Happy Reading!
Bagian 9
Amarah
Kanina benar-benar serius saat mengatakan bahwa ia akan membatalkan perjodohannya dengan Bagaskara. Mempertahankan hubungannya dengan Jendra lebih berarti dibandingkan menuruti keinginan papanya.
Sejak tadi, gadis itu memilih menghabiskan waktunya di balkon rumah seraya menunggu kedatangan sang papa yang masih belum memperlihatkan batang hidungnya meskipun jam telah menunjukkan pukul 10 malam.
Makan malam telah terlewati tiga jam yang lalu, yang mana Kanina hanya menyantap makan malamnya dengan kesendirian.
Kanina menumpukan tangannya pada pembatas balkon seraya menatap halaman rumahnya yang luas di bawah sana. Ia bersenandung pelan, melewati detik demi detik waktu berlalu sampai kemudian mobil papanya melaju melewati gerbang rumahnya.
Kanina menegakkan badannya, ia memilih turun dari lantai dua setelah melihat Rafan keluar dari mobil itu dan berjalan menuju rumah. Langkah gadis itu terhenti di tangga terakhir saat matanya bertemu dengan netra kelam Rafan.
Kanina baru melihat papanya setelah malam di mana acara perusahaan diadakan. Lelaki paruh baya itu terlalu sibuk dengan kerjaannya sampai tak punya banyak waktu untuk menginjakkan kaki di rumah besar kepunyaannya.
Rafan mengangkat alisnya menatap sang putri, "Belum tidur?"
Pertanyaan bodoh itu. Kanina yakin itu hanya sekedar basa-basi. Ia menggeleng, "Belum."
Rafan menganggukkan kepalanya, "Tidur sekarang." Rafan hendak melangkah ke ruang kerjanya yang ada di lantai satu saat Kanina kembali bersuara.
"Aku dari tadi nungguin Papa pulang, mau ngobrol," ucap Kanina. Ia melangkah mendekati sang papa dengan tangan yang sibuk menilin jari-jarinya sendiri. Jantungnya berdetak kencang ketika berada di jarak yang lebih dekat dengan Rafan.
Siksaan fisik dan mental yang diberikan Rafan selama ini cukup membuat Kanina merasa ketakutan setiap kali ingin membicarakan hal penting dengan sang papa. Terlebih topik yang hendak ia bahas berkemungkinan besar mengundang amarah dari papanya.
"Papa sibuk, masih banyak kerjaan, ngobrolnya nanti aja." Rafan hendak kembali melangkah ketika Kanina lebih dulu menahan tangannya.
"Aku gak mau dijodohin sama Kak Bagaskara." Detik itu, Kanina langsung mengucapkan apa yang ingin ia ucapkan pada Rafan. Ia tak bisa menahan lebih lama dan berlagak seolah menerima perjodohan itu dengan diam saja. Rafan harus tahu bahwa Kanina tak lagi bisa diperlakukan dengan seenaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goresan Luka✔️
Teen FictionKanina tak pernah menyangka bahwa hidupnya akan dipenuhi oleh duka dan lara. Cacian, hinaan, serta tatapan merendahkan tak pernah luput dilemparkan oleh orang-orang di sekitarnya. Belum lagi tekanan dari sang ayah yang membuatnya semakin lupa cara...