•Nasib Yang Terhubung (6)

242 43 2
                                    

"Kenyamanan dan keamananmu adalah tanggung jawabku di dalam kontrak."

Satu kalimat itu kembali membuatnya merasakan hal aneh dalam hatinya, membuat dia menyadari kalau setiap perlakuan dan ucapan manis Suga tak lebih dari sekadar kontrak. Apa yang dia harapkan? Suga hanya ingin memanfaatkannya untuk menjamin nasib sialnya tidak mengganggu kehidupannya dan dia sudah setuju untuk membantu, jadi kenapa dia merasakan sakit di hatinya?

"Tenang saja, aku tidak akan menghentikan kontrak kita meski dalam suasana hati yang buruk." ucap IU hendak berdiri.

GREP

Suga berhasil menahan tangannya, lalu menariknya pelan untuk kembali berjongkok, "IU-sii, apa kau tidak suka aku membicarakan kontrak denganmu?"

IU diam, dia tidak tahu mau menjawab apa di saat dirinya pun tidak mengerti hatinya.

"Hufft... Di dalam kontrak ada peraturan kita harus saling jujur, jadi jika kau belum bisa menjawabnya angguk atau gelengkan kepalamu untuk itu ya?"

Dia menurut, setidaknya hanya itu yang bisa dia lakukan di saat mulutnya sulit untuk berucap.

"Aku ingat, tadi aku bilang... Kenyamanan dan keamananmu adalah tanggung jawabku di dalam kontrak, apa kau tidak suka?"

IU mengangguk.

"Aku benar-benar minta maaf soal itu, tapi alasanku mengatakan itu bukanlah tanpa alasan."

"Hm?"

Suga tersenyum kecil sambil mengelus pipinya dengan ibu jarinya, "Aku hanya ingin mengingatkan diriku atas batasan dalam memperlakukanmu. Setelah insiden di toilet saat itu, aku yakin kontak fisik akan menjadi pemicu traumamu. Oh ya, apa kau mau tau satu hal yang membuatku senang?"

IU kembali menganggukkan kepalanya, lalu Suga meletakkan gunting dan keranjangnya. Ditariknya tubuh IU ke dalam pelukannya dengan lembut, merasakan kehangatan itu wanita mana pun tentu tidak tahan untuk membalas pelukannya.

"Sejak kecil, aku selalu membuat keluargaku sedih dan khawatir karena ramalan nasibku. Maka dari itu aku bersikap acuh pada nasib sialku, agar mereka berhenti untuk khawatir tapi sepertinya gagal. Saat memberku dan agensi tau, mereka berekspresi sama seperti keluargaku dan lagi-lagi aku bersikap acuh untuk itu."

Suga melepas pelukannya dan beralih memegang pundaknya sambil menatap IU dengan penuh kehangatan, "Tetapi semua berubah setelah eomma menemukanmu, mereka tampak sangat bahagia karena akhirnya kau yang diramalkan mau bersamaku selama setahun. Melihat kebahagiaan itu di wajah mereka, kehadiranmu membuatku mau belajar memperbaiki sifat-sifat burukku."

IU tersentak begitu Suga tiba-tiba menggenggam satu tangannya dan menciumnya, "Suga-sii..."

"Kau membuatku menjadi orang yang lebih baik, IU-sii."

"Aku membuatnya menjadi orang yang lebih baik?" batin IU.

Jantung IU kembali berdetak lebih kencang, hingga akhirnya dirinya dibuat sadar saat Suga menyuapinya buah stroberi sambil tersenyum kecil, "Mau memetik stroberi lagi?"

IU mengangguk, lalu mengambil satu buah stroberi dan menyuapinya, "Kau makan juga."

"Manis!"

Pipi IU memerah, kemudian tertawa dan mengangguk setuju, sementara Suga masih tersenyum kecil sambil menatapnya.

-

"Hufft..." Kyunghu menghela napas panjang sambil duduk di kursi goyang yang ada di halaman belakang rumahnya.

"Kenapa melamun sendirian di sini, chagia?" tanya Doyun yang baru datang sambil membawa dua cangkir teh. "Keluarga Lee mengirim teh ini, katanya cocok untuk kesehatan orangtua seperti kita."

My ShieldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang