu.

Berdiri di depan Fabian. Dia terdiam. Cairan bening mengalir pada pipi putih nya. Bahkan badan tegap itu bergetar. Ah, pemuda cantik ini menangis. Betapa kasihan.

"Hey", dengan nada seangkuh mungkin Adena memanggil atensi pemuda itu.

Terdengar aneh dan tiba-tiba. Fabian mendongak menatap kearah Adena. Tertegun, merasa gugup saat kedua bola mata biru yang cantik melihat kearahnya dengan tatapan sendu. Pantas Damian naksir, lelaki yang menangis ini saja dilihat dari dekat sangat menakjubkan.

Terasa tak nyata-bila sekarang yang harus dia sadari dihadapannya benar-benar nyata dan bernapas.

"Aku tidak akan meminta maaf karena tidak sopan hanya saja. Kamu seperti anak anjing kecil yang terbuang ya", seru Adena sembari bersedekap dengan ekspresi jahat. Ah, dia lupa kalau memakai kacamata hitam.

Dia tak bermaksud menyebut Fabian seperti anak anjing tapi biarlah. Apa perdulinya.

Adena mendekatkan wajahnya kearah Fabian otomatis lelaki itu terkejut . Rona memerah menyebar dari pipinya.

"Sepertinya aku bisa membantu mu, anak anjing".

Lucu sekali ketika melihat kedua mata lelaki cantik itu melotot sebelum memalingkan muka.

Adena tersenyum aneh. Dia terlihat seperti orang cabul sekarang yang menakut-nakuti anak kecil.

"Bukan urusan anda, nona. Saya tidak butuh bantuan. Saya bukan orang menyedihkan dan saya bukan anak anjing", Ucap Fabian menolak tanpa memandang wanita dihadapannya.

Merasa menerima sarkasme dari lelaki cantik itu, bukannya tergertak Adena malah merasa Fabian ini lucu . Bahkan sarkasme nya terlihat seperti anak anjing pemarah.

Memegang dagunya agar kepala lelaki itu tak menunduk. Tatapan mereka bertemu, "Anak anjing aku tidak menerima penolakan bagaimana pun kamu akan berterimakasih kepada ku", Tersenyum manis kearah Fabian terlihat wajah Fabian memerah seperti tomat.

Melirik badan Fabian yang kaku dan tegang. Adena terkekeh geli. Dia tak ingin Damian cepat datang kesini jadi dia membereskan sisa kerusuhan yaitu baju Fabian yang masih berserakan dimasukkan kedalam koper dan tas.

"Ehhh apa yang anda lakukan!!", pekik Fabian mencoba menghentikan aksi wanita itu. Adena tak menoleh sekalipun dia mengangkat tas yang berat dan menarik koper.

"Sudah saya bilang saya tidak mau dibantu".

"Apa anda tidak mendengar saya,"

"Saya bukan orang yang menyedihkan. Kembalikan koper dan barang-barang saya,"

"Atau jangan-jangan Anda perampok?!".

"Kalau benar tolong saya tidak punya apapun, kenapa anda malah mengincar saya. Saya hanya punya diri saya sendiri,"

Fabian ini lucu betapa lugunya.

"Adena Jeanne", Adena melirik sedikit ke belakang.

Ocehan pemuda cantik itu terdiam, Hah, "Maaf?".

"Adena Jeanne, panggil aku Adena, Anak anjing. Sekarang aku majikan mu," Tanpa mendengarkan respon Fabian. Dia melenggang menjauh.

Fabian yang masih terdiam karena terkejut dengan aksi wanita gila itu. Dengan cepat menyusul di belakang nya. Dia dengan segala pikiran jahatnya berjalan di belakang . Bibir terkatup, gelisah. Baru kali ini dia diculik oleh wanita . Sekarang dia tidak tahu harus berbuat apa.

"Anak anjing, jalan lah disampingku. Aku tidak menyuruh mu menjadi anjing beneran melainkan seorang manusia", Sebenarnya Adena hanya malu dan merasa tidak enak karena harus menggertak anak anjing manis ini.

Ragu. Fabian, takut serta bimbang. Sungguh dan perlahan dia berjalan berdampingan menyesuaikan langkah wanita tersebut.

Melihat lelaki itu berjalan disamping Adena dengan ekspresi murung. Dia tersenyum.

Fabian menatap wanita tersebut. Kedua matanya tak terlihat karena tertutup kacamata hitam namun, dia tahu wanita ini cantik.

Tanpa sadar dia menatap lekat Adena. Bibir tipis, alis tebal dan helaian rambut cokelat gelap bergoyang tersapu angin . Menggelengkan kepala apa yang dia lakukan sekarang menatap wanita dengan tidak sopan.

Menuju lift. Adena menekan ltombol lift yang menuju lantai 1 yaitu jalan keluar dari apartemen. Seketika pintu lift tertutup.

Fabian merasa pasrah dengan nasibnya nanti. Mungkin, saja dia akan di buat sebagai budak seks atau mainan untuk wanita ini yang tengah bosan atau bahkan dia akan disika.

Disisi lain Adena merasa canggung. Dengan masih menggenggam erat koper dan tas tergendong. Udara terasa sesak. Tidak, dia harus tenang dan melakukan apa yang harus dia lakukan selanjutnya.

Jadi, dia sudah merubah alur cerita. Adena menghela napas.

Ntah apa yang akan terjadi besok yang pasti mereka berdua harus makan .

To be continued

gess karna PAS udah mau dket kayaknya kedepannya aku bakal Hiatus sebentar 😞

jadi tolong tunggu aku yyaa! klo udh selesai PAS ak bakal kembali lagi.

my love for u💜
love ya!

Become Side Character in BL NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang