Happy Reading!
Bagian 12
Kunjungan
Jendra duduk di pinggir lapangan dengan keringat bercucuran. Cowok itu meraih botol air mineral yang tersisa setengah, lalu meminumnya dengan napas tersengal.
Di istirahat kedua ini, Jendra memang menghabiskan waktunya untuk bermain futsal bersama teman-temannya yang lain. Ia meluruskan kakinya dengan netra yang memandang ke depan, melihat teman-temannya yang masih betah bermain meskipun keringat sudah membasahi seragam sekolah, belum lagi bau matahari yang bisa dipastikan akan membuat guru mata pelajaran selanjutnya mengomel.
"Gue udahan!" Itu adalah suara Keandra, anak kelas 11 IPS 1 sekaligus kapten futsal sekolah.
"Masa gitu doang udahan sih? Ayo dong main lagi, Kapten!" Haikal berseru di tengah lapangan yang panas. Cowok itu bahkan sudah tak peduli jika kulitnya semakin hitam karena matahari.
"Males! Gue capek!" Keandra balas berseru dengan nada emosi. Ia berjalan menuju pinggir lapangan yang teduh untuk beristirahat.
"Cemen lo, Ken! Gitu aja udah capek, harusnya dari awal gue aja yang jadi kapten!" Satya menyahut seraya berkacak pinggang.
Keandra yang sudah emosi tentu semakin emosi mendengar itu. "Apa hubungannya, anying?!"
Haikal geleng-geleng kepala, "Heran, lo padahal adik kelas, tapi galaknya melebihi kami yang udah suhu ini. Perlu kita apain nih, Sat?" tanya Haikal pada Satya di sampingnya.
Satya tampak berpikir, "Bentar, gue mikir dulu."
Haikal menggaplok Satya, "Si monyet malah mikir dulu, goblok banget sih lo."
"Kurang ajar lo!"
"Ini niat main atau enggak sih? Kalau mau udahan gue pergi nih." Pandu menginterupsi pertengkaran Haikal dan Satya. Siswa kelas 10 itu berjalan menjauhi lapangan karena tak tahan dengan panasnya matahari.
"Tau, gak jelas banget." Sagara, anak kelas 11 IPS 2 ikut bersuara dan pergi dari lapangan, diikuti oleh yang lainnya hingga hanya tersisa Haikal dan Satya di tengah lapangan.
Kedua cowok itu saling tatap, sementara Jendra menahan tawanya melihat kebodohan dua temannya itu. "NGAPAIN KALIAN MASIH DI SANA? BERJEMUR KAH CERITANYA? GAK TAKUT ITEM?" seru Jendra dengan tawa pecah.
Lantas, Haikal dan Satya berjalan menghampiri sang teman seraya menggaruk kepala yang tak gatal. Haikal duduk di samping Jendra sambil bersungut-sungut, "Heran, murid-murid jaman sekarang gak ada hormat-hormatnya sama senior."
"Gak nyadar diri ya? Lo juga dulu gak hormat sama senior," ujar Jendra.
Haikal mengernyitkan keningnya, "Emang iya?"
"Yee si kambing, masih nanya lagi, ya iyalah!" sahut Satya nge-gas.
"Lo juga sama aja, Sat," ucap Jendra. Sontak Satya melotot dengan raut bodohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Подростковая литератураKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...