Happy Reading!
Bagian 20
Biarkan
Mungkin, itu bukan keinginan Kanina. Mungkin, Kanina dipaksa oleh papanya. Karena Jendra yakin bahwa Kanina tidak mungkin melakukan itu dengan sukarela. Ia yakin bahwa sebenarnya Kanina ingin jalan bersamanya, namun, terhalang oleh papanya.
Iya, Jendra yakin itulah yang sebenarnya terjadi.
Hanya saja, yang Jendra sayangkan di sini adalah bahwa Kanina berbohong padanya. Apa susahnya mengatakan yang sebenarnya? Toh, Jendra juga akan berusaha mengerti.
Bohong jika Jendra merasa baik-baik saja. Tidak, tidak sama sekali. Ia merasa Kanina sudah tak seterbuka dulu. Gadis itu jadi sering berbohong, tak sinkron dengan permintaannya beberapa waktu lalu—yang meminta mereka untuk saling jujur.
Jendra merasa tidak dihargai. Melihat Kanina yang pergi bersama Bagaskara ternyata benar-benar menyakitinya sedalam itu. Jendra berusaha untuk mengenyahkan rasa sakit hati itu, tapi tidak bisa. Ia kecewa, sangat kecewa. Tapi, Jendra bisa apa? Toh, tidak ada yang bisa ia lakukan selain menerima dan mengikhlaskan, kan?
Tidak apa-apa, Jendra tidak masalah. Terlepas dari kecewanya sendiri, terlepas dari sakit hatinya sendiri. Jendra tak apa-apa selagi Kanina masih bersamanya.
"Gue tadi ngeliat Kanin sama cowok." Ucapan dari Jinan berhasil menarik perhatian Jendra ketika mereka keluar dari bioskop.
"Di mana?" tanya Jendra, berlagak tak tahu apa-apa.
"Tadi waktu gue balik dari toilet, dia kayanya baru aja keluar dari studio sebelah," kata Jinan seraya menoleh pada Jendra untuk melihat ekspresi cowok itu. "Dia gak selingkuh, kan?"
Jendra tersentak saat mendengar tuduhan itu. Sontak ia menggeleng. "Gak, gak mungkin lah. Mungkin tadi lo salah liat, gak mungkin itu Kanin," jawab Jendra, menyangkal tuduhan Jinan.
Jinan mengernyitkan keningnya, "Tapi tadi kaya Kanin banget lho."
"Dia tadi liat lo gak?" Jendra bertanya.
Jinan mengangguk, "Liat."
"Nah, kalau liat, pasti dia nyapa. Tapi ini enggak, kan? Berarti bukan," kata Jendra, masih berusaha melindungi Kanina dari tuduhan Jinan. "Lagian, hari ini Kanin ada acara makan malam sama keluarga besarnya, jadi udah dipastikan kalau itu bukan Kanin."
Jinan menganggukkan kepalanya mengerti. "Ya, mungkin gue cuma salah liat. Lagian, gak mungkin juga Kanina selingkuh, orang dia bucin banget sama lo," kata Jinan dengan kekehan di akhir kalimatnya.
Mendengar itu, Jendra hanya diam. Ia tak serta merta membenarkan ucapan Jinan, karena perihal perasaan, tidak ada yang tahu, kan?
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Novela JuvenilKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...