37 ; Asa

166 21 0
                                    

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading!

Bagian 37

Asa

Setelah Kanina kembali mencoba untuk mengakhiri hidup untuk yang kedua kalinya, gadis itu dipindahkan ke kamar yang ada di lantai 1. Selain itu, alat-alat tajam yang bisa membahayakan seperti gunting, cutter, dan semacamnya juga sengaja disingkirkan agar Kanina tak bisa melakukan tindakan yang membahayakan dirinya sendiri seperti kemarin.

Widia juga mendatangkan psikiater untuk membantu menangani permasalahan mental yang diderita Kanina akhir-akhir ini. Keluarga pamannya benar-benar memperlakukan Kanina dengan baik, berbeda dengan papanya yang selalu berbuat jahat padanya.

Hari ini adalah hari Sabtu, dan Kanina berniat untuk pergi ke makam mamanya yang telah diketahui tempatnya. Ia tak sendiri, Saka ikut menemani meskipun Kanina telah menolak. Cowok itu tak pernah membiarkan Kanina sendirian setelah kejadian kemarin.

"Tunggu di sini aja, gak perlu ikut," kata Kanina setelah mereka sampai di tempat di mana Syahla dimakamkan.

"Gue harus ikut," ucap Saka seraya berjalan mengekori Kanina.

Kanina menghentikan langkahnya, ia berbalik, lantas memandang Saka dengan raut kesal. "Gue butuh waktu sendiri, lo tunggu di sini aja."

"Nanti kalau lo—"

"Gue gak bakal ngelakuin hal yang aneh-aneh, Saka. Percaya sama gue, kemarin gue cuma terlalu kalut, makanya hampir ngelakuin hal itu. Tapi sekarang udah enggak, gue udah gak segila kemarin." Kanina berucap panjang, memotong ucapan Saka sebelum cowok itu menyelesaikannya.

Saka terdiam beberapa saat, tampak berpikir, sebelum kemudian mengangguk dengan berat hati. "Lima belas menit, lebih dari itu, gue nyusul."

"Tiga puluh menit." Kanina mencoba bernegosiasi.

"Lima belas menit atau enggak sama sekali?" ujar Saka yang lantas membuat Kanina berdecak kesal.

"Ya!" balasnya, kemudian pergi meninggalkan Saka yang memilih menunggu di mobil.

Kanina sampai di depan makan sang ibu beberapa saat setelahnya. Lama ia berdiri di sana, menatap gundukan tanah yang telah ditumbuhi oleh rerumputan. Ia mengepalkan tangannya, berusaha menerima meski sulit. Sudah selama ini mamanya dikebumikan, dan Kanina baru mengetahuinya sekarang.

Kalau ada orang pantas dinobatkan sebagai orang paling bajingan di dunia ini, maka itu adalah papanya. Bagaimana bisa papanya sendiri menyembunyikan fakta ini padanya? Bagaimana bisa papanya menuduh mamanya pergi dari rumah karena tak tahan mengurus Kanina di saat papanya sendiri lah yang membuat mamanya tertekan.

Kanina kira, kejahatan paling jahat yang pernah dilakukan papanya hanya menyakiti dan memukulinya. Tapi, apa ini? Kejahatan papanya lebih dari itu, papanya pembunuh.

Goresan Luka✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang