14

17.4K 1.9K 69
                                    

Halo halo semuanya,
Apa kabar? Sehat? Selalu jaga kesehatan ya.

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

###

Eden berdiri kaku tidak jauh dari posisi Loren yang sama berdiri di sudut ruangan.

Bukan apa-apa, tapi saat ini Eden merasa sedikit takut sekaligus bingung harus melakukan apa. Haruskan ia tetap di dalam atau keluar dari ruangan.

Pasalnya, saat ini, sang raja dan kedua pangeran tengah melihat ke arah Eden dengan pandangan menyelidik.

Eden merasakan seperti ada hawa dingin mulai merambat dari punggungnya.

Noel duduk dengan menopang sebelah sisi wajahnya, seperti biasa, ia tengah memasang posisi santai dan malasnya. Ia merasa lucu melihat reaksi keluarganya saat melihat ke arah Eden.

"Ayah, berhentilah menatapnya seperti itu." Noel juga melirik ke arah kedua kakaknya, "Kakak juga."

Ketiganya diam-diam mendengus tidak puas.

"Kamu ke luar dari istana lalu pulang membawa seseorang yang tidak dikenal. Kamu tidak memikirkan, bisa saja ini berisiko untukmu," ucap Argaleon.

Eden semakin gelisah mendengar ucapan sang raja yang sepertinya tidak menyetujui kedatangannya. Lagi pula, sebagai rakyat biasa, ia tidak bisa melanggar perintah sang raja. Jadi, jika sang raja memerintahkannya untuk pergi, ia tidak bisa untuk tetap tinggal.

"Aku mengenalnya, namanya Eden."

"Sejak kapan kamu mengenalnya?" tanya Jester.

"Belum lama ini, setelah keluar dari istana," jawab Noel dengan entengnya.

Loren sebisa mungkin menahan sudut mulutnya yang ingin naik ke atas.

Eden memasang wajah kosong mendengar ucapan sang pangeran yang terkesan sangat mudah dan terdengar asal-asalan. Walaupun, memang yang diucapkan pangeran ketiga memang benar. Pangeran ketiga terkesan menganggap pertanyaan dari pangeran kedua hanyalah pertanyaan biasa, seperti tidak ada yang serius.

Argaleon dan kedua anak tertuanya langsung memasang wajah datar.

Ekspresi Noel tidak berubah, ia tidak ingin berdebat dengan sang ayah ataupun kedua kakaknya. Apa yang telah diputuskannya tidak akan ada yang bisa merubahnya, sekalipun itu sang ayah yang notabene raja.

Argaleon menghela napas, "Noel, dengarkan Ayah. Kamu tidak bisa mengambil seseorang dan menaruhnya di sampingmu dengan begitu mudah. Ingat identitasmu."

"Aku sangat ingat, dan aku tidak lupa Ayah. Eden memiliki bakat bertarung dan akan sangat berguna jika kemampuannya diasah dan ditingkatkan."

"Permasalahan, apakah dia akan benar-benar setia padamu atau tidak," ucap Laveron.

"Biarkan Kakak yang menilainya sendiri." Noel mengamati ekspresi keluarganya lalu melanjutkan ucapannya, "Kak Es, bawalah Eden ke kamp pelatihan prajurit. Lalu pastikan sendiri apakah dia berbahaya atau tidak. Lalu putuskan."

"Baik, bawa dia ke kamp. Kakak sendiri yang akan melatihnya secara pribadi." Jester langsung menyetujui usul sang adik.

"Eden, apakah kamu setuju?" tanya Noel.

"Hamba bersedia, jika itu bisa membuktikan kesetiaan hamba pada Pangeran ketiga. Karena sejatinya, nyawa hamba telah menjadi milik Pangeran ketiga. Dan mohon bimbingannya kepada Pangeran kedua." Eden membungkuk dalam. Sikapnya sangat serius dan tegap. Tidak terlihat raut ketakutan di wajahnya, semuanya hadir bisa merasakan tekadnya.

"Ayah dan Kakak sudah mendengarnya, dia juga tidak menolak ataupun keberatan. Semuanya selesai di sini. Tidak perlu ada yang diperdebatkan lagi."

"Baik, baiklah. Anggap saja seperti itu. Sekarang, waktunya kita makan malam."

Abandoned Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang