31 ; Hari

116 18 0
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Bagian 31

Hari

"Bunda udah liat beritanya."

Mendengar itu, Jendra menoleh cepat. Ada raut keterkejutan di wajahnya saat melihat kehadiran Risa di kamarnya. Cowok itu terlalu sibuk dengan kameranya sampai tak menyadari kedatangan sang bunda.

"Ya?" respon Jendra tak mengerti.

Risa menghembuskan napasnya berat, "Berita pertunangan Kanina dan cowok bernama Bagaskara, Bunda udah liat beritanya."

Jendra menghela napasnya, ia meletakkan kameranya di atas meja, lantas mengarahkan pandangannya pada Risa. "Oh iya," ujarnya sembari menganggukkan kepala.

Tampak raut sedih di wajah Risa, wanita itu duduk di samping Jendra, lalu mengusap punggung putranya seraya berkata, "Kok gak bilang? Kenapa kamu sembunyiin ini semua dari Bunda?"

"Gak enak ngomongnya, takut Bunda sedih."

"Bunda sedih, tapi kamu pasti lebih sedih. Seharusnya kamu cerita, biar kamu bisa berbagi sedihnya sama Bunda, Jendra," ucap Risa, masih sambil mengusap-usap punggung Jendra.

"Aku gak sedih kok, aku baik-baik aja." Jendra berbohong, dan Risa langsung bisa menangkap kebohongan itu.

"Udah cukup bohongnya, gak boleh lagi. Apapun yang kamu rasakan itu, Bunda tau. Kamu gak perlu berlagak baik-baik aja, karena gak ada orang yang senang saat harus berpisah sama orang yang dicintai. Bunda tau kamu sedih dan patah hati, Bunda paham. Jadi, gak perlu bohong lagi, ya?"

Jendra terdiam, tak mengiyakan, juga tak membantah. Pikirannya terlalu penuh sampai susah untuk merangkai sebuah jawaban.

"Hari ini pertunangannya, kamu sudah tahu?" Risa bertanya.

Tentu saja Jendra tahu. Ia sangat tahu dengan detail pertunangan Kanina. Ia teramat tahu, tapi berusaha untuk tak mengetahui apa-apa. Berusaha lupa, berusaha tak memikirkannya, meskipun usahanya hanya berakhir sia-sia.

Tak mendapati jawaban dari Jendra membuat Risa kembali menghembuskan napasnya. Wanita itu meraih Jendra ke dalam pelukannya, lalu mengusap-usap punggung sang putra yang mulai meneteskan air mata.

Ternyata, Jendra tak sekuat itu untuk menahan tangisnya. Ternyata, kesedihan itu masih dirasa. Ternyata, ia belum sepenuhnya ikhlas dengan semuanya.

"Gapapa, ya? Ikhlaskan, kalau memang kalian berjodoh, pasti ada jalan. Gapapa, nangis aja biar tenang, jangan ditahan."

Jendra membiarkan air mata terus meluncur dari sudut matanya. Tak seperti yang lalu-lalu, kini ia tak menahan tangisnya lagi. Biarkan saja tumpah semuanya, agar hatinya tenang, agar ia tak kembali diliputi oleh kesedihan.

Goresan Luka✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang