Kanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya.
Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Happy Reading!
Bagian 27
Menyerah
Jendra Pratama Nin? Nanti jadi kan ke rumah? Nanti jam 7 aku jemput
Jendra memandang pesan yang ia kirimkan beberapa jam yang lalu. Kedua alisnya bertaut, merasa aneh karena Kanina tidak aktif dari kemarin.
Hari ini, gadis itu juga tidak masuk sekolah tanpa memberi kabar apapun. Kanina seolah hilang tanpa jejak. Ada apa sebenarnya? Apakah Kanina baik-baik saja?
Jendra khawatir, takut jika Kanina kembali diberi hukuman oleh papanya. Setelah apa yang terjadi di sekolah kemarin, sekarang apalagi?
Berusaha untuk tetap berpikir positif, Jendra memilih bersiap untuk menjemput Kanina di rumahnya.
Kaki jenjangnya melangkah menuruni tangga. Pandangannya jatuh pada si kembar yang tengah meniup balon-balon di ruang tengah ketika kakinya telah sampai di anak tangga terakhir.
Senyum tipis terlukis di wajah rupawannya. Jendra melangkah mendekati Cyra dan Lyra—yang tak menyadari kehadirannya karena terlalu fokus meniup balon.
"BAAA!" seru Jendra saat sampai di belakang si kembar.
Baik Cyra maupun Lyra tersentak kaget kala mendengar suara dari arah belakang mereka. Hal itu menyebabkan balon yang sedang mereka tiup menyusut seketika.
"Kak Jen!" seru Cyra yang baru tersadar dari kekagetannya. Tampak raut galak di wajahnya yang kontan membuat Jendra tertawa.
Sementara itu, Lyra telah melayangkan cubitan di pinggang Jendra sampai si empunya beraduh kesakitan. "Rasain tuh!"
Jendra terkekeh geli, tangannya terangkat mengusap surai ikal kedua adik kembarnya. "Happy birthday ya adik-adikku sayang."
Si kembar kompak mendengkus. "Terima kasih," ujar Cyra dan Lyra bersamaan.
"Mau minta kado apa nih?" tanya Jendra seraya menatap si kembar bergantian.
"Permen!"
"Coklat!"
Jendra menyipitkan matanya, lantas menggelengkan kepalanya tanda tak setuju. "No no no, gak boleh yang manis-manis, nanti sakit gigi."
"Terus apa dong? Aku cuma pengen coklat," kata Cyra.
"Aku juga cuma pengen permen, udah lama gak dibolehin Bunda makan itu," sahut Lyra.
"Ada deh, udah Kakak siapin kadonya, yang pasti bukan permen ataupun coklat," kata Jendra.