XXXVI - deal or trap?

128 18 10
                                    

gweanchana in publik

shibal saekkiya in private

              Damian berdehem, menatap pemilik butik yang tersenyum cerah, dia bertanya. ''Apakah pesanan yang sudah saya pesan, sudah bisa di kirimkan?''

Pemilik butik bertepuk tangan sekali, ''Tentu saja Tuan. Kami selalu mengedepankan pesanan pelanggan bintang lima kami,''

Mengangguk, ''Baik, kalau begitu kirimkan saja—'' Damian berniat menyuruh wanita itu untuk mengirimkannya langsung kalau sudah jadi, namun ucapannya terpotong begitu saja.

''Oh, ayolah Tuan. Kalian pasti lelah, ayo masuk saja terlebih dahulu dan dicoba sekarang pasti tidak akan mengecewakan. Kalau ada yang mau ditambahkan, kami bisa memberikan diskon 50%. '' Kata Wanita pemilik toko sambil mengedipkan mata.

Adena masih memasang wajah tersenyum walau didalam jiwanya dia tertekan. Dia ingin berteriak.

''Tapi—''

Wanita pemilik butik segera menghiraukan omongan Damian. Dia bergegas menggeret lengan Adena membuat gadis itu kebingungan, ''Biar saya bimbing. Kalian adalah pasangan favorit kota kami pasti banyak orang ingin menonton pernikahan kalian nanti dengan gaun dan jas yang menakjubkan, jadi sekali saja yuk. ''

Sangat lancang sekali, Adena ingin protes sedangkan Damian terdiam sejenak. ''Hey—''

Seorang karyawan mendekati Damian sambil menunduk sopan, ''Mari Tuan, saya arahkan. ''

Dengan pasrah mereka digiring seperti babi oleh pemilik toko. Ketika masuk, wanita itu membimbing Adena yang masih terkejut di tempat khusus untuk ganti baju. Memperkenalkan beberapa rancangan indah yang dipajang, kedua mata Adena berkedip-kedip. Dia menjadi takjub karena aura mahal dan berkelas dari gaun tersebut membuat radar uang Adena menyala.

Damian duduk di tempat tunggu sambil menunggu Adena yang sepertinya dijadikan kelinci percobaan sambil membaca buku design gaun.

Adena tarik kembali rasa antusias dan takjub. Dia merasa sangat lelah. Disuruh bolak-balik ganti gaun berkali-kali seperti boneka. Bahkan tanggapan Damian lebih menjengkelkan.

''Jelek, tidak cocok.''

''Warna nya mencolok.''

''Yang benar saja memakai gaun seperti badut begitu.''

''Terlalu mewah.''

''Terlalu simple.''

''Lumayan.''

''Setelah kupikir-pikir gaun itu tidak cocok.''

''Terlalu seksi.''

Gigi Adena bergemeletuk, jengkel. Urat dahinya menonjol keluar. Dia sangat tertekan dan ingin berteriak. Dia tersenyum dengan paksa. Dia ingin menonjok wajah tampan Damian.

''Tidak, ganti.''

Adena hampir memohon kepada pemilik butik akan tetapi, wanita itu tidak peka dan malah menggiring Adena ke ruang ganti.

Setelah setengah jam akhirnya Damian memutuskan untuk memilih design awal saja. Adena bernapas lega, menyenderkan punggung di kursi mobil. Dia memejamkan matanya.

'' Aku seperti kelinci percobaan, sial. Pada akhirnya kau memilih design awal juga jadi untuk apa aku mencoba semuanya. Aku sangat lelahh.'' Keluh Adena mencibir lelaki tersebut.

''Aku hanya penasaran saja dan wanita itulah yang memaksa. Aku juga sudah berusaha menolak. '' Damian melirik gadis yang terlihat kelelahan itu dari samping sambil memasang seatbelt.

''namun, melihat raut wajah jelek mu itu sangat menyenangkan apalagi tubuh tidak berlekukmu sangat tidak cocok memakai gaun-gaun mahal itu. '' Damian terkekeh. Nadanya sangat mengejek.

''Bajingan, matamu sangat buta sekali. Badan ku ini seksi , asal kau tau saja banyak pria yang mengantre menjadi pacarku .'' Ucap Adena dengan bangga walau dia berbohong. Mana ada pria yang datang berbondong-bondong datang kepadanya. Dia saja selalu dirumah jarang keluar. Di kehidupan pertama pun sebelum dia menjadi Adena, dia tidak pernah berkencan seumur hidupnya.

Tiba-tiba Damian mengalihkan pandangannya, menatap intens Adena dari atas sampai bawah. Adena mendadak tertegun.

Bibir Damian melengkung kebawah. Dimatanya Adena kurang seksi, tubuh gadis itu seperti tulang belulang alias tengkorak berjalan. Menggelengkan kepala, dia mengalihkan tatapannya menghadap kearah depan.

''Apa-apaan tatapan mu itu, ''Adena memicingkan mata merasa curiga.

''Yang penting aku seksi, bukan?'' Ucap gadis itu terkekeh dengan rasa percaya diri.

Damian menghela napas, ''Kau ingin aku jujur?''

Gadis tersebut memiliki raut wajah yang masih percaya diri.

''Baiklah, jujur saja kau seperti kurang makan. Dada mu saja pasti tidak sampai B-cup. Menyedihkan. '' Ucap Damian sambil menjalankan mobilnya.

Kedua mata Adena langsung melotot seketika dia melirik dadanya, kemudian menatap lelaki disampingnya dengan jengkel, ''APA?! Matamu pasti buta! Dada se-semok ini kau kata rata?!''

Melihat gadis itu yang membusungkan dadanya membuat Damian menghela napas, ''Bahkan aku saja tidak bernafsu melihatnya.'' Cibir Damian

''PRIA INI!''

Adena menggeram marah dan dia menghela napas. Dia lupa kalau di novel asli orientasi seksual lelaki itu belok, karena dia lebih suka batang. Mengatupkan bibirnya, dia memilih diam.

Damian diam-diam melirik kesamping, melihat raut Adena yang nampak jengkel. Sontak senyum tipis tersungging diwajahnya.

Bohong kalaugadis itu tidak seksi sejujurnya gadis ini sangat seksi, belahan dada yang dia kata rata nyatanya memang benar-benar besar dan belahan dadanya sungguh menakjubkan.

Dia percaya kalau lelaki mana pun pasti akan berbondong-bondong mengantre kepadanya.

Selama perjalanan, penuh keheningan. Tidak ada satupun yang mau membuka obrolan. Adena dengan gaya bersedekap menatap langit malam yang sangat gelap, alunan lagu jazz mengalun santai menutupi keheningan malam.

Damian sibuk menyetir, dia ingin membuka obrolan namun tidak ada satupun topik yang terlintas karena selama ini ketika mereka bertemu hanya membahas bisnis dan rencana politik mereka. Jadi dia memutuskan untuk bergantung pada waktu yang berjalan.

''Aku ingin memberikan tawaran baru lagi, aku yakin kau tidak akan menyesal mendengarnya.''Kata Adena memecah keheningan. Menatap reaksi Damian yang nampak tertarik, Adena menyunggingkan senyumannya.

''Namun, ada persyaratannya. ''Senyum Adena semakin manis seperti ular berbisa.

Damian melirik gadis yang balas menatapnya dengan senyum manis di wajahnya dari spion.

Adena mencondongkan badannya kearah Damian. Mendekatkan bibirnya disamping telinganya. Damian bisa merasakan aroma harum lavender dari gadis itu dan hembusan nafas hangat meenyapu daun telinganya. Melirik lebih jauh bahkan belahan dada gadis itu sangat terlihat ekhem sesaat dia menjadi tidak fokus.

Berbisik. Keduaa mata Damian melotot.

''Bagaimana bisa kau?!'' Bentak Damian menatap tajam Adena yang menjauhkan badannya dan duduk kembali.

Adena tidak tahu bahwa tawaran yang dia ajukan bisa menjadi boomerang bak pedang bermata dua.

Jadi apa kesepatakan yang ditawarkan Adena?

tbc

beberapa chap lagi mau ending, yuhuu! senangnya dalam hati asek asek kochellaa

sampai jumpa lain waktu ya gesss 

(maaf kalo ada typo, capek ngetik)

Become Side Character in BL NovelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang