22. Evakuasi

660 101 54
                                    

⚠️ PERINGATAN⚠️
CHAPTER INI MENGANDUNG SEXUAL HARASSMENT
KEKERASAN
PENYEKAPAN
PENYANDERAAN

- BAGI YANG TIDAK NYAMAN HARAP UNTUK MELEWATKANNYA -

- TOLONG JANGAN AMBIL RISIKO -

- JIKA TETAP INGIN BACA HARAP TAHU RISIKONYA -

- SEBELUMNYA MOHON MAAF TIDAK MEMBERIKAN TANDA PERINGATAN -

- Salam hangat Hasa/Ra sebagai Author -

Mobil Mercy C200 itu memasuki perumahan yang tampaknya sudah tak berpenghuni atau bisa dibilang masih baru? Entah lah, Supra merasa semakin dalam ia menyetir, semakin tak ada yang namanya orang-orang berlalu-lalang.

Sori juga nampak takut dengan pemandangan di luar mobil. Pohon-pohon lebat berada dipinggir jalan, langit yang gelap dan lingkungan sepi menemani mereka berdua.

Supra tiba sebelum 5 menit tepat. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia membuka pintu mobil dan mengajak Sori untuk keluar. Titik denah pada GPS mengatakan bahwa mereka sudah sampai, di depan rumah yang gelap.

 Titik denah pada GPS mengatakan bahwa mereka sudah sampai, di depan rumah yang gelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Blok J di perumahan tersebut benar-benar tak ada yang berpenghuni. Bahkan rumput-rumput liar memanjang, hingga jalanan di blok J saja masih terbuat tanah dibanding aspal seperti di blok A.

"Kak, seram," kata Sori.

Supra memberi isyarat pada Sori untuk tak berisik. Mereka memasuki perkarangan rumah bercat abu-abu yang sudah luntur. Lampu depan rumah tersebut sama sekali tak menyala. Di dalam juga gelap sekali.

Rumah dengan dua lantai itu benar-benar tak terurus. Tanaman layu saja dibiarkan, Sori merasa iba dengan tanaman itu.

Supra menurunkan knop pintu tetapi tak terbuka pintu tersebut. Ia melirik pada Sori.

"Dikunci."

"Dobrak, Kak."

Supra mengangguk paham. Ia sedikit mengangkat lengan bajunya. Ia mengambil ancang-ancang, dalam hitungan ketiga ia langsung mendobrak pintu dalam sekali dobrak.

BRAK!

"Sakit ya."

"Namanya juga nabrakin diri ke pintu Kak, beda lagi kalau Kakak nabrakin diri ke istana balon," sahut Sori ikut masuk ke dalam.

"Kocak."

Supra menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia terdiam sejenak, membuat Sori ikut berhenti berjalan.

"Kenapa Kak?"

"Ri, jangan pegang apapun," kata Supra dengan seriusnya.

Sori cemberut, dia baru saja mau meraba dinding soalnya benar-benar gelap. Dan dia gak bisa lihat apa-apa.

TEROR ORGANISASI [SEDANG REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang