Happy Reading!
Bagian 4
Tentang
"Kalian! Jangan berantem terus! Gak jera ya sama hukuman kemarin? Perlu ditambah lagi biar makin jera?"
Ujaran itu berhasil menginterupsi aksi Erika dan teman-temannya. Tampak Vania gelagapan sambil melepaskan pegangannya pada Kanina, begitupun dengan Dian yang wajahnya sudah panik bukan main. Hanya Erika yang biasa-biasa saja.
"Kita gak ngapa-ngapain Kanina kok," ujar Vania takut.
"Iya, cuma megang doang," tambah Dian.
Arion. Cowok yang berdiri di depan pintu kelas 12 IPS 1 itu memandang Erika tajam. "Gue bisa aja bilang ke Bu Ratna apa yang udah lo dan antek-antek lo ini lakuin ke Kanina dan ngasih sanksi yang berat buat kalian," ujarnya.
Erika memutar bola matanya malas. "Ini urusan gue, ngapain lo ikut-ikutan? Kaya orang penting aja."
Erika langsung disenggol oleh Dian. "Arion itu ketua osis, Er. Lo gila ya ngomong begitu?" bisik Dian yang masih terdengar di telinga Kanina.
Erika berdecak. "Ck, terus kenapa kalau ketua osis? Ganggu aja." Gadis itu berjalan pergi dengan raut kesal, tak lupa ia sengaja menabrak Kanina dengan bahunya sebelum benar-benar pergi dari sana. Vania dan Dian ikut pergi, menyisakan Kanina yang menggeram kesal bersama Arion yang melangkah mendekatinya.
"Lo gapapa?" tanya Arion, tampak raut khawatir dari wajahnya.
Kanina menoleh cepat. Ia tertegun sesaat ketika matanya bertemu pandang dengan manik hitam milik Arion. Kanina berdehem canggung karena tak pernah mengobrol dengan Arion sebelumnya. Selama ini, Kanina hanya sekedar tahu nama karena Arion cukup dikenal di sekolah ini sebagai ketua osis.
"Ya, makasih udah nolongin," kata Kanina pelan. "Gue pergi kalau gitu."
Arion mengangguk, lalu Kanina pergi dengan tergesa-gesa karena baru teringat akan janjinya dengan Jendra.
Kanina setengah berlari menuju taman. Gadis itu tersengal-sengal saat hampir sampai. Dari kejauhan, ia telah melihat Jendra yang duduk di bangku taman sambil fokus pada ponselnya.
Tak lama, ponsel Kanina bergetar dan memperlihatkan sebuah panggilan dari Jendra. Kanina mengangkatnya tanpa pikir panjang, "Ya?" responnya seraya berjalan menuju tempat di mana Jendra berada.
"Di mana?" Jendra bertanya.
Kanina tersenyum, "Di sini," jawabnya ketika sampai di depan Jendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Teen FictionKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...