P29

465 41 8
                                    

Vote&koment

     Pak Man menghampiri Freen yang tengah berdiri menatap sebuah bingkai foto keluarga besar Sarocha didinding ruang kerja sang nenek. Freen tersenyum mengamati setiap gambar didalam bingkai tersebut.

        "Nyonya Sarocha selalu tersenyum setiap kali berdiri disini " pak Man memposisikan dirinya disamping Freen. Gadis itu menoleh sebentar kearah pak Man lalu kembali memperhatikan foto tersebut.
        "Aku sedikit melupakan wajah ayah dan ibuku pak Man" kata Freen menatap kedua orangtuanya.
        "Disitu kau masih berusia lima tahun dan itu mengingatkan pak Man, selama sesi pemotretan.. nona menangis ingin bermain ditaman membuat proses pemotretan butuh waktu sejam karna harus merias kembali wajah nona Freen"
        "Tapi aku terlihat jelek disini"Freen mengerucutkan bibirnya sedangkan pak Man sedikit menertawakannya
        "Nona Freen.." panggil pak Man setelah beberapa menit tidak ada percakapan diantara mereka. Freen hanya berdeham dan menunggu apa yang akan dikatakan oleh pria itu.
        "Nyonya Sarocha ingin nona menjalankan perusahaannya, nona sebaiknya belajar dari sekarang" Freen menarik napasnya panjang. "Beri aku waktu untuk memutuskannya pak Man" kata Freen tersenyum singkat
       "Nyonya Um telah mendedikasikan dirinya menjadi dokter, sedangkan nona Dasha masih kekanakan bagi nyonya Sarocha.. dia belum cukup siap dan mungkin akan memerlukan waktu lama untuk belajar menjalankan perusahaan. Nona Freen satu satunya yang tau bagaimana usaha nyonya Sarocha menjalankan perusahaannya selama ini" jelas pak Man membuat Freen mengingat kejadian 7 tahun yang lalu.

        "Apa pekerjaan nenek melelahkan?" seorang bocah remaja datang kepada Sarocha sambil membawa secangkir teh hangat. Sarocha yang melihat cucu pertamanya tersenyum kemudian melepaskan kacamatanya
        "Apa itu untuk nenek?" tanya Sarocha dan Freen memberikannya
        "Umm.. terasa lebih enak" puji Sarocha membuat Freen tersenyum ceria lalu bocah itu menatap beberapa berkas map diatas meja sang nenek
        "Itu pasti pekerjaan yang melelahkan, nenek bekerja terlalu keras" kritik Freen dan Sarocha sedikit tertawa
        "Apa kau tertarik dengan pekerjaan nenek? Nenek bisa mengajarimu sekarang"
        "Benarkah? Aku hanya ingin tahu saja"
        "Dengar, dalam berkas yang sedang nenek kerjakan kau harus paham dan teliti. Nenek juga melakukan koreksi kinerja semua karyawan diperusahaan" jelas Sarocha sembari mengelus lembut rambut Freen. Kemudian keduanya saling melempar senyuman lebar.

        Lego memperhatikan Friend yang tengah melukis didalam kamar. Lego tidak sengaja menemukan pintu Friend yang sedikit terbuka itu membuatnya sedikit penasaran dengan apa yang dilakukan gadis tersebut. Lego mengalihkan wajahnya gugup saat Friend mengetahuinya.

       "Ah sial" gerutu Lego lalu segera pergi
       "Tunggu! Apa kau butuh sesuatu Lego?" tanya Friend berjalan mendekati Lego
       "Ah itu, aku.. aku salah masuk kamar tadi. Begitu" jawab Lego beralasan
        "Oh begitu, wajar sih. kau juga orang baru disini" respon Friend mempercayainya
        "Lalu, apa kau tidak ingin melepas gips mu? kata dokter sudah boleh dilepas asal tidak melakukan aktivitas banyak ditangan kirimu Lego" ucap Friend membuat Lego bertambah gugup. Pasalnya setelah terjadi insiden itu Friend begitu peduli pada Lego.
        "Benar, aku juga ingin melepaskannya" kata Lego lalu pergi menuju kamarnya dan lagi lagi Friend menghentikannya. "Biar aku bantu, aku juga ingin melihat lukamu"

        Setelah selesai membuka gips dari tangan Lego, Friend meneliti kembali bekas luka tersebut. Sementara Lego kini memperhatikan wajah Friend yang begitu dekat didepannya.

        "Cantik"
        "Hah?" Friend menatap Lego dan itu membuat jarak mereka semakin dekat.
        "Ups! Sorry sorry, ayah sungguh tidak melihatnya" Pong tiba tiba muncul dari balik pintu kamar Lego bersama Ann yang kini sedikit terkekeh kearah mereka. Lego dan Friend langsung berdiri kikuk dihadapan orang tua mereka.

Love In DormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang