Happy Reading
Bagian 3
Memar
Kanina menaiki sekuternya sembari bersenandung pelan. Jendra sudah menunggu di depan pagar rumahnya untuk menjemputnya.
Kanina sempat tersenyum pada Pak Edo selaku satpam rumahnya yang dibalas dengan anggukan sungkan oleh Pak Edo.
Kemarin, papanya kembali terbang ke Singapura untuk melanjutkan perjalanan bisnisnya. Sementara yang akan menghadiri surat panggilan hari ini adalah Pak Agus yang merupakan sopir pribadi Kanina.
Kanina menaruh sekuternya di dekat pos satpam, lalu mengambil helmnya yang sengaja disimpan di sana. Ia berjalan menghampiri Jendra yang berada di luar pagar dengan motornya.
Gadis itu tersenyum seraya memegang tali tas di setiap sisi tubuhnya. "Hai..." sapanya dengan senyum manis.
Jendra balas tersenyum melihat itu. "Cantik banget," pujinya yang lantas membuat Kanina mendengkus geli. Ia memasang helmnya, lalu naik ke atas motor Jendra.
Jendra melajukan motornya meninggalkan kediaman Kanina yang kelewat besar. Sepanjang jalan, Kanina tak pernah sedikitpun melonggarkan pelukannya. Gadis itu menempelkan kepalanya yang dibalut helm pada punggung Jendra selagi menatap jalanan yang tak seramai biasanya karena jam yang masih menunjukkan pukul 6 pagi.
Motor Jendra melaju memasuki kawasan sekolah. Pandangan dari siswa-siswi tak beralih dari Jendra dan Kanina sejak kedua sejoli itu melewati gerbang sekolah. Sudah tak heran, Kanina memang sering menjadi pusat perhatian karena statusnya sebagai konglomerat di negeri ini, belum lagi berbagai masalah yang sering dilakukan gadis itu yang membuat namanya sudah tak asing di kalangan siswa dan siswi.
Kanina menghembuskan napasnya berat. Motor Jendra telah berhenti di parkiran siswa. Kanina hendak melepaskan pelukannya dari perut Jendra tatkala cowok itu lebih dulu menahan tangannya. "Nin," panggil Jendra.
"Ya?" Kanina menyahut dengan kening berkerut. Ia memiringkan kepalanya untuk mengintip ekspresi Jendra. "Kenapa, Jen?"
"Ini tangan kamu kenapa? Kok memar gini?" Jendra bertanya seraya memegang tangan Kanina yang memar.
Kanina beraduh saat Jendra memencet memar di tangannya. Gadis itu dengan gesit melepaskan pegangan Jendra di lengannya, lalu turun dari motor seraya menyembunyikan tangannya di balik punggung. "Bukan apa-apa, cuma memar biasa karna habis jatoh."
Jendra mengernyitkan keningnya. Ia menyipitkan matanya seraya menatap Kanina yang tampak gelagapan di tempat. "Kamu bohong ya? Gak mungkin jatoh memarnya sampe kaya gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Roman pour AdolescentsKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...