Becky tengah melayani beberapa pelanggan coffee shop yang terus berdatangan sejak lima belas menit yang lalu. Ia bagian mencatat dan menyiapkan pesanan pelanggan sedangkan dua gadis barista lain terlihat sedang meracik kopi pesanan pelanggan hingga menota tagihan setiap pelanggan tersebut.
"Apa pesananku sudah siap Becky"suara akrab dari seorang pelanggan perempuan sedikit mengejutkan Becky
"Yak Irin! Iya sudah siap Vanilla latte milikmu"ucap Becky sambil mengulurkan pesanan milik Irin.
"Pesananku juga sudah siap kan"sahut perempuan lain tiba tiba muncul disamping Irin
"Oh, kau yang bernama Nam dengan pesanan Americano"respon Becca tersenyum pada perempuan bernama Nam kemudian memberikan pesanan miliknya juga.
"Dia Nam, Becky. Yang aku ceritakan padamu sebelumnya bahwa dia yang 1 kelas dan sekamar denganku"jelas Irin dan Becky mengangguk mengerti.
"Hallo Becky senang bertemu denganmu"sapa Nam kemudian
"Hai Nam senang juga bisa mengenalmu"balas Becky tersenyum
"Yasudah aku duduk diujung meja sana Bec, ingat ada sesuatu yang aku ingin ceritakan padamu sebentar"ucap Irin terdengar pelan pada Becky kemudian berjalan bersama Nam menuju meja pojok bagian kanan.Setelah dua puluh menit Becky berhasil menangani pelanggan lain, gadis itu segera menghampiri meja Irin. Becky menarik kursi lain yang lebih dekat dengan meja tempat Irin dan Nam kemudian menarik kursi itu dan mendekatkan diri pada kursi Irin.
"Hai Nam, maaf tapi aku ingin berbincang sebentar dengan Irin"ucap Becky pada Nam sedikit enggan sedangkan Nam yang tengah fokus pada layar ipadnya hanya tersenyum menanggapi.
"Freen, ternyata satu sekolah dengan kita! apa kau juga tahu Irin?"bisik Becky pada Irin
"Freen? Freen sarocha.."respon Irin terkejut sambil menutup rapat rapat mulutnya dengan kedua tangannya.
"Benar, aku tidak sengaja bertemu dengannya ditoilet. Rasanya aku ingin segera mengundurkan diri dari sekolah itu Irin"rengek Becky dengan raut sedih"Apa yang kalian bicarakan, serius sekali"kini suara Nam terdengar ingin tahu pada kedua perempuan yang hanya fokus berdua saja didepannya.
"Tidak ada Nam, kami hanya sedikit membicarakan teman lama kami disekolah sebelumnya"respon Irin
"Becca.. kau harus kembali"seru barista lain pada Becky dan Becky segera berpamitan pada Irin juga Nam untuk kembali pada pekerjaannya.Sebuah mobil sport merah berhenti dihalaman parkir sekolah. Kini sebagian murid menatap kagum pada seorang laki laki berkaca mata hitam yang sedang berjalan melewati sepanjang koridor.
"Dia Nut, dari kelas musik" bisik beberapa murid lain
"Iya, aku dengar dia tidak masuk dihari pertamanya karna masih berlibur dilondon"seru yang lain
"Dia terlalu tampan untuk seseorang yang terlihat dingin dan cuek"imbuh yang lainnya.Freen keluar dari kamar Asrama dan disusul Dasha sebagai sepupunya setelah menginap semalam dikamar Freen. Mereka memasuki lift dan ketika pintu lift terbuka tatapan Freen sedikit fokus pada gadis disamping Nam.
"Pagi Freen.. oh Dasha? kau juga sekolah disini"sapa Nam pada mereka dan sedikit memperhatikan Dasha yang telah mendahului masuk lift.
"Hai Nam, lama tidak berjumpa denganmu"balas Dasha tersenyum menyapa pada Nam. sementara Freen segera masuk lift dengan sedikit berdeham. Dasha segera menekan tombol lantai 1
"Nam.. apa kau mempunyai teman baru sekarang" sindir Freen dengan tatapan masih lurus kedepan.
"Iya Freen, dia Irin satu kelas denganku"ucap Nam sedangkan Irin tetap diam, gadis itu tau Freen sedang menyindir dirinya.
"Dasha kau tinggal dikamar asrama nomor berapa?"tanya Nam kemudian
"Nomor 24 Nam, sering seringlah main dikamarku"jawab Dasha dengan senang. Kini pintu lift terbuka Irin segera melangkah keluar terlebih dulu dan Freen yang melihatnya hanya tersenyum sinis."Hei Irin.. tunggu!"teriak Nam memanggil Irin dan bergegas menyusul.
"Dia pasti menghindariku karna Becky sudah bercerita"bathin Freen"Ayo keluar Freen" ajak Dasha sambil menepuk bahu Freen singkat
Becky sedikit menggerakkan kakinya kekanan dan kekiri secara bergantian sambil menatap sesekali kearah cermin besar diruangan. Kemudian Ia mengangkat tangannya bergerak bebas mengikuti suara musik dance. William kebetulan datang pagi sekali dan menemukan Becky sudah berada didalam kelas.
"PROKK! PROKK!!"Suara tepuk tangan dari William menyadarkan Becky. Gadis itu segera mengambil handuk kecilnya untuk mengusap sedikit keringat dipelipisnya.
"Kau wanita tangguh Becky"puji William sambil menyodorkan botol minuman milik Becky
"Aku hanya melatih otot ditubuhku agar terbiasa Willy"respon Becky sambil menerima botol itu dan meneguknya haus.
"Apa kau akan datang latihan beladiri?"tanya William
"datant, aku juga akan menjelaskan tentang kondisiku pada guru Mark"jawab Becky dan William tersenyum menatap kearah Becky.
"Berangkatlah bersamaku Becky, aku juga bersedia mengantarmu kerja setelah latihan" William mengajak Becky dengan serius dan Becky sedikit menghela napasnya perlahan mengangguk setuju.Kini beberapa murid memasuki kelas. Becky dan William segera bersiap menyambut kedatangan guru Jirayu.
"Pagi semua"sapa guru Jirayu
"Pagi guru"balas semua murid ceria. Kemudian sebagian murid berpencar untuk mendapat barisan yang sudah diatur oleh guru Jirayu kemarin. Becky berdiri paling depan bagian tengah yang bersebrangan dikiri William."Maaf aku sedikit terlambat"seru seorang laki laki datang memasuki kelas dan membuat murid lain sedikit histeris melihat kedatangannya.
"Dia Lego, artis dance sekolah kita"seru murid lain histeris
"Dia baru saja menyelesaikan kolaborasi dance dengan artis terkenal Thailand, hebat"tambah yang lain"Okay, kau segera ikut barisan disebrang kanan Becca"perintah guru Jirayu pada murid bernama Lego tersebut.
"Hai.."sapa Lego pada Becky kemudian. Sedangkan Becky sedikit menaikkan alis kirinya karna merasa heran. Apa karna hidupnya yang selalu diluar negeri hingga santai menyapa seseorang yang bahkan baru Ia temui pertama kalinya. Sepertinya Dia tipekal laki laki yang mudah mengenal orang lain atau.. hanya berlaku pada perempuan saja?Seorang gadis berambut hitam sebahu dengan membawa satu buah kuas dan pewarna sedang fokus menatap guru Prin didalam kelas musik. Pandangan gadis itu tak pernah lepas dari guru Prin yang tengah mengajar murid dengan sebuah tongkat not kecil dengan gerakan naik turun serta melebar memperagakan suara not dari murid dikelasnya.
Friend nawat menghela napasnya samar setelah menyaksikan pelajaran musik selesai dari luar jendela kelas musik. Friend kemudian melangkahkan kaki meninggalkan tempatnya berdiri sejak setengah jam yang lalu.
Guru Prin menoleh kearah luar jendela kelasnya namun tidak menemukan seorangpun disana. Ia merasa mungkin sekedar perasaannya bahwa diam diam ada seseorang yang tengah memperhatikannya sedari tadi. Guru Prin sedikit menggeleng dan kembali fokus pada muridnya dikelas.
"Cukup untuk pelajaran hari ini, kalian boleh istirahat. Dan ingat! Kurangi makanan dan minuman yang membuat suara kalian susah mencapai not, mengerti"jelas guru Prin
"Mengerti guru"respon semua murid kemudian guru Prin segera meninggalkan kelas..
.
.
BERSAMBUNG
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In Dorm
RomanceMenceritakan kehidupan sekolah elit yang bertinggal di Asrama dan minat kelas sesuai kemampuan masing masing murid yang mampu dan berbakat. King art of Dorm's School tidak membedakan kasta kekayaan, pihak sekolah menciptakan adil bagi semua murid na...