35

7.8K 1.2K 110
                                    

Halo halo, semuanya apa kabar? Sehat? Sehat semuanya, kan?

Typo tandai ya supaya bisa langsung diperbaiki.

###

Argaleon seketika langsung menutup mulut putra ketiganya. Ia tidak suka mendengar ucapan yang baru saja dilontarkan oleh Noel.

"Jangan mengutuk dirimu sendiri," ucap Argaleon dengan tatapan muram.

Noel menyingkirkan tangan sang ayah, kemudian ia terkekeh.

Argaleon, Laveron dan Jester semakin mengerutkan kening mendengar tawa Noel. Bagian mana yang menurut Noel lucu untuk ditertawakan?

"Jangan tertawa, itu tidak lucu." Laveron sungguh merasa tidak ada yang lucu dari obrolan yang sedang mereka lakukan.

"Kekeke, menurut ku lucu. Ayah dan Kakak yang lucu."

"Noel!" tekan Argaleon sembari menatap lurus ke arah Noel.

"Baik, baiklah. Di mimpi itu apakah kalian menangis? Lalu, apakah bagian tubuhku masih utuh?"

"Omong kosong! Berhenti bicara!"

"Kak Es tidak suka mendengar mu mengatakan seperti itu."

"Jangan berbicara buruk tentang dirimu sendiri!"

Noel mengamati ekspresi ketiganya, ia cukup penasaran. Ayah dan kedua kakaknya terlihat tidak tenang dengan ekspresi yang muram.

Noel cukup penasaran, bagaimana reaksi ketiganya saat mengetahui dirinya mati.

Apakah ketiganya akan sedih?
Akankah mereka menangisinya?
Apakah mereka akan merasa menyesal dan kehilangan atas kepergiannya?

Entahlah, Noel tidak tahu. Ia sendiri bahkan tidak tahu, apakah tubuhnya sendiri masih utuh atau tidak setelah kematiannya.

Utuh atau tidak, Noel sudah tidak peduli.
Toh, ia sudah tidak bisa merasakannya setelah ajal menjemputnya. Jiwanya di kala itu sudah meninggalkan raganya.

Seketika, Noel seperti merasakan kembali rasa nyeri di kedua mata dan juga dadanya.

Noel teringat saat kedua bola matanya ditarik keluar dan juga saat bilah pedang menusuk dadanya berulang kali.

Ekspresi Noel langsung menggelap.

Clarista! Sudah waktunya ia membayar hutang.

Argaleon dan kedua putra tertuanya merasakan perubahan ekspresi dan suasana hati Noel. Dan Noel terlihat seperti dalam suasana hati yang buruk.

"Tidak perlu dipikirkan, semua itu hanya sebatas mimpi," Laveron mengelus pelan surai adik bungsunya untuk menghibur.

Jester dan Argaleon mengiyakan jika itu hanya sebatas mimpi dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Mereka berpikir jika suasana hati si bungsu memburuk karena ucapan mereka tentang mimpi yang baru saja mereka dialami.

"Mimpi, ya?" Noel tersenyum miring. Jika bisa, Noel juga menginginkan semua itu hanya sebuah mimpi. Tapi sayangnya, semua itu nyata. Noel masih sangat mengingat rasa sakitnya dan itu terlalu nyata untuk disebut sebagai sekedar mimpi belaka.

Argaleon menarik tubuh putra bungsunya ke dalam pelukannya. Ia mengelus pelan punggung putranya dengan pelan. Ia berharap, itu bisa mengembalikan suasana putra ketiganya yang memburuk.

"Biar aku menebaknya." Noel kembali membuka suaranya, ia masih penasaran apakah tebakannya benar atau tidak.

"Berhenti bicara!"

"Apakah Ayah melihat keadaan ku yang sangat mengenaskan dengan tanpa kedua bola mata dan dada yang tertusuk?"

"Noel!" Argaleon menutup kembali mulut Noel untuk mencegahnya kembali berbicara buruk.

Abandoned Prince Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang