Happy Reading!
Bagian 21
Waktu
"Hai guys!" seru Kanina, lalu memandang Jendra di sampingnya untuk mengikuti apa yang ia ucapkan.
"Hai guys." Jendra mengikuti apa yang Kanina ucapkan dengan nada canggung. Sementara pandangannya mengarah pada kamera di depannya.
Kanina terkekeh sejenak, lalu kembali fokus pada kamera. "Jadi video hari ini dibuat bareng pacar gue, Rajendra."
Jendra menganggukkan kepalanya dengan wajah kaku karena tak terbiasa ada di depan kamera. Sejujurnya, ia tak akan melakukan ini jika Kanina tak meminta sambil memohon-mohon padanya.
"Kalau kalian liat foto-foto gue yang ada di instagram, nah itu kebanyakan Jendra yang fotoin. Emang dari sananya udah jago foto, jadi gue manfaatin aja kemampuannya," ucap Kanina diselingi dengan kekehan di akhir kalimatnya.
"Jadi, kali ini cuma jawabin pertanyaan kalian dari box question yang ada di snapgram gue kemarin. So, langsung aja ke pertanyaan pertama."
Kok bisa cantik banget?
Kanina membaca pertanyaan pertama dengan senyum simpul, "Bawaan dari lahir kayanya," jawabnya setengah bercanda.
Udah pacaran berapa lama?
Kanina menoleh pada Jendra sejenak, lalu menjawab, "Udah 2 tahunan kayanya, jalan 3 tahun."
Pacarnya yang fotonya pernah dipost di feed ig itu ya?
Kanina mengangguk, "Iya."
Gak pengen jadi idol kpop aja? Mukanya cantik soalnya, pasti kalau debut bisa jadi visual di grup.
Jendra mendengkus geli mendengar pertanyaan itu. "Mau, Nin?" tanyanya pada sang pacar.
Kanina menggeleng, "Gak dulu, gue gak punya bakat, nanti malah jadi beban grup."
Kok bisa pacarnya ganteng banget?
Kanina tersenyum kala membaca pertanyaan itu. Pandangannya jatuh pada Jendra yang wajahnya memerah dan hendak keluar dari frame jika saja Kanina tak menahan tangannya. "Mmm, gak tau juga, kenapa ya Rajendra ini bisa ganteng banget?" ujarnya yang semakin membuat wajah Jendra memerah.
Kanina tak bisa menahan kekehannya melihat itu. Ternyata Jendra cukup lucu saat seperti ini. "Kamu kok lucu?" tanyanya pada Jendra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Teen FictionKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...