Happy Reading!
Bagian 40
Duka
Waktu berlalu dengan cepat, tanpa terasa sudah tiga bulan berlalu. Keadaan mental Kanina pun sudah mulai membaik. Harapannya untuk hidup telah kembali. Perihal mati tak lagi menjadi keinginannya.
Saat itu, Kanina memang terlampau lelah dan putus asa sampai tak bisa berpikir jernih. Diserang oleh berbagai masalah benar-benar membuatnya jatuh pada titik terdalam. Seandainya saat itu tidak ada Rafif, Widia, Saka, dan yang paling penting Jendra, maka mungkin ia akan selamanya memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup.
Kanina bersyukur karena saat itu ia tak sempat melakukan hal gila itu. Jika ia berhasil mengakhiri hidupnya, mungkin ia akan menyesal di alam sana.
Perihal bertahan dan menjalani hidup dengan segala masalah yang ada memang bukanlah hal mudah. Tapi, memilih untuk mengakhiri hidup juga bukanlah hal yang bijak. Seperti yang Saka bilang waktu itu, semuanya tidak akan selesai hanya dengan mengakhiri hidup. Yang perlu dilakukan adalah bertahan, bertahan meskipun kesedihan tengah menyelimuti, bertahan meski masalah terus menerus berdatangan, bertahan meski dunia mu runtuh sekalipun. Karena walau sedang berada di titik terdalam pun, akan selalu ada jalan untuk menyelesaikan semuanya. Bahwa, semuanya akan baik-baik saja.
Yah, Kanina akan baik-baik saja meskipun hari ini sebuah kabar mengagetkan kembali mendatanginya.
Papanya, yang selama tiga bulan ini tidak pernah bertemu dengannya dikabarkan telah meninggal dunia. Kanina tentu sedih mendengar berita itu, mengingat hubungannya dengan sang papa tidak begitu baik sejak terakhir kali mereka bertemu.
Meskipun papanya sangat amat mengecewakannya, tapi rasa sayang itu masih tetap ada. Ia juga menyesal kenapa tiga bulan terakhir ini tidak menghampiri papanya. Tapi, mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terjadi, berlarut-larut dalam penyesalan pun bukanlah hal yang baik.
Kanina mengambil napasnya sebanyak mungkin. Air matanya dibiarkan mengalir saat melihat papanya yang tengah dimakamkan. Dalam hatinya, ia tak henti merapalkan doa, berdoa agar semua kejahatan yang pernah papanya lakukan diampuni.
Kanina menghapus air matanya. Berusaha mengikhlaskan kepergian sang papa meskipun sulit. Mungkin, ini adalah jalan terbaik untuk papanya. Mungkin, hidup terlalu menyakitkan sampai Tuhan memilih mencabut nyawanya dan mengakhiri penderitaannya.
Acara pemakaman berakhir beberapa saat kemudian. Keluarga besar sudah mulai pergi satu persatu, menyisakan Kanina yang masih berada di sana, memandangi gundukan tanah itu dengan kesedihan yang masih mendominasi.
Lidahnya kelu, bingung ingin berucap apa. Semuanya terlalu tiba-tiba, ia tentu belum siap dengan kenyataan ini. Namun, mau bagaimana lagi? Semuanya sudah terjadi. Papanya telah pergi meninggalkan semua orang yang ada di dunia ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Teen FictionKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...