Happy Reading!
Bagian 11
Manis
Kedua tangan saling bertautan, sementara dua pasang kaki itu terus berjalan menyusuri hamparan rumput hias di taman kota.
Sesekali, sang cowok memotret beberapa objek yang ia dapat melalui kamera yang tergantung di lehernya. Sedangkan sang gadis asyik bersenandung seraya menatap pada sekitarnya.
Kebetulan hari ini Jendra dan Kanina ingin menghabiskan waktu berdua. Oleh karena itu, taman kota tampaknya pilihan yang bagus untuk digunakan bersantai seraya mengobrolkan banyak hal.
Kanina melepaskan tautan tangannya dan berjalan menuju bangku terdekat. Sementara Jendra masih berdiri di tempat seraya menatap hasil jepretannya.
Cowok itu menoleh ketika menyadari kekosongan di tangan kanannya. Ia tersenyum melihat Kanina yang sudah terduduk di bangku kosong seraya menikmati permen di tangannya. Surai Kanina bergerak seiring dengan angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah cantiknya.
Jendra mengarahkan kameranya pada Kanina, lantas memotret sang pacar yang masih disibukkan dengan permen di tangannya. Senyum simpul muncul di wajah Jendra ketika melihat hasil foto Kanina.
Gadis itu. Kenapa tak pernah lelah untuk terlihat cantik?
"Ngapain, sih? Kok senyum-senyum gitu?" Kanina menegur dengan kerutan keheranan yang tercetak jelas di wajah kecilnya.
Jendra berjalan mendekatinya dengan senyum yang masih tertahan di wajah tampannya. Cowok itu duduk di samping Kanina, lalu memperlihatkan hasil jepretannya pada sang kekasih.
Kanina melototkan matanya. Ia benar-benar tak menyadari bahwa tadi Jendra sempat memfoto dirinya. "Ih! Kok gak bilang? Tau gitu aku siap-siap."
Jendra terkekeh sesaat, "Aku lebih suka motret Kanina yang gak sadar kamera," akunya. Pun, Kanina sudah sangat tahu dengan alasan itu.
Bukan rahasia umum lagi bahwa Jendra memiliki hobi fotografi. Cowok itu sering membawa kamera ke sekolah dan memfoto apapun yang menurutnya menarik untuk diabadikan. Pemandangan alam, burung, kucing, dan banyak lagi. Namun, yang paling sering diabadikan adalah foto-foto candid Kanina.
Kanina itu indah. Jendra jadi tak pernah lelah untuk mengabadikan fotonya.
Kanina mendengkus geli, ia membuang stik permennya pada tempat sampah terdekat, lalu kembali duduk di samping Jendra seraya membawa tangan cowok itu ke dalam genggamannya. "Aku seneng banget genggam tangan Jendra kaya gini. Menurut kamu, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Подростковая литератураKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...