DATB - 37 | Itu Paula

20 1 0
                                    

¤ Sebelum baca, jangan lupa Follow dan Vote yah!

¤ Komen juga disetiap paragraf biar lucu!!

*****

37. ITU PAULA?

*****

Setahun Kemudian...

Aluna, Kaesar dan Tiger mengunjungi makam ketiga temannya. Tidak terasa, sudah 1 tahun. Rasanya seperti, kejadian itu baru terjadi kemarin. Rasanya seperti baru saja tertawa dan berkumpul bersama mereka.

"Apa kabar? Kita baik-baik aja di sini. Kalau lo gimana?" ucap Aluna seolah berbicara dengan Nadira.

"Gue kangen banget sama lo. Kangen masak bareng, kangen curhat, kangen ketawain hal random. Dan gue kangen denger suara tenang milik lo."

Aluna memeluk batu nisan itu. Air matanya terus menetes di atas nama 'NADIRA DESTAZEA'. Aluna tersenyum getir menahan rasa sesaknya.

"Gue bawain lo bunga. Lo suka mawar putih kan?" tanya Aluna dengan mata berkaca-kaca. "Gue... bawain lo banyak! Mana suara lo bilang makasih, Nad? Mana??"

Tangis Aluna kian pecah. Sangat sakit. Aluna masih butuh Nadira. Sosok hangat yang selalu menyematinya.

Kaesar mengusap bahu Aluna seraya menenangkan. "Udah, Lun!"

"Maaf. Kita jarang ke sini. Mungkin, karena gue belum bisa nerima kalau lo bener-bener pergi."

"Tapi gue janji. Gue bakal berusaha jadi perempuan sekuat lo. Gue bakal sering ke sini dan kirimin lo doa."

"Seandainya g-gue bisa peluk lo lagi. Gue pengen banget peluk lo. S-sekali aja, Nad. Sekali aja. Gue kangen pelukan dari lo." Aluna menangis sesegukan lalu kembali memeluk nisan itu.

"Pengen peluk lo..."

Kaesar dan Tiger merasakan yang dirasa Aluna. Mereka berdua beralih pada nisan di samping. Nisan Pasha dan Rey. Seperti sebuah mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Ketiga temannya pergi lebih dulu.

"Nad. Ini buat lo juga." Aluna mengalunkan kartu identitas detektifnya di batu nisan Nadira.

"Mulai hari ini, gue berhenti jadi detektif. Gue rasa udah selesai. Gue gak butuh pekerjaan itu. Dan gue bakal lanjut jadi desainer lagi."

Kedua lelaki itu saling pandang dan akhirnya ikut melepas kartu identitas detektifnya. Kaesar meletakkan kartu identitasnya di nisan Pasha. Begitupun Tiger yang melalukan hal serupa di nisannya Rey.

"Ini pilihan yang benar."

Aluna mengangguk setuju. "Detektif, bukan cuma mereka yang punya kartu identitas, bukan mereka yang menjabatnya bertahun-tahun, bukan pula mereka yang dikenal pahlawan oleh banyak orang."

"Detektif yang sesungguhnya, adalah mereka yang berani bertaruh nyawa demi menyelesaikan sebuah kasus. Rey, Nadir dan Paula, seharusnya menjadi detektif hebat jika mereka masih hidup."

Tiger meluruskan tangan ke depan lalu menatap kedua temannya itu. "Detektif TKP?"

"Katanya mau keluar juga?"

DETECTIVE AND TIME BOOK (Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang