Happy Reading!
Bagian 39
Karma
Ternyata, karma itu datang tanpa menunggu waktu lama. Tiga hari setelah Rafan bebas, lelaki itu mengalami kecelakaan yang membuatnya harus dilarikan ke rumah sakit.
Kecelakaan itu disebabkan oleh saingan bisnis Rafan yang tak suka dengan kesuksesannya. Meskipun apa yang dialami Rafan adalah sebuah musibah. Namun, Kanina sedikit berterima kasih pada saingan bisnis papanya karena berhasil memberikan pelajaran meskipun tak seberapa.
Hari ini Kanina akan menjenguk Rafan meskipun sebenernya ia malas. Tapi, ia harus melakukan itu untuk menertawakan sang papa, barangkali papanya juga akan sadar dengan kejahatannya selama ini.
Sekarang, Kanina telah berada di depan sebuah ruangan vvip yang menjadi tempat papanya dirawat. Ia membuka ruangan itu yang kebetulan sedang tidak ada siapa-siapa.
Untuk sejenak, Kanina tertegun saat melihat keadaan papanya yang jauh lebih buruk dari apa yang dikabarkan oleh Rafif. Demi apapun, ia tak mengira bahwa akan seperti ini.
Kanina mengerjap pelan, berusaha memastikan apa yang ia lihat sembari berjalan mendekati brankar rumah sakit. Ternyata apa yang dilihatnya memanglah benar, bahwa tangan kiri dan kedua kaki papanya diamputasi.
Dan jika dipikirkan lagi, tangan dan kaki itulah yang sering digunakan untuk menyakiti Kanina. Menendang, menginjak, memukul, menjambak, menampar, mencambuk, dan mencekik. Kanina memegang dadanya yang berdegup kencang. Ternyata, Tuhan memang menyaksikan semua kejahatan yang pernah dilakukan oleh papanya. Tuhan mengetahui semuanya.
Ternyata, hanya menunggu waktu untuk seorang penjahat mendapat karmanya. Dan, hari ini adalah waktunya. Kanina yakin bahwa papanya sangat terguncang dengan kenyataan ini. Lelaki paruh baya yang arogan dan sombong setengah mati itu tentu sulit untuk menerima takdirnya.
"Anak durhaka, ngapain kamu ke sini?" Kanina tersentak kaget kala mendengar suara itu. Rafan ternyata telah bangun dari tidurnya, tampak raut tak suka dari wajah arogan itu.
Kanina memandang Rafan tak habis pikir. Bahkan setelah semua ini, setelah semua yang terjadi, papanya masih saja memasang raut arogan itu. Kanina berusaha menahan emosinya, ia berdehem, lantas berucap, "Mau jenguk Papa lah, apalagi memangnya? Papa seharusnya bersyukur karna aku masih berbaik hati menjenguk ke sini setelah semua kejahatan yang Papa perbuat."
Rafan mendengkus kasar, "Untuk apa saya bersyukur mempunyai anak durhaka dan gak tahu diri seperti kamu? Saya gak butuh dijenguk, apalagi sama anak pembawa sial seperti kamu!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Novela JuvenilKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...