Happy Reading!
Bagian 16
Lagi
Lagi, untuk yang ke sekian kalinya Kanina kembali bertengkar dengan Erika.
Semuanya bermula ketika Kanina—yang sedang melaksanakan mapel olahraga—tak sengaja melempar bola basket mengenai kepala Erika—yang tengah dihukum lari mengelilingi lapangan.
Erika marah, tentu saja. Ia menuduh bahwa Kanina sengaja melakukan itu. Kanina—yang benar-benar tak sengaja melakukan itu pun ikut dibuat kesal.
Pak Ari—selaku guru PJOK yang sedang mengejar kelas Kanina—berusaha menengahi dengan meminta Kanina untuk meminta maaf pada Erika. Namun, Kanina menolak karena sudah terlanjur dibuat dongkol.
Alhasil, keduanya jadi saling jambak dan dorong. Syukurnya, pertengkaran itu tak berlangsung lama karena kehadiran Pak Ari yang menjadi penengah.
Keduanya dibawa menuju ruang BK untuk disidang, dan berakhir mendapat hukuman masing-masing yang akan dilaksanakan setelah pembelajaran selesai.
Erika dihukum membersihkan perpustakaan. Sementara Kanina sendiri dihukum membersihkan taman belakang sekolah yang dipenuhi oleh daun-daun kering yang berjatuhan dari pohon-pohon.
Bel pulang telah berbunyi 10 menit yang lalu, dan Kanina telah berkutat dengan sapu dan serokan sampah di masing-masing tangannya. Tidak ada Jendra yang menemaninya karena cowok itu sedang dispensasi untuk mengikuti lomba karate.
Kanina mendengkus kasar. Ia menyerok daun-daun kering yang sudah ia kumpulkan, lalu membawanya ke tempat sampah besar. Rasanya tak bisa untuk tak mengeluh, mengingat banyak sekali daun kering yang harus ia sapu dan buang.
"Mau dibantu?"
Kanina tersentak saat mendengar suara yang berasal dari arah belakangnya. Ia berbalik, lalu menemukan Arion dengan sapu dan serokan di tangannya. Tak lupa, senyum ramah cowok itu yang berhasil membuat Kanina ikut tersenyum.
"Gak usah, gue bisa, kok," kata Kanina, lalu kembali mengerjakan hukumannya.
"Gue disuruh Bu Ratna buat ngawasin lo." Arion berucap seraya melangkah mendekati Kanina. "Daripada gue diem aja, mending bantu lo, kan? Biar kerjaannya cepet selesai."
Sesaat, Kanina memandang Arion dengan satu alis terangkat. "Nanti lo kecapean, mending gak usah. Lagian ini hukuman gue, jadi harusnya gue yang ngerjain sendiri."
"Gue gak masalah sama sekali. Mending kecapean daripada harus nunggu lama, kan?" kata Arion sebelum cowok itu ikut menyapu bagian yang masih banyak daun-daun kering berserakan.
"Ah, iya. Menunggu itu emang membosankan." Kanina mengangguk-anggukkan kepalanya, baru mengerti maksud Arion menolongnya. Tadinya ia kira karena Arion baik dan tak tega membiarkannya mengerjakan hukuman sendirian. Tapi ternyata, alasannya karena Arion tak mau menunggu terlalu lama. Yah, itu cukup dapat dimengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Teen FictionKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...